Chereads / Overlord_Indonesia / Chapter 4 - Chapter 1 :Part 3

Chapter 4 - Chapter 1 :Part 3

Bertempat di perbatasan antara Baharuth Empire dan Re-Estize Kingdom, sebelah selatan dari pegunungan

Azellerisia, terdapat hutan yang luas yang bernama "The Great Forest of Tob". Di luar dari tepi hutan,

terdapat desa Carne. Dengan populasi 120 orang, yang terbagi dalam 25 keluarga. Untuk ukuran desa

perbatasan dari Re-Estize Kingdom, jumlah ini tidak aneh.

Kegiatan utama sehari-hari dari penduduk desa tidak terlepas dari hutan dan ladang mereka, karena hampir tak

ada pengunjung kecuali beberapa ahli obat (pharmacist) yang sedang mencari tumbuh-tumbuhan dan petugas

pengumpul pajak yang datang sekali setahun. Itu adalah sebuah desa yang tidak bergerak dalam waktu. Para

penduduk sibuk sejak mereka bangun pagi. Sebagai desa tanpa cahaya keajaiban, "Continual Light (Cahaya

berkelanjutan)", mereka bekerja dari terbit hingga terbenam matahari, begitulah kehidupan mereka.

Tugas pertama Enri Emmot setiap harinya adalah pergi ke sumur terdekat dan mengambil air. Mengambil air

adalah pekerjaan seorang gadis dan ketika tangki air di dalam rumahnya sudah penuh, maka tugas

pertamanya untuk hari itu telah selesai. Bersamaan dengan itu, ibunya akan mempersiapkan sarapan, dan

empat anggota keluarga akan menikmati sarapan bersama.

Sarapan terdiri dari gandum yang ditanak atau dibuat bubur, dan juga sayuran yang ditumis. Suatu ketika

mereka juga makan buah. Setelah makan bersama orang tuanya, adiknya yang berusia 10 tahun akan pergi ke

hutan untuk mengumpulkan kayu bakar segar, atau membantu dengan pekerjaan ladang. Di pusat desa, ketika

lonceng berbunyi di sore hari, semuanya akan istirahat di alun-alun desa untuk makan bersama. Makan siang

terdiri dari roti hitam yang sudah beberapa hari, bersama dengan sup daging yang dipotong-potong. Setelah itu

mereka akan melanjutkan pekerjaan di ladang dan ketika matahari sudah terbenam semuanya akan kembali ke

rumah masing-masing untuk makan malam.

Sama seperti makan siang, makan malam juga terdiri dari roti hitam, ditemani sup kacang. Jika pemburu desa

berhasil menangkap beberapa hewan buruan, mereka akan mendapatkan daging juga. Setelah makan malam,

semuanya akan menggunakan cahaya dari dapur dan mengobrol dengan gembira, sambil menyulam baju-baju

yang sudah robek. Mereka akan pergi tidur sekitar jam 8 malam. Enri Emmot dilahirkan 16 tahun yang lalu,

dan hingga hari ini dia tidak pernah meninggalkan desa. Dia juga penasaran, apakah hari-harinya akan tetap

sama? seperti hari yang lain, Enri bangun tidur dan pergi ke sumur untuk menimba air. Biasanya hanya butuh 3

kali perjalanan bolak-balik ke sumur dan rumahnya untuk memenuhi tangki air besar.

"Yosh". Enri menyingsingkan lengan bajunya dan membuka kulit putih yang menarik perhatian dan memang

tidak terlalu banyak terkena sinar matahari. Bekerja di ladang telah membuat lengannya ramping, namun

berotot. Meskipun timba air terasa berat, Enri dengan mudah mengangkatnya. Jika timba tersebut penuh

hingga pinggirannya, dia hanya perlu sedikit perjalanan bolak-balik, yang mana akan membuat pekerjaannya

lebih cepat, ya khan?

Seharusnya timba tersebut tidak terlalu berat untuk diangkat. Sambil berpikir demikian, Enri mulai kembali

ke rumah. Di perjalanannya dia mendengar suara dan setelah menoleh ke arah datangnya suara tersebut

hatinya mulai tegang dengan perasaan takut. Suara yang dia dengar adalah suara kayu yang dihancurkan.

Diikuti dengan -

"Sebuah teriakan...?" Kedengarannya seperti tangisan burung yang tercekik, tapi itu pasti bukan suara

burung. Enri pun merasa gemetar. Dia tidak ingin mempercayainya. Itu pasti hanya halusinasi dan itu pasti

bukan teriakan manusia. Banyak pikiran menakutkan yang berkeliaran di otaknya.

Dia harus buru-buru, karena teriakan yang muncul berasal dari arah rumahnya. Dia membuang timba air itu,

karena tidak mungkin dia berlari sambil membawa benda berat tersebut. Meskipun dia hampir terjatuh

karena pakaiannya, dia segera berdiri lagi.

Suara itu muncul lagi. Jantung Enri semakin berdebar. Itu pasti suara teriakan manusia, tidak salah lagi.

Dia terus berlari, dan lari dan lari lagi. Tak pernah sekalipun dia pernah berlari secepat ini, dia berlari

hingga terjatuh karena tersangkut kakinya sendiri. Suara kuda, orang yang menjerit dan berteriak.

