Bertempat di perbatasan antara Baharuth Empire dan Re-Estize Kingdom, sebelah selatan dari pegunungan
Azellerisia, terdapat hutan yang luas yang bernama "The Great Forest of Tob". Di luar dari tepi hutan,
terdapat desa Carne. Dengan populasi 120 orang, yang terbagi dalam 25 keluarga. Untuk ukuran desa
perbatasan dari Re-Estize Kingdom, jumlah ini tidak aneh.
Kegiatan utama sehari-hari dari penduduk desa tidak terlepas dari hutan dan ladang mereka, karena hampir tak
ada pengunjung kecuali beberapa ahli obat (pharmacist) yang sedang mencari tumbuh-tumbuhan dan petugas
pengumpul pajak yang datang sekali setahun. Itu adalah sebuah desa yang tidak bergerak dalam waktu. Para
penduduk sibuk sejak mereka bangun pagi. Sebagai desa tanpa cahaya keajaiban, "Continual Light (Cahaya
berkelanjutan)", mereka bekerja dari terbit hingga terbenam matahari, begitulah kehidupan mereka.
Tugas pertama Enri Emmot setiap harinya adalah pergi ke sumur terdekat dan mengambil air. Mengambil air
adalah pekerjaan seorang gadis dan ketika tangki air di dalam rumahnya sudah penuh, maka tugas
pertamanya untuk hari itu telah selesai. Bersamaan dengan itu, ibunya akan mempersiapkan sarapan, dan
empat anggota keluarga akan menikmati sarapan bersama.
Sarapan terdiri dari gandum yang ditanak atau dibuat bubur, dan juga sayuran yang ditumis. Suatu ketika
mereka juga makan buah. Setelah makan bersama orang tuanya, adiknya yang berusia 10 tahun akan pergi ke
hutan untuk mengumpulkan kayu bakar segar, atau membantu dengan pekerjaan ladang. Di pusat desa, ketika
lonceng berbunyi di sore hari, semuanya akan istirahat di alun-alun desa untuk makan bersama. Makan siang
terdiri dari roti hitam yang sudah beberapa hari, bersama dengan sup daging yang dipotong-potong. Setelah itu
mereka akan melanjutkan pekerjaan di ladang dan ketika matahari sudah terbenam semuanya akan kembali ke
rumah masing-masing untuk makan malam.
Sama seperti makan siang, makan malam juga terdiri dari roti hitam, ditemani sup kacang. Jika pemburu desa
berhasil menangkap beberapa hewan buruan, mereka akan mendapatkan daging juga. Setelah makan malam,
semuanya akan menggunakan cahaya dari dapur dan mengobrol dengan gembira, sambil menyulam baju-baju
yang sudah robek. Mereka akan pergi tidur sekitar jam 8 malam. Enri Emmot dilahirkan 16 tahun yang lalu,
dan hingga hari ini dia tidak pernah meninggalkan desa. Dia juga penasaran, apakah hari-harinya akan tetap
sama? seperti hari yang lain, Enri bangun tidur dan pergi ke sumur untuk menimba air. Biasanya hanya butuh 3
kali perjalanan bolak-balik ke sumur dan rumahnya untuk memenuhi tangki air besar.
"Yosh". Enri menyingsingkan lengan bajunya dan membuka kulit putih yang menarik perhatian dan memang
tidak terlalu banyak terkena sinar matahari. Bekerja di ladang telah membuat lengannya ramping, namun
berotot. Meskipun timba air terasa berat, Enri dengan mudah mengangkatnya. Jika timba tersebut penuh
hingga pinggirannya, dia hanya perlu sedikit perjalanan bolak-balik, yang mana akan membuat pekerjaannya
lebih cepat, ya khan?
Seharusnya timba tersebut tidak terlalu berat untuk diangkat. Sambil berpikir demikian, Enri mulai kembali
ke rumah. Di perjalanannya dia mendengar suara dan setelah menoleh ke arah datangnya suara tersebut
hatinya mulai tegang dengan perasaan takut. Suara yang dia dengar adalah suara kayu yang dihancurkan.
