Chereads / Overlord_Indonesia / Chapter 1 - Prolog

Overlord_Indonesia

Hans_Judith
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 12.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Menghadapi seorang gadis dan adik perempuannya, Seorang Knight mengangkat pedangnya ini. Mengampuni

seseorang itu artinya mencabut nyawanya dalam satu kali sabetan. Cahaya matahari terpendar di pedang si

knight membuatnya berkilauan di udara.

Si Gadis menutup matanya sambil menggigit bibirnya. Ekspresi yang ditunjukkan adalah dia tidak

mengharapkan situasi seperti ini. Dia hanya pasrah karena tak ada lagi yang bisa dilakukan. Jika sang

gadis punya kekuatan, dia pasti akan menggunakannya untuk melawan pria yang ada di depannya dan lari.

Tapi- si gadis tak punya kekuatan semacam itu.

Oleh karena itu hanya ada satu kesimpulan.

Si gadis pasti binasa disini.

Pedang telah meluncur kebawah. Namun dia tidak merasakan luka apapun. Si gadis membuka matanya. Hal

pertama yang dia lihat di dunia adalah pedang yang berhenti di saat meluncur ke bawah. Hal berikutnya yang

berada dalam pandangannya adalah si pemegang.

Dia berhenti bergerak seakan diselimuti es. Perhatian knight tidak lagi pada si gadis. Sikapnya yang

tidak bertahan sama sekali benar-benar menunjukkan rasa kagetnya yang meluncur dari dalam tubuh.

Seakan dituntun oleh tatapan si knight, sang gadis juga memalingkan wajahnya menghadap arah yang

sama. Lalu dia melihat hal yang bisa membuat seseorang lemah tak berdaya.

Ada sebuah kegelapan. Kegelapan murni setipis kertas, namun dalamnya tak terduga. Muncul ke

permukaan dengan bentuk oval yang terpotong sisinya. Pemandangan yang membangkitkan ketakutan yang

tak bisa dilukiskan.

Sebuah pintu?

Itulah yang ada pada pikiran si gadis setelah melihatnya… Setelah jantung si gadis berdetak lagi, apa yang dia

duga benar adanya.

*Drippp*

Ada yang muncul dari dalam kegelapan. Sekejap dia menyadari apa itu-

"Hiii!"

Si gadis mengeluarkan jeritan tajam. Sebuah wujud yang tidak bisa ditaklukkan oleh siapapun.

Sebuah bola merah yang melayang seperti api yang memudar di dalam tengkorak putih yang berlubang.

Ketika pandangannya tertuju pada dua gadis tersebut, keduanya merasa seperti tatapan dingin pemburu pada

mangsanya. Di tangannya, yang tidak ada daging dan kulit sedikitpun, sebuah tongkat mengerikan namun

terlihat sangat indah.

Terlihat seperti kematian itu sendiri, terbungkus dalam sebuah ornamen, jubah hitam pekat, yang terlahir

di dunia ini dengan kegelapan dari dunia lain.

Udara pun membeku dalam sekejap mata. Seperti waktu itu sendiri yang beku di hadapannya. Si gadis

telah lupa menarik nafas seakan jiwanya telah tercabut.

Di Situasi seperti ini, dimana kesadaran akan waktu terlihat seakan hilang, si gadis mulai menarik nafas

dalam-dalam dan mengeluarkannya seakan kekurangan udara.

Dewa kematian telah datang dari dunia lain untuk menjemputku.

Itulah yang ada dalam benak si gadis, tapi segera dia merasakan sesuatu yang ganjil. Si knight

yang mengejarnya pun tidak bergerak juga.

"Urgh..."

Erangan kecil terdengar.

Dari siapa datangnya itu? Rasanya bukan dari si gadis, ataupun dari adiknya yang bergetar ketakutan, dan juga

bukan dari knight di depan yang terangkat pedangnya.

Seakan melambat, jari-jari makhluk itu, yang hanya tulang tanpa daging, seperti meraih sesuatu dan tertuju

bukan pada si gadis, tapi kepada knight di depannya, seakan menggenggam sesuatu.

Dia ingin berhenti melihat, namun dia terlalu ketakutan untuk melakukannya. Dia merasa akan melihat sesuatu

yang lebih mengerikan jika memalingkan mukanya.

<-Grasp Heart->

Inkarnasi kematian itu membuat gerakan menggenggam erat, dan suara logam yang keras terdengar di

samping si gadis.

Dia takut memalingkan matanya ke arah Kematian, tapi didorong sedikit rasa penasaran dari lubuk hatinya, dia

menatap dan melihat si knight tergeletak di tanah, tak bergerak sema sekali.

Dia telah mati.

Ya, mati.

Krisis yang mengancam jiwa si gadis telah hilang seperti sebuah lelucon. Namun, dia tidak bisa gembira karena

Kematian telah berubah bentuknya dan menampakkan diri dalam wujud yang lebih nyata.

Dengan tatapan ketakutan dari si gadis, Kematian pun bergerak menuju si gadis.

Kegelapan berkumpul di tengah penglihatannya semakin meningkat.

Kegelapan itu akan membungkus diriku.

Dengan berpikir seperti itu, si gadis memeluk erat adiknya. Pikiran untuk kabur sudah tidak ada lagi.

Jika musuhnya hanya manusia, dia bisa bertindak dengan sedikit harapan. Tapi sesuatu di hadapan

matanya adalah wujud nyata yang membuyarkan hal itu.

Tolong biarkan aku mati dengan tanpa rasa sakit.

Hanya berdoa yang bisa dia lakukan.

Adik yang berada di pelukannyapun, mengigil ketakutan. Dia ingin menyelamatkan kakaknya, tapi dia tidak

bisa. Dia hanya bisa minta maaf atas ketidak berdayaannya. Dia hanya berdoa agar dia tidak merasa

kesepian, karena bersama kakaknya.

Lalu...