Semuanya semakin jelas. Di depan mata Enri, dari kejauhan, dia bisa melihat orang asing dengan baju

pelindung lengkap dan menghunuskan pedang pada para penduduk desa. Di atas tanah bergeletakan para

penduduk desa yang terluka akibat tusukan yang fatal.

"Tn. Morjina..." Di desa sekecil ini tak ada yang memperlakukan seseorang seperti orang asing, semuanya

adalah bagian dari keluarga. Jadi Enri mengenal penduduk yang tertebas pedang dan tergeletak di depannya.

Meskipun dia biasanya agak berisik, dia adalah orang yang baik dan tidak layak untuk mati seperti ini. Terpikir

baginya untuk berhenti, namun buru-buru dia mengigit bibir bawahnya dan melanjutkan tujuannya. Jarak yang

dekat untuk mengangkut air sekarang serasa seperti selamanya. Angin membawa suara teriakan dan jeritan

pada telinganya. Akhirnya, pemandangan rumahnya telah nampak di depan mata.

"Ayah! Ibu! Nemu!" Sambil berteriak memanggil keluarganya, Enri membuka pintu dan melihat keluarganya

yang terdiam dengan wajah penuh ketakutan... Namun, ketika Enri masuk melalui pintu rumah tersebut,

ekspresi mereka dalam sekejap berubah. "Enri! Kamu baik-baik saja?!" kata ayahnya, dengan tangan yang kuat

karena bekerja di ladang, memeluk Enri. "Ahh, Enri..." Ibunya pun memeluknya juga.

"Bagus, Enri juga sudah kembali, sekarang kita harus kabur secepatnya!" Saat ini, situasi keluarga Emmot

sangat kritis. Mereka khawatir ketika Enri tidak pulang, membuat mereka tidak bisa kabur. Saat mereka

ingin kabur, sebuah siluet seseorang masuk melalui pintu. Dengan berdiri menghalangi cahaya matahari

seseorang berpakaian pelindung lengkap dengan lambang Baharuth Empire.

Di tangannya dia menggenggam sebuah pedang. Baharuth Empire sering melakukan peperangan dengan

tetangganya, Re-Estize Kingdom. Tapi invasi yang terjadi hanya di dekat Benteng kota E-Rantel, mereka

tidak pernah sampai ke desa sebelumnya. Kehidupan tenang dari desa ini tiba-tiba terhenti.

Dari dalam helmet, terdapat tatapan mata yang dingin menghitung jumlah keluarga Enri, Enri merasa

ketakutan melihat matanya. Ksatria (knight) tersebut menggenggam pedangnya, suara berderit terdengar dari

cara dia memegang pedang. Saat dia akan masuk rumah--

"Huargh!"

"Ergh!" Ayahnya merangsek ke arah knight tersebut, mendorong keduanya keluar pintu. "Lari!"

"Kau!" Ada darah mengalir dari wajah ayahnya, sebuah luka yang disebabkan oleh benturan tadi. Keduanya

sedang berkelahi di tanah. Knight tersebut sedang menggenggam pisau ayahnya, di waktu yang sama ayahnya

sedang menahan pedang knight tersebut. Melihat ayahnya yang berdarah, Pikiran Enri seketika buyar. Dia

tidak tahu apakah harus menolong ayahnya atau cepat-cepat kabur dari situ.

"Enri! Nemu!" Teriakan ibunya membangunkan Enri ke alam nyata, Enri melihat ibunya menggelengkan

kepala dengan ekspresi yang dipaksakan. Enri memegang tangan adiknya dan dengan cepat berlari ke dalam

hutan, meninggalkan suara dari kuda, teriakan, logam yang beradu dan bau benda yang terbakar.

Dari segala sudut desa, situasi ini masuk ke dalam telinga, mata dan hidung Enri. Sebenarnya mereka ini dari

mana? Enri berusaha keras mencari tahu sambil berlari. Berlari hingga batas akhir tubuhnya, atau sembunyi di

sudut rumah. Ketakutan menghantui badannya dan detak jantungnya yang keras bukan hanya disebabkan

karena dia berlari. Sementara itu, karena merasakan tangan kecil yang berada di genggamannya seketika

memberinya motivasi untuk berlari lagi. Yaitu nyawa adiknya.

Ibu Enri, yang berlari di depan mereka, tiba-tiba berhenti di sudut dan berputar. Dia berlari kembali ke sang

ayah, setelah menyuruh Enri untuk terus berlari ke arah berlawanan. Sambil berlari dia berpikir mengapa

ibunya menyuruhnya melakukan hal itu, Enri dengan cepat menggigit bibirnya dan diikuti oleh tangisannya

hampir pecah. Dia menggenggam tangan adiknya dan berlari, tidak ingin tetap disini sedetikpun dari yang

dibutuhkan, karena dia ketakutan atas apa yang akan dia saksikan dari pemandangan itu.

---

"Momonga-sama, ada masalah?" Albedo kembali mengulangi pertanyaannya. Momonga tidak tahu bagaimana

harus menjawabnya. Karena banyak hal yang tak dapat dipahami terjadi sekaligus, pikirannya kosong.

"Maafkan aku." Momonga hanya bisa berdiri dan memandang Albedo dengan wajah bodoh. "Apakah ada

yang salah?" Wajah cantik Albedo mengamati Momonga dengan pelan.