Diikuti dengan -
"Sebuah teriakan...?" Kedengarannya seperti tangisan burung yang tercekik, tapi itu pasti bukan suara
burung. Enri pun merasa gemetar. Dia tidak ingin mempercayainya. Itu pasti hanya halusinasi dan itu pasti
bukan teriakan manusia. Banyak pikiran menakutkan yang berkeliaran di otaknya.
Dia harus buru-buru, karena teriakan yang muncul berasal dari arah rumahnya. Dia membuang timba air itu,
karena tidak mungkin dia berlari sambil membawa benda berat tersebut. Meskipun dia hampir terjatuh
karena pakaiannya, dia segera berdiri lagi.
Suara itu muncul lagi. Jantung Enri semakin berdebar. Itu pasti suara teriakan manusia, tidak salah lagi.
Dia terus berlari, dan lari dan lari lagi. Tak pernah sekalipun dia pernah berlari secepat ini, dia berlari
hingga terjatuh karena tersangkut kakinya sendiri. Suara kuda, orang yang menjerit dan berteriak.
Semuanya semakin jelas. Di depan mata Enri, dari kejauhan, dia bisa melihat orang asing dengan baju
pelindung lengkap dan menghunuskan pedang pada para penduduk desa. Di atas tanah bergeletakan para
penduduk desa yang terluka akibat tusukan yang fatal.
"Tn. Morjina..." Di desa sekecil ini tak ada yang memperlakukan seseorang seperti orang asing, semuanya
adalah bagian dari keluarga. Jadi Enri mengenal penduduk yang tertebas pedang dan tergeletak di depannya.
Meskipun dia biasanya agak berisik, dia adalah orang yang baik dan tidak layak untuk mati seperti ini. Terpikir
baginya untuk berhenti, namun buru-buru dia mengigit bibir bawahnya dan melanjutkan tujuannya. Jarak yang
dekat untuk mengangkut air sekarang serasa seperti selamanya. Angin membawa suara teriakan dan jeritan
pada telinganya. Akhirnya, pemandangan rumahnya telah nampak di depan mata.
"Ayah! Ibu! Nemu!" Sambil berteriak memanggil keluarganya, Enri membuka pintu dan melihat keluarganya
yang terdiam dengan wajah penuh ketakutan... Namun, ketika Enri masuk melalui pintu rumah tersebut,
ekspresi mereka dalam sekejap berubah. "Enri! Kamu baik-baik saja?!" kata ayahnya, dengan tangan yang kuat
karena bekerja di ladang, memeluk Enri. "Ahh, Enri..." Ibunya pun memeluknya juga.
"Bagus, Enri juga sudah kembali, sekarang kita harus kabur secepatnya!" Saat ini, situasi keluarga Emmot
sangat kritis. Mereka khawatir ketika Enri tidak pulang, membuat mereka tidak bisa kabur. Saat mereka
ingin kabur, sebuah siluet seseorang masuk melalui pintu. Dengan berdiri menghalangi cahaya matahari
seseorang berpakaian pelindung lengkap dengan lambang Baharuth Empire.
Di tangannya dia menggenggam sebuah pedang. Baharuth Empire sering melakukan peperangan dengan
tetangganya, Re-Estize Kingdom. Tapi invasi yang terjadi hanya di dekat Benteng kota E-Rantel, mereka
tidak pernah sampai ke desa sebelumnya. Kehidupan tenang dari desa ini tiba-tiba terhenti.
Dari dalam helmet, terdapat tatapan mata yang dingin menghitung jumlah keluarga Enri, Enri merasa
ketakutan melihat matanya. Ksatria (knight) tersebut menggenggam pedangnya, suara berderit terdengar dari
cara dia memegang pedang. Saat dia akan masuk rumah--
"Huargh!"
"Ergh!" Ayahnya merangsek ke arah knight tersebut, mendorong keduanya keluar pintu. "Lari!"
"Kau!" Ada darah mengalir dari wajah ayahnya, sebuah luka yang disebabkan oleh benturan tadi. Keduanya
sedang berkelahi di tanah. Knight tersebut sedang menggenggam pisau ayahnya, di waktu yang sama ayahnya
sedang menahan pedang knight tersebut. Melihat ayahnya yang berdarah, Pikiran Enri seketika buyar. Dia
tidak tahu apakah harus menolong ayahnya atau cepat-cepat kabur dari situ.
"Enri! Nemu!" Teriakan ibunya membangunkan Enri ke alam nyata, Enri melihat ibunya menggelengkan
kepala dengan ekspresi yang dipaksakan. Enri memegang tangan adiknya dan dengan cepat berlari ke dalam
hutan, meninggalkan suara dari kuda, teriakan, logam yang beradu dan bau benda yang terbakar.
Dari segala sudut desa, situasi ini masuk ke dalam telinga, mata dan hidung Enri. Sebenarnya mereka ini dari
mana? Enri berusaha keras mencari tahu sambil berlari. Berlari hingga batas akhir tubuhnya, atau sembunyi di
sudut rumah. Ketakutan menghantui badannya dan detak jantungnya yang keras bukan hanya disebabkan
karena dia berlari. Sementara itu, karena merasakan tangan kecil yang berada di genggamannya seketika
memberinya motivasi untuk berlari lagi. Yaitu nyawa adiknya.
Ibu Enri, yang berlari di depan mereka, tiba-tiba berhenti di sudut dan berputar. Dia berlari kembali ke sang
ayah, setelah menyuruh Enri untuk terus berlari ke arah berlawanan. Sambil berlari dia berpikir mengapa
ibunya menyuruhnya melakukan hal itu, Enri dengan cepat menggigit bibirnya dan diikuti oleh tangisannya
hampir pecah. Dia menggenggam tangan adiknya dan berlari, tidak ingin tetap disini sedetikpun dari yang
dibutuhkan, karena dia ketakutan atas apa yang akan dia saksikan dari pemandangan itu.
---
"Momonga-sama, ada masalah?" Albedo kembali mengulangi pertanyaannya. Momonga tidak tahu bagaimana
harus menjawabnya. Karena banyak hal yang tak dapat dipahami terjadi sekaligus, pikirannya kosong.
"Maafkan aku." Momonga hanya bisa berdiri dan memandang Albedo dengan wajah bodoh. "Apakah ada
yang salah?" Wajah cantik Albedo mengamati Momonga dengan pelan.
Sebuah bau harum menyeruak ke dalam hidungnya. Wangi tersebut membuat Momonga berpikir kembali, dan
menyadarinya. "Tidak.. Tidak ada apa-apa.." Momonga bukanlah semacam orang yang menggunakan
honorific ketika berbicara dengan boneka. Tapi... setelah mendengar pertanyaan Albedo, dia tidak sengaja
menggunakan honorific. (TN honorific : Kata sapaan untuk menghormati seseorang dalam bahasa Jepang.
seperti -san, -sama dll).
Karena tingkah dan ucapan Albedo itu, Momonga tidak mungkin mengabaikan begitu saja tingkahnya yang
seperti manusia. Meskipun Momonga bisa dengan jelas melihat bagaimana tingkah Albedo yang tidak
normal, dia masih tidak bisa memahami apa yang terjadi. Di situasi seperti ini, yang hanya bisa dia lakukan
adalah mencoba untuk menekan perasaannya yang meluap dengan rasa khawatir dan terkejut, tapi karena
Momonga hanyalah orang biasa, dia tidak berhasil melakukannya. Tepat ketika momonga ingin berteriak,
sebuah kenangan tentang anggota guild datang ke pikirannya.
"Kekacauan adalah sebuah kegagalan dari sebuah negara, kamu harus selalu mempertahankan kepala dingin dan
cara berpikir yang logis. Tetaplah tenang, Pikirkan rencana ke depan, dan jangan buang waktu untuk berpikir
mengenai hal yang tidak perlu, Momonga-san." Memikirkan hal ini, Momonga tenang dengan sendirinya.
Kepada gadis yang berpakaian Moe atau disebut sebagai Zhuge-Liang dari Ainz Ooal Gown, Momonga
mengucapkan terima kasihnya.