Sebuah bau harum menyeruak ke dalam hidungnya. Wangi tersebut membuat Momonga berpikir kembali, dan

menyadarinya. "Tidak.. Tidak ada apa-apa.." Momonga bukanlah semacam orang yang menggunakan

honorific ketika berbicara dengan boneka. Tapi... setelah mendengar pertanyaan Albedo, dia tidak sengaja

menggunakan honorific. (TN honorific : Kata sapaan untuk menghormati seseorang dalam bahasa Jepang.

seperti -san, -sama dll).

Karena tingkah dan ucapan Albedo itu, Momonga tidak mungkin mengabaikan begitu saja tingkahnya yang

seperti manusia. Meskipun Momonga bisa dengan jelas melihat bagaimana tingkah Albedo yang tidak

normal, dia masih tidak bisa memahami apa yang terjadi. Di situasi seperti ini, yang hanya bisa dia lakukan

adalah mencoba untuk menekan perasaannya yang meluap dengan rasa khawatir dan terkejut, tapi karena

Momonga hanyalah orang biasa, dia tidak berhasil melakukannya. Tepat ketika momonga ingin berteriak,

sebuah kenangan tentang anggota guild datang ke pikirannya.

"Kekacauan adalah sebuah kegagalan dari sebuah negara, kamu harus selalu mempertahankan kepala dingin dan

cara berpikir yang logis. Tetaplah tenang, Pikirkan rencana ke depan, dan jangan buang waktu untuk berpikir

mengenai hal yang tidak perlu, Momonga-san." Memikirkan hal ini, Momonga tenang dengan sendirinya.

Kepada gadis yang berpakaian Moe atau disebut sebagai Zhuge-Liang dari Ainz Ooal Gown, Momonga

mengucapkan terima kasihnya.

"..Apakah ada yang terjadi pada anda?" Wajah cantik Albedo bertanya semakin dekat, membuat Momonga

hampir merasakan wangi yang keluar dari tubuh Albedo. Meskipun akhirnya dia berhasil tenang, dia hampir

panik kembali dalam sekejap. "..Fungsi untuk memanggil GM tidak bisa digunakan." Kepada Albdo yang

bermata mungil. Momonga akhirnya menjawab NPC itu. Tak pernah terlintas dalam hidupnya Momonga

memiliki ekspresi seperti ini dengan anggota lawan jenis, terutama dengan suasana seperti ini.

Meskipun dia tahu dia hanyalah NPC, dengan mempertimbangkan ekspresi dan tingkahnya yang seperti

manusia, Jantung Momonga berdegup kencang. Tapi detak jantungnya yang berdegup keras itu ditekan lagi

dalam-dalam agar bisa tenang. Meskipun detak jantungnya terganggu, dia ingat kata-kata bijak yang

disematkan oleh salah satu anggota guildnya. Tapi apa benar seperti itu? Momonga menggelengkan kepala,

sekarang bukan waktunya memikirkan hal semacam ini.

".. Maafkan hamba tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan Momonga-sama tentang GM. Hamba mohon

maaf tidak bisa memenuhi harapan anda, jika ada situasi dimana hamba mampu menebus kesalahan ini, hamba

dengan senang hati akan melakukannya. Silahkan beri perintah.".. Mereka berdua saling berbicara, tidak salah

lagi. Mengetahui hal ini, Momonga terlalu kaget untuk bicara. Tidak mungkin. Ini benar-benar tidak mungkin.

NPC ini mampu untuk bicara. Tidak, mungkin saja dia menggunakan ucapan otomatis yang membuat NPC

bisa berbicara, karena ada banyak teriakan dan sorakan bagi pemain game untuk bisa di unduh. Namun...

berbicara dengan benar menghadapi NPC adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Bahkan sampai barusan, Sebas hanya mampu memahami perintah sederhana. Lalu, apa yang terjadi

sehingga hal ini jadi mungkin? Apakah hanya Albedo yang berubah? Dengan lambaian tangannya,

Momonga memberikan perintah pada Albedo untuk tetap di bawah, yang mana dia kerjakan dengan wajah

penuh kesal. Momonga lalu mengarahkan matanya kepada kepala pelayan dan enam maid. "Sebas! Maids!"

"Ya!" terucap bersamaan, mereka berdiri dan berjalan mendekati singgasana. Lalu mereka berlutut. Saat itu,

ada dua hal yang menjadi jelas. Pertama, bahkan tanpa mengatakan perintah yang spesifik, NPC mampu

memahami perintah sederhana. Kedua, Albedo bukan hanya satu-satunya yang mampu berbicara.

Setidaknya semua NPC di ruangan tahta ini tidak normal. Ketika Momonga memikirkan hal ini, dia tidak bisa

menghilangkan pikiran bahwa ada hal aneh yang terjadi pada Albedo, yang masih berdiri di sampingnya.

Ingin menjernihkan masalah ini, Momonga melihat ke arah Albedo dengan tatapan tajam. "Apakah ada yang

terjadi? Apakah saya melakukan kesalahan..?"

"...!" Akhirnya momonga menyadari apa yang salah, dia tidak mampu mengeluarkan suara dan hanya bisa

takjub... Suatu perasaan aneh yang datang dari ekspresi yang berubah. Bibirnya bergerak, bahkan

mengeluarkan suara.