"..Apakah ada yang terjadi pada anda?" Wajah cantik Albedo bertanya semakin dekat, membuat Momonga
hampir merasakan wangi yang keluar dari tubuh Albedo. Meskipun akhirnya dia berhasil tenang, dia hampir
panik kembali dalam sekejap. "..Fungsi untuk memanggil GM tidak bisa digunakan." Kepada Albdo yang
bermata mungil. Momonga akhirnya menjawab NPC itu. Tak pernah terlintas dalam hidupnya Momonga
memiliki ekspresi seperti ini dengan anggota lawan jenis, terutama dengan suasana seperti ini.
Meskipun dia tahu dia hanyalah NPC, dengan mempertimbangkan ekspresi dan tingkahnya yang seperti
manusia, Jantung Momonga berdegup kencang. Tapi detak jantungnya yang berdegup keras itu ditekan lagi
dalam-dalam agar bisa tenang. Meskipun detak jantungnya terganggu, dia ingat kata-kata bijak yang
disematkan oleh salah satu anggota guildnya. Tapi apa benar seperti itu? Momonga menggelengkan kepala,
sekarang bukan waktunya memikirkan hal semacam ini.
".. Maafkan hamba tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan Momonga-sama tentang GM. Hamba mohon
maaf tidak bisa memenuhi harapan anda, jika ada situasi dimana hamba mampu menebus kesalahan ini, hamba
dengan senang hati akan melakukannya. Silahkan beri perintah.".. Mereka berdua saling berbicara, tidak salah
lagi. Mengetahui hal ini, Momonga terlalu kaget untuk bicara. Tidak mungkin. Ini benar-benar tidak mungkin.
NPC ini mampu untuk bicara. Tidak, mungkin saja dia menggunakan ucapan otomatis yang membuat NPC
bisa berbicara, karena ada banyak teriakan dan sorakan bagi pemain game untuk bisa di unduh. Namun...
berbicara dengan benar menghadapi NPC adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Bahkan sampai barusan, Sebas hanya mampu memahami perintah sederhana. Lalu, apa yang terjadi
sehingga hal ini jadi mungkin? Apakah hanya Albedo yang berubah? Dengan lambaian tangannya,
Momonga memberikan perintah pada Albedo untuk tetap di bawah, yang mana dia kerjakan dengan wajah
penuh kesal. Momonga lalu mengarahkan matanya kepada kepala pelayan dan enam maid. "Sebas! Maids!"
"Ya!" terucap bersamaan, mereka berdiri dan berjalan mendekati singgasana. Lalu mereka berlutut. Saat itu,
ada dua hal yang menjadi jelas. Pertama, bahkan tanpa mengatakan perintah yang spesifik, NPC mampu
memahami perintah sederhana. Kedua, Albedo bukan hanya satu-satunya yang mampu berbicara.
Setidaknya semua NPC di ruangan tahta ini tidak normal. Ketika Momonga memikirkan hal ini, dia tidak bisa
menghilangkan pikiran bahwa ada hal aneh yang terjadi pada Albedo, yang masih berdiri di sampingnya.
Ingin menjernihkan masalah ini, Momonga melihat ke arah Albedo dengan tatapan tajam. "Apakah ada yang
terjadi? Apakah saya melakukan kesalahan..?"
"...!" Akhirnya momonga menyadari apa yang salah, dia tidak mampu mengeluarkan suara dan hanya bisa
takjub... Suatu perasaan aneh yang datang dari ekspresi yang berubah. Bibirnya bergerak, bahkan
mengeluarkan suara.
"..Jangan-jangan...!" Momonga meletakkan tangannya di mulut dengan cepat dan mencoba untuk mengeluarkan
suara. Mulutnya bergerak. Adalah Hal yang wajar bagi DMMORPG bahwa tidak mungkin mulut bisa bergerak
dan berbicara di saat yang bersamaan. Tampilan dari ekspresi wajah pada dasarnya sama, dan jika ini benar,
maka seharusnya tidak ada ekspresi wajah dari desain ini. Dan juga, wajah Momonga hanya berupa tengkorak,
yang tidak punya lidah ataupun tenggorokan. Melihat tangannya, dia hanya melihat tangan bertulang tanpa kulit
atau apapun. Dia bahkan tidak punya organ dalam atau paru-paru, jadi bagaimana bisa dia bicara?.
"Tidak mungkin..." Momonga tiba-tiba merasa hal yang wajar yang terkumpul sampai saat ini menjadi tercerai
berai, di saat yang sama dia merasa tidak nyaman. Dengan menekan keinginan untuk berteriak, jantungnya
tiba-tiba kembali tenang. Momonga memukul salah satu pegangan tangan dari singgasananya, tapi seperti yang
dia duga, tak ada indikasi kerusakan. "Apa yang harus kulakukan...? Apakah ada ide yang bagus...?" Dengan
pemahaman nol terhadap situasi ini, dia juga mulai marah karena tak ada siapapun yang bisa membantunya.
Lalu, hal yang paling penting yang harus dia lakukan sekarang adalah, mencari petunjuk. "..Sebas."
Mengangkat kepalanya, Sebas mempunyai ekspresi yang tulus, terasa seperti orang hidup. Memberi perintah
padanya seharusnya tak masalah khan? Meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi, apakah semua NPC di
makam ini loyal kepadaku? Mereka ini jelas sekali bukan NPC yang dibuat secara bersama-sama. Merasa
tidak enak dengan pikirannya yang berenang dengan pertanyaan-pertanyaan, Momonga menekan emosi ini.
Bagaimanapun, kandidat yang paling cocok untuk melakukan pencarian adalah Sebas.
Meskipun Albedo ada di sampingnya, Momonga bertekad dan memilih Sebas. Sambil berpikir dan terlihat
seperti bos berpangkat tinggi memerintahkan pegawainya, Momonga menunjukkan sikap seorang pimpinan
dan memerintah: "Tinggalkan tempat ini dan periksalah area sekitar. Jika ada manusia atau makhluk apapun
yang bersahabat, undang kemari. Negosiasi seharusnya tercapai hingga ada kepuasan satu sama lain. Radius
pencarian adalah satu kilometer dan cobalah untuk menghindari pertarungan."
"Ya, Momonga-sama. Saya akan melakukan sesuai perintah."
Di Yggdrasil, tidak mungkin NPC yang dibuat untuk melindungi area tertentu lalu meninggalkannya. Namun,
sekarang ini sudah berubah. Tidak, masalah ini hanya bisa ditentukan ketika Sebas benar-benar
meninggalkan Great Tomb of Nazarick. ".. Bawa anggota Pleiades denganmu. Jika ada situasi dimana kamu
harus mundur, bawalah informasi yang kamu kumpulkan kembali kemari."
Dengan itu, langkah pertama telah diambil. Momonga melepaskan tongkat Ainz Ooal Gown. Tongkat tersebut tidak jatuh ke tanah tapi mulai melayang, seperti ada yang memegang di udara. Meskipun tidak sesuai dengan
hukum fisika, ini biasanya hanya terjadi didalam game.
Situasi dimana item melayang di udara ketika kamu lepaskan adalah tidak aneh di Yggdrasil. Spirit yang
muncul dari tongkat menunjukkan ekspresi kesakitan dan menjerat tangannya, tapi Momonga tidak
memikirkannya. Kejadian semacam ini sangat tidak aneh.. Namun, efek seperti ini juga tidak mengejutkan,
jadi Momonga memutar jarinya dan membuyarkan spirit-spirit itu. Momonga menggulung tangannya dan
merenung. Langkah selanjutnya adalah...
"..Menghubungi perusahaan game." Mempertimbangkan situasi Momonga yang tidak normal, yang paling tahu
tentang itu seharusnya adalah perusahaan game. Masalahnya adalah bagaiman menghubungi mereka? Biasanya
yang dilakukan hanyalah dengan menggunakan perintah "Shout" atau "Call GM" untuk melakukan kontak
langsung, tapi metode itu kelihatannya juga gagal saat ini...
"Message?" Itu adalah salah satu permainan pesan magic dalam game. Biasanya, itu hanya bisa digunakan di
tempat atau situasi tertentu, tapi sekarang ini mungkin bisa dimanfaatkan. Meskipun magic ini bisa digunakan
untuk berkomunikasi dengan pemain lain, belum diketahui apakah bisa juga digunakan untuk memanggil GM.