"..Jangan-jangan...!" Momonga meletakkan tangannya di mulut dengan cepat dan mencoba untuk mengeluarkan

suara. Mulutnya bergerak. Adalah Hal yang wajar bagi DMMORPG bahwa tidak mungkin mulut bisa bergerak

dan berbicara di saat yang bersamaan. Tampilan dari ekspresi wajah pada dasarnya sama, dan jika ini benar,

maka seharusnya tidak ada ekspresi wajah dari desain ini. Dan juga, wajah Momonga hanya berupa tengkorak,

yang tidak punya lidah ataupun tenggorokan. Melihat tangannya, dia hanya melihat tangan bertulang tanpa kulit

atau apapun. Dia bahkan tidak punya organ dalam atau paru-paru, jadi bagaimana bisa dia bicara?.

"Tidak mungkin..." Momonga tiba-tiba merasa hal yang wajar yang terkumpul sampai saat ini menjadi tercerai

berai, di saat yang sama dia merasa tidak nyaman. Dengan menekan keinginan untuk berteriak, jantungnya

tiba-tiba kembali tenang. Momonga memukul salah satu pegangan tangan dari singgasananya, tapi seperti yang

dia duga, tak ada indikasi kerusakan. "Apa yang harus kulakukan...? Apakah ada ide yang bagus...?" Dengan

pemahaman nol terhadap situasi ini, dia juga mulai marah karena tak ada siapapun yang bisa membantunya.

Lalu, hal yang paling penting yang harus dia lakukan sekarang adalah, mencari petunjuk. "..Sebas."

Mengangkat kepalanya, Sebas mempunyai ekspresi yang tulus, terasa seperti orang hidup. Memberi perintah

padanya seharusnya tak masalah khan? Meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi, apakah semua NPC di

makam ini loyal kepadaku? Mereka ini jelas sekali bukan NPC yang dibuat secara bersama-sama. Merasa

tidak enak dengan pikirannya yang berenang dengan pertanyaan-pertanyaan, Momonga menekan emosi ini.

Bagaimanapun, kandidat yang paling cocok untuk melakukan pencarian adalah Sebas.

Meskipun Albedo ada di sampingnya, Momonga bertekad dan memilih Sebas. Sambil berpikir dan terlihat

seperti bos berpangkat tinggi memerintahkan pegawainya, Momonga menunjukkan sikap seorang pimpinan

dan memerintah: "Tinggalkan tempat ini dan periksalah area sekitar. Jika ada manusia atau makhluk apapun

yang bersahabat, undang kemari. Negosiasi seharusnya tercapai hingga ada kepuasan satu sama lain. Radius

pencarian adalah satu kilometer dan cobalah untuk menghindari pertarungan."

"Ya, Momonga-sama. Saya akan melakukan sesuai perintah."

Di Yggdrasil, tidak mungkin NPC yang dibuat untuk melindungi area tertentu lalu meninggalkannya. Namun,

sekarang ini sudah berubah. Tidak, masalah ini hanya bisa ditentukan ketika Sebas benar-benar

meninggalkan Great Tomb of Nazarick. ".. Bawa anggota Pleiades denganmu. Jika ada situasi dimana kamu

harus mundur, bawalah informasi yang kamu kumpulkan kembali kemari."

Dengan itu, langkah pertama telah diambil. Momonga melepaskan tongkat Ainz Ooal Gown. Tongkat tersebut tidak jatuh ke tanah tapi mulai melayang, seperti ada yang memegang di udara. Meskipun tidak sesuai dengan

hukum fisika, ini biasanya hanya terjadi didalam game.

Situasi dimana item melayang di udara ketika kamu lepaskan adalah tidak aneh di Yggdrasil. Spirit yang

muncul dari tongkat menunjukkan ekspresi kesakitan dan menjerat tangannya, tapi Momonga tidak

memikirkannya. Kejadian semacam ini sangat tidak aneh.. Namun, efek seperti ini juga tidak mengejutkan,

jadi Momonga memutar jarinya dan membuyarkan spirit-spirit itu. Momonga menggulung tangannya dan

merenung. Langkah selanjutnya adalah...

"..Menghubungi perusahaan game." Mempertimbangkan situasi Momonga yang tidak normal, yang paling tahu

tentang itu seharusnya adalah perusahaan game. Masalahnya adalah bagaiman menghubungi mereka? Biasanya

yang dilakukan hanyalah dengan menggunakan perintah "Shout" atau "Call GM" untuk melakukan kontak

langsung, tapi metode itu kelihatannya juga gagal saat ini...

"Message?" Itu adalah salah satu permainan pesan magic dalam game. Biasanya, itu hanya bisa digunakan di

tempat atau situasi tertentu, tapi sekarang ini mungkin bisa dimanfaatkan. Meskipun magic ini bisa digunakan

untuk berkomunikasi dengan pemain lain, belum diketahui apakah bisa juga digunakan untuk memanggil GM.

Dan di situasi yang tidak normal ini, tidak ada jaminan bahwa magic masih bisa digunakan. Jika dia tidak bisa

menggunakan magic, jangankan bertarung, bahkan pergerakan dan kemampuannya untuk mengumpulkan

informasi akan sangat berkurang sekali. Di situasi seperti ini, dimana semuanya serba asing, penting sekali

untuk memastikan apakah magic bisa digunakan. Dan harus diketahui hasilnya secepat mungkin. Jadi apakah

ada tempat dimana dia bisa menggunakan magic, Momonga melihat sekeliling ruangan tahta dan

menggelengkan kepala. Meskipun ini adalah situasi darurat, dia tidak ingin menggunakan ruangan tahta untuk

bereksperimen dengan magic miliknya. Sambil memikirkan lokasi yang tepat, sebuah tempat terbersit di

otaknya.