Dan di situasi yang tidak normal ini, tidak ada jaminan bahwa magic masih bisa digunakan. Jika dia tidak bisa
menggunakan magic, jangankan bertarung, bahkan pergerakan dan kemampuannya untuk mengumpulkan
informasi akan sangat berkurang sekali. Di situasi seperti ini, dimana semuanya serba asing, penting sekali
untuk memastikan apakah magic bisa digunakan. Dan harus diketahui hasilnya secepat mungkin. Jadi apakah
ada tempat dimana dia bisa menggunakan magic, Momonga melihat sekeliling ruangan tahta dan
menggelengkan kepala. Meskipun ini adalah situasi darurat, dia tidak ingin menggunakan ruangan tahta untuk
bereksperimen dengan magic miliknya. Sambil memikirkan lokasi yang tepat, sebuah tempat terbersit di
otaknya.
Disamping kemampuannya sendiri, ada hal lain yang ingin dia konfirmasi. Dan itu adalah otoritasnya. Dia
harus mencari tahu otoritasnya sebagai pimpinan dari Ainz Ooal Gown, apakah masih ada. Meskipun para NPC
di depannya kelihatannya loyal, ada banyak NPC di Great Tomb of Nazarick yang kemampuannya setara
dengan Momonga. Dia harus mencari tahu apakah mereka masih loyal terhadapnya. Namun--
Momonga melihat ke arah para maid dan Sebas yang sedang berlutut, lalu ke arah Albedo yang ada di
sampingnya. Albedo sedikit tersenyum. Meskipun bisa dikatakan itu adalah senyuman yang indah, tetapi
kelihatannya juga seperti senyum pahit karena menyembunyikan sesuatu, yang mana membuat Momonga
merasakan hal buruk. Apakah loyalitas dari NPC masih tidak berubah? Jika ini adalah kenyataan, setelah..
Setelah bertemu dengan pimpinan dalam perusahaan, para pegawai akan kehilangan kepercayaan padanya,
jadi reaksi para NPC seharusnya sama khan? atau akankah mereka tidak akan pernah mengkhianati seseorang
selama mereka terprogram untuk setia kepadanya?
Jika kesetiaan mereka bisa digoyahkan, maka apa yang harus dilakukan agar bisa menjaganya? Memberi
hadiah? Ada banyak benda berharga di ruang penyimpanan guild. Meskipun jika dia menggunakan hartaharta itu bisa membuat teman-temannya sedih, karena ini adalah situasi darurat menyangkut keberlangsungan
dari Ainz Ooal Gown, mereka pasti akan mengerti. Hanya saja dia tidak yakin seberapa banyak insentif yang
harus diberikan.
Lagipula, apakah posisi yang lebih tinggi seharusnya dianggap sebagai atasan? Tapi saat ini kekuatan apa
yang diperhitungkan sebagai yang atasan, ini masih belum jelas baginya. Rasanya seperti jika dia ingin
melanjutkan labirin pertanyaan ini, dia akan mengerti pelan-pelan. atau...
"Kekuatan?" Momonga membuka tangan kirinya, dan tongkat Ainz Ooal Gown secara otomatis terbang
ke tangannya. "Kekuatan untuk berdiri di atas segalanya?" Tujuh permata yang tertancap di tongkat
bersinar dengan terang, seperti meminta kepada tuannya untuk menggunakan kekuatannya yang hebat.
"..Lupakan saja, kita pikirkan hal ini nanti."
Momonga melepaskan tongkatnya lalu tongkat tersebut jatuh ke lantai seperti marah karena ngambek. Sebagai
kesimpulan, selama kamu bertingkah seperti seorang pemimpin sepertinya yang lain takkan memusuhimu. Tidak
perduli manusia atau binatang, selama kamu tidak menunjukkan kelemahanmu, musuh takkan berani
menunjukkan taringnya dan menyerangmu. Dengan sikap memaksakan, Momonga berteriak dengan keras:
"Pleiades. Dengarkan. Selain maid yang mengikuti Sebas, yang lainnya pergi ke lantai 9 dan melindunginya
dari segala macam serangan musuh yang muncul dari lantai 8."