Disamping kemampuannya sendiri, ada hal lain yang ingin dia konfirmasi. Dan itu adalah otoritasnya. Dia

harus mencari tahu otoritasnya sebagai pimpinan dari Ainz Ooal Gown, apakah masih ada. Meskipun para NPC

di depannya kelihatannya loyal, ada banyak NPC di Great Tomb of Nazarick yang kemampuannya setara

dengan Momonga. Dia harus mencari tahu apakah mereka masih loyal terhadapnya. Namun--

Momonga melihat ke arah para maid dan Sebas yang sedang berlutut, lalu ke arah Albedo yang ada di

sampingnya. Albedo sedikit tersenyum. Meskipun bisa dikatakan itu adalah senyuman yang indah, tetapi

kelihatannya juga seperti senyum pahit karena menyembunyikan sesuatu, yang mana membuat Momonga

merasakan hal buruk. Apakah loyalitas dari NPC masih tidak berubah? Jika ini adalah kenyataan, setelah..

Setelah bertemu dengan pimpinan dalam perusahaan, para pegawai akan kehilangan kepercayaan padanya,

jadi reaksi para NPC seharusnya sama khan? atau akankah mereka tidak akan pernah mengkhianati seseorang

selama mereka terprogram untuk setia kepadanya?

Jika kesetiaan mereka bisa digoyahkan, maka apa yang harus dilakukan agar bisa menjaganya? Memberi

hadiah? Ada banyak benda berharga di ruang penyimpanan guild. Meskipun jika dia menggunakan hartaharta itu bisa membuat teman-temannya sedih, karena ini adalah situasi darurat menyangkut keberlangsungan

dari Ainz Ooal Gown, mereka pasti akan mengerti. Hanya saja dia tidak yakin seberapa banyak insentif yang

harus diberikan.

Lagipula, apakah posisi yang lebih tinggi seharusnya dianggap sebagai atasan? Tapi saat ini kekuatan apa

yang diperhitungkan sebagai yang atasan, ini masih belum jelas baginya. Rasanya seperti jika dia ingin

melanjutkan labirin pertanyaan ini, dia akan mengerti pelan-pelan. atau...

"Kekuatan?" Momonga membuka tangan kirinya, dan tongkat Ainz Ooal Gown secara otomatis terbang

ke tangannya. "Kekuatan untuk berdiri di atas segalanya?" Tujuh permata yang tertancap di tongkat

bersinar dengan terang, seperti meminta kepada tuannya untuk menggunakan kekuatannya yang hebat.

"..Lupakan saja, kita pikirkan hal ini nanti."

Momonga melepaskan tongkatnya lalu tongkat tersebut jatuh ke lantai seperti marah karena ngambek. Sebagai

kesimpulan, selama kamu bertingkah seperti seorang pemimpin sepertinya yang lain takkan memusuhimu. Tidak

perduli manusia atau binatang, selama kamu tidak menunjukkan kelemahanmu, musuh takkan berani

menunjukkan taringnya dan menyerangmu. Dengan sikap memaksakan, Momonga berteriak dengan keras:

"Pleiades. Dengarkan. Selain maid yang mengikuti Sebas, yang lainnya pergi ke lantai 9 dan melindunginya

dari segala macam serangan musuh yang muncul dari lantai 8."

"Baik. Momonga-sama." Para Maid disamping Sebas merespon dengan hormat, mereka

menunjukkan memahami tugas mereka. "Lakukan segera."

"Mengerti, tuanku!" Setelah memberikan respon Sebas dan para maid membungkuk kepada Momonga,

berdiri dan di saat yang sama pergi. Sekali lagi pintu-pintu besar itu tertutup. Sebas dan para maid hilang di

sisi lain. Fakta bahwa mereka tidak menolak perintah adalah sinyal yang baik. Momonga merasa seakan

beban berat jatuh dari pundaknya dan melihat ke arah satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu

adalah Albedo, yang tersenyum sambil berkata:

"Apa yang anda ingin saya lakukan selanjutnya, Momonga-sama?"

"Ah, ehmm.. aku tahu." Momonga bangkit dari duduknya, dengan masih memegang tongkatnya dia berkata

: "Kemarilah."

"Sesuai perintah anda." Menjawab dengan senyuman, Albedo maju ke arah Momonga. Meskipun Momonga

masih berhati-hati terhadap tongkat dengan bola hitam melayang yang dibawa oleh Albedo, dia lupa sesaat

kalau itu masih ada disana. Sebelum dia menyadari ini, Albedo sudah sangat dekat untuk memeluknya.

Bau yang harum sekali.. Apa yang kupikirkan? Pikiran itu tiba-tiba saja dibuang ketika terlintas di

benak Momonga, ini bukannya berfantasi. Momonga meraih tangan Albedo. "..."

"Ah?" Ekspresi Albedo seperti kesakitan. Momonga kaget dan cepat-cepat menarik tangannya. Ada

apa? Jangan-jangan aku membuatnya tidak nyaman? Beberapa ingatan tidak menyenangkan berputarputar di kepalanya, seperti langit yang jatuh, tapi Momonga dengan cepat menemukan jawabannya.

"..Ah.." Satu kelas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Maharaja Undead (Undead Overlord) adalah

seorang Mage tengkorak, yang mempunyai skill melukai atau memberi efek negatif ketika penggunanya

menyentuh orang lain. Apa mungkin ini alasan dia? Meskipun begitu, masih ada sedikit keraguan di hatinya.

Di Yggdrasil, para monster dan NPC yang dipanggil di dalam Great Tomb of Nazarick terdaftarkan semuanya

di bawah guild Ainz Ooal Gown.

Selama mereka berada dalam guild yang sama, bahkan jika mereka saling menyerang, takkan ada yang terjadi.

Jangan-jangan Albedo sudah tidak berada dalam satu guild? atau jangan-jangan sekarang melukai anggota guild

yang sama bisa terjadi? Kemungkinan akan hal itu masih sangat tinggi. Menyadari ini Momonga meminta maaf

pada Albedo: "Maafkan aku. aku lupa untuk mengangkat efek negatif dari skill ini." "Tolong jangan perdulikan

saya, Momonga-sama. Rasa sakit segini tidak terasa sama sekali. Dan Juga, jika itu adalah Momonga-sama, tak

perduli rasa sakit apapun.. Ahn!"

"Oh.. Eh.. begitukah... Tidak, aku masih ingin minta maaf."

Momonga tidak tahu bagaimana bereaksi melihat Albedo yang dengan malu-malu menutup wajah dengan tangannya setelah bersuara manis, dan mulai tergagap. Itu benar-benar karena efek negatif dari sentuhan.

Momonga dengan cepat-cepat memalingkan muka, dan mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara

menghentikan efek skill ini lalu tiba-tiba dia mengerti bagaimana caranya.

Menggunakan skill dari Undead Overloard, bagi Momonga, itu adalah hal yang mudah dan sederhana seperti

bernafas. Menghadapi situasi yang tidak normal, Momonga tidak bisa menahan tawa. Setelah melalui

banyak situasi aneh, kebingungan karena hal seperti itu adalah lucu. Kebiasaan bisa sangat menakutkan.

"Aku akan menyentuhmu."

"Ah." Setelah menonaktifkan skill, dia menyodorkan tangan untuk menyentuh tangan Albedo. Meskipun

beberapa kalimat melayang-layang di pikirannya, 'Ah kecil sekali', 'Ah putih sekali' dan beberapa ide-ide lain

yang muncul di kepalanya, seluruh hasrat seorang pria benar-benar diabaikan karena dia hanya ingin merasakan

denyut nadi Albedo.

..Berdetak. Jantungnya berdetak. Jika ini adalah makhluk hidup, ini merupakan anugerah. Tentu saja, jika

ini benar-benar makhluk hidup. Setelah melepaskannya, Momonga melihat pergelangan tangannya sendiri

dan terlihat hanya tulang putih tak berkulit. Karena tak ada pembuluh darah, sudah tentu tak ada detak

jantung. Tentu saja, menjadi seorang Undead Overlord artinya dia seorang Immortal (Makhluk abadi), yang

tak bisa dijangkau oleh kematian, dan tentu saja tak punya detak jantung.

Menjauh dari Albedo, Momonga kembali melihat ke arahnya. Momonga melihat Albedo dengan mata

lembab yang muncul dari bayangannya. Dengan wajah bersemu, mungkin karena suhu tubuhnya yang naik

tiba-tiba. Melihat tampilan Albedo, membuat Momonga terdiam.

".. Bagaimana ini bisa terjadi?" Bukankah dia hanya seorang NPC? Hanya berupa informasi elektromagnetik?

Bagaimana dia bisa hidup seperti manusia, AI macam apa yang bisa melakukannya? Yang lebih penting lagi,

dunia Yggdrasil tiba-tiba muncul dan menjadi dunia nyata...

Tidak mungkin. Momonga menggeleng-gelengkan kepalanya karena menolak kenyataan. Situasi yang fantastik

takkan pernah terjadi. Tapi ketika sebuah ide sudah tertanam, takkan bisa lagi dihapus dengan mudah. Merasa

tidak nyaman dengan perubahan Albedo, Momonga tak tahu lagi harus bagaiman selanjutnya. Selanjutnya.. adalah

langkah terakhir. Selama dia bisa memastikan hal ini, semua prediksi miliknya akan menjadi fakta. Untuk

memastikan kecurigaannya terhadap makhluk ini apakah nyata atau tidak? Bagaimanapun, ini adalah tindakan

seharusnya. Meskipun dia harus menggunakan senjata di genggaman tangannya...

"Albedo.. bisa, bisakah aku memegang dadamu?"

"Huh?" Suasananya langsung membeku. Albedo membelalakkan matanya karena kaget. Bahkan Momonga pun

merasa malu. Meskipun tidak ada jalan lagi untuk melewati hal ini, dia juga tidak mengerti mengapa dia

mengatakan hal itu. Yang benar saja, meminta seseorang akan hal itu dengan suara tinggi benar-benar terlalu

vulgar.

Tidak, menggunakan otoritasnya sebagai pimpinan untuk melakukan pelecehan seksual adalah orang yang

rendah serendah-rendahnya. Tapi karena sudah kehabisan ide, dia harus melakukan ini. Momonga

meyakinkan dirinya sendiri, dia berusahan menenangkan diri dan dengan wibawa seorang Pemimpin dia

berkata: "Seharusnya itu tidak masalah ya khan?"

Tidak merasa malu sedikitpun. Mendengar permintaan Momonga yang tergagap, Albedo terlihat seperti

ingin meledak kegirangan. "Tentu saja, Momonga-sama Silahkan membelainya dengan senang hati."

Albedo mendorong dadanya kedepan, puncak kembar miliknya yang menonjol dengan indah, di depan Momonga. Jika dia mampu menelan ludah, dia pasti sudah melakukannya berkali-kali. Dengan meraihkan

tangannya, dia memegang dada Albedo yang ditutupi oleh jubah seremonial. Ada ketegangan dan kegembiraan

dengan jumlah tidak normal dan di sudut pikirannya dia dengan tenang mengamati pemikirannya.

Berpikir bahwa dia benar-benar bodoh, mengapa dia memikirkan metode semacam itu dan melakukannya. Dia

mencuri pandang pada Albedo dan menyadari matanya yang bersinar, dadanya juga memiliki tampilan

"Mengundang!". Tidak yakin apakah karena gembira atau malu, tangan Momonga gemetar karena tekanan,

tapi dia menguatkan diri dan mengarahkan tangannya. Pertama Momonga merasa sedikit kaku di permukaan

baju, lalu merasakan sensasi sangat lunak di baliknya.

"Unn.. Anh.." Saat Albedo mengeluarkan erangan kecil, Momonga menghentikan percobaannya. Setelah

mempelajari apa yang barusan dia rasakan, Momonga datang dengan dua penjelasan yang mungkin

terhadap situasi ini. Pertama, ini bisa saja DMMORPG yang baru. Artinya dengan berakhirnya Yggdrasil,

sebuah Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.

Tapi setelah percobaan ini, kemungkinan akan peluncuran game baru menjadi tidak mungkin... karena

sebuah game akan melarang tindakan yang dikategorikan untuk 18 tahun keatas, bahkan dikategorikan usia

15 tahun keatas. ketika terjadi pelanggaran, sebuah hukuman berat akan diberlakukan: nama dari pelaku akan

diumumkan di website resmi dan akun pelaku akan dihapus.

Alasan dibalik tindakan itu adalah jika tindakan 18 tahun keatas semacam ini diketahui publik, berarti

melanggar Tindakan Pemeliharaan Ketertiban Sosial. Pada umumnya, fakta bahwa tingkah laku semacam ini

adalah ilegal bukanlah hal yang mengagetkan. Jika ini adalah dunia game, perusahaan akan mengaplikasikan

semacam metode untuk mencegah pemain melakukan tindakan semacam ini. Jika seorang GM atau

perusahaan game sedang memonitornya, mereka akan dengan segera mencegah tingkah laku mesum dari

Momonga. Tapi kelihatannya tidak ada tanda semacam itu disini.

Dan menurut dasar dari DMMORPG dan hukum komputer, karena tidak memiliki izin, memaksa pemain untuk

tinggal di dunia game dikategorikan sebagai penculikan dibawah hukum penculikan. JIka pemain dipaksa join

demo dari sebuah game, tindakan semacam ini akan segera diketahui oleh penyidik, terutama jika tidak

mungkin meninggalkan sebuah game. Tidak mengherankan jika perusahaan game tersebut akan dituntut dengan

penjara.

Jika situasi semacam itu terjadi dan perintah keluar dari game tidak berhasil, para pemain akan bisa

menyimpan rekaman permainan bernilai seminggu penuh dengan program yang dibawanya, hal itu merupakan

keharusan dari hukum yang berlaku. Dengan itu kamu bisa dengan mudah melaporkan pelanggaran

perusahaan. Jika Momonga hilang dalam seminggu, seseorang dari perusahaannya akan tahu bahwa ada

sesuatu yang mencurigakan dan mengirimkan seseorang ke rumah untuk mencari dia. Selama polisi

menyelidiki tampilan khusus, mereka seharusnya mampu untuk menyelesaikan masalah ini.

Perusahaan mana yang mau beresiko ditangkap dengan melakukan tindakan kriminal seperti itu? Tentu saja,

sangat mungkin untuk beralasan bahwa ini adalah pengalaman yang pertama dari game tersebut, atau bilang

bahwa mereka sedang mengupdate gamenya. Tapi bagi perusahaan game, mengambil resiko seperti ini tidak

akan menguntungkan bagi mereka. Dengan berpikir seperti itu, maka kemungkinan yang tersisa adalah

bahwa ini adalah tindakan kejahatan, yang tak ada hubungannya dengan perusahaan game. Jika memang

begitu, pemikiran semacam ini harus berubah, jika tidak maka tidak mungkin lagi menemukan jawabannya.

Masalahnya adalah kebingungan bagaimana menghadapi masalah ini. Ada juga kemungkinan yang lain...

Bahwa dunia virtual ini menjadi nyata. Tidak mungkin. Momonga buru-buru menolak pemikiran ini.

Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi... Tapi di sisi lain, semakin banyak waktu yang terlewati

semakin jelas terlihat bahwa itu adalah penjelasan yang paling bisa menjelaskan apa yang terjadi. Lagipula,

Momonga sedang memikirkan bau harum dari Albedo.

Menurut Hukum Digital, 2 dari 5 indra, pengecap dan perasa, seharusnya tidak ada. Meskipun ada sistem

makanan dan minuman di dalam game, pada umumnya hanya sebagai sistem konsumsi. Batasan dari indra

perasa dimaksudkan untuk menghindari pemain yang menganggap ini adalah kenyataan.

Karena batasan ini, penggunaan realitas virtual dalam industri sex menjadi tidak populer. Tapi sekarang ini

semua batasan itu sudah hilang. Ini membuat benturan dramatis pada Momonga, memunculkan pertanyaan

seperti "Bagaiman dengan pekerjaanku esok?" atau "Apa yang akan terjadi mulai sekarang?" Semua

pertanyaan ini adalah urusan kecil, dia buru-buru melempar hal ke bagian otaknya yang paling belakang.

".. Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Menurut besarnya data, ini sangat tidak mungkin terjadi..."

Momonga menelan ludah yang seharusnya tidak mengeluarkan suara. Meskipun pikirannya tidak bisa

menerima situasi ini, di dalam hatinya dia sudah mengerti. Akhirnya dia melepaskan tangannya dari

dada Albedo.

Setelah membelainya dalam sekian waktu, Momonga akhirnya mampu memahami situasi. Alasan dia

menyentuh Albedo dalam waktu lama bukan karena dia berpikir bahwa 'milik' Albedo sangat lunak dan

tidak ingin melepaskannya. Jelas tidak. "Maafkan aku Albedo."

"Woo ah.." Albedo menghela nafas dengan wajah memerah, seperti mengeluarkan uap panas dari tubuhnya.

Dengan malu-malu dia bertanya pada Momonga: "Apakah malam pertama hamba dilakukan disini?" Setelah

Albedo terbawa suasana dan bertanya demikian, Momonga tanpa tertahan lagi dengan kagetnya bersuara

keras: "...Ap-?"

Pikiran Momonga tiba-tiba hampa, tidak mampu menerjemahkan kalimat Albedo. Malam pertama? Apa?

Tentang apa? Dan mengapa dia terlihat semalu itu? "Bolehkah hamba bertanya apa yang harus hamba lakukan

dengan pakaian ini?"

"..Ha?"

"Apakah hamba harus melepaskannya sendiri? Ataukah Momonga-sama berkenan melakukannya? Dengan

memakai pakaian, nanti.. bisa mengotorinya.. Tidak, jika Momonga-sama menginginkan hamba memakai

pakaian ini, maka hamba tidak keberatan."

Otak Momonga akhirnya bisa mengerti perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini hal itu masih dipertanyakan

apakah Momonga masih punya otak di dalam tengkoraknya atau tidak. Merasa sadar akan apa maksud

Albedo sebenarnya, hatinya bimbang: "Cukup Albedo."

"Huh? Ya, tuanku."

"Sekarang jangan.. Tidak, sekarang bukan saat yang tepat melakukan hal semacam itu."

"Maafkan hamba! Kita sedang menghadapi situasi darurat dan hamba hanya memikirkan hasrat hamba

sendiri." Albedo mulai berlutut meminta maaf, tapi Momonga menghentikannya.

"Tidak, semua ini adalah salahku, aku memaafkanmu, Albedo. Selain dari ini.. Aku punya permintaan

lain padamu"

"Apapun yang terjadi, hamba akan laksanakan."

"Beri tahu semua Penjaga masing-masing lantai (Guardian Floor), Aku ingin mereka menemuiku di arena lantai 6.

Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan mengabari Aura dan Mare sendiri, jadi kamu tidak usah menghubungi mereka berdua."

"Siap Tuanku. hamba ulangi, selain dari dua Guardian lantai enam, beritahu Guardian lainnya untuk

berkumpul di arena dalam satu jam."

"Benar, sekarang pergilah."

"Ya."

Albedo buru-buru meninggalkan ruang tahta. Melihat punggung Albedo yang menghilang, Momonga menghela

nafas setelah Albedo meninggalkan ruang tahta. ".. Apa yang sudah kulakukan.. Meskipun hanya bercanda...

Kalau aku tahu hal ini akan terjadi sebelumnya aku takkan pernah melakukan hal semacam itu. Aku.. sudah

menodai NPC buatan Tabula Smaragdina." Hanya ada satu alasan dari reaksi Albedo. Sebelumnya

Momonga menulis ulang pengaturan Albedo, dia merubahnya menjadi "Jatuh Cinta kepada Momonga".

Inilah alasan mengapa ALbedo memiliki reaksi semacam itu.

"..Ah.. Sialan..!" Momonga menggerutu sendiri, warisan Tabula Smaragdina yang berupa Albedo diciptakan

dengan susah payah dari nol, lalu diubah tanpa permisi dan akhirnya sifatnya seperti itu. Momonga merasa

dia sudah menodai mahakarya seseorang dan menjadi murung. Tapi wajah Momonga hanyalah tengkorak,

membuatnya sulit untuk melihat perubahan wajahnya pada saat dia meninggalkan singgasana. Dia bertekad

untuk menyingkirkan masalah ini sementara. Dia mempunyai masalah lain yang harus dihadapi sekarang dan

memerlukan prioritasnya.