"Baik. Momonga-sama." Para Maid disamping Sebas merespon dengan hormat, mereka
menunjukkan memahami tugas mereka. "Lakukan segera."
"Mengerti, tuanku!" Setelah memberikan respon Sebas dan para maid membungkuk kepada Momonga,
berdiri dan di saat yang sama pergi. Sekali lagi pintu-pintu besar itu tertutup. Sebas dan para maid hilang di
sisi lain. Fakta bahwa mereka tidak menolak perintah adalah sinyal yang baik. Momonga merasa seakan
beban berat jatuh dari pundaknya dan melihat ke arah satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu
adalah Albedo, yang tersenyum sambil berkata:
"Apa yang anda ingin saya lakukan selanjutnya, Momonga-sama?"
"Ah, ehmm.. aku tahu." Momonga bangkit dari duduknya, dengan masih memegang tongkatnya dia berkata
: "Kemarilah."
"Sesuai perintah anda." Menjawab dengan senyuman, Albedo maju ke arah Momonga. Meskipun Momonga
masih berhati-hati terhadap tongkat dengan bola hitam melayang yang dibawa oleh Albedo, dia lupa sesaat
kalau itu masih ada disana. Sebelum dia menyadari ini, Albedo sudah sangat dekat untuk memeluknya.
Bau yang harum sekali.. Apa yang kupikirkan? Pikiran itu tiba-tiba saja dibuang ketika terlintas di
benak Momonga, ini bukannya berfantasi. Momonga meraih tangan Albedo. "..."
"Ah?" Ekspresi Albedo seperti kesakitan. Momonga kaget dan cepat-cepat menarik tangannya. Ada
apa? Jangan-jangan aku membuatnya tidak nyaman? Beberapa ingatan tidak menyenangkan berputarputar di kepalanya, seperti langit yang jatuh, tapi Momonga dengan cepat menemukan jawabannya.
"..Ah.." Satu kelas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Maharaja Undead (Undead Overlord) adalah
seorang Mage tengkorak, yang mempunyai skill melukai atau memberi efek negatif ketika penggunanya
menyentuh orang lain. Apa mungkin ini alasan dia? Meskipun begitu, masih ada sedikit keraguan di hatinya.
Di Yggdrasil, para monster dan NPC yang dipanggil di dalam Great Tomb of Nazarick terdaftarkan semuanya
di bawah guild Ainz Ooal Gown.
Selama mereka berada dalam guild yang sama, bahkan jika mereka saling menyerang, takkan ada yang terjadi.
Jangan-jangan Albedo sudah tidak berada dalam satu guild? atau jangan-jangan sekarang melukai anggota guild
yang sama bisa terjadi? Kemungkinan akan hal itu masih sangat tinggi. Menyadari ini Momonga meminta maaf
pada Albedo: "Maafkan aku. aku lupa untuk mengangkat efek negatif dari skill ini." "Tolong jangan perdulikan
saya, Momonga-sama. Rasa sakit segini tidak terasa sama sekali. Dan Juga, jika itu adalah Momonga-sama, tak
perduli rasa sakit apapun.. Ahn!"
"Oh.. Eh.. begitukah... Tidak, aku masih ingin minta maaf."
Momonga tidak tahu bagaimana bereaksi melihat Albedo yang dengan malu-malu menutup wajah dengan tangannya setelah bersuara manis, dan mulai tergagap. Itu benar-benar karena efek negatif dari sentuhan.
Momonga dengan cepat-cepat memalingkan muka, dan mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara
menghentikan efek skill ini lalu tiba-tiba dia mengerti bagaimana caranya.
Menggunakan skill dari Undead Overloard, bagi Momonga, itu adalah hal yang mudah dan sederhana seperti
bernafas. Menghadapi situasi yang tidak normal, Momonga tidak bisa menahan tawa. Setelah melalui
banyak situasi aneh, kebingungan karena hal seperti itu adalah lucu. Kebiasaan bisa sangat menakutkan.
"Aku akan menyentuhmu."
"Ah." Setelah menonaktifkan skill, dia menyodorkan tangan untuk menyentuh tangan Albedo. Meskipun
beberapa kalimat melayang-layang di pikirannya, 'Ah kecil sekali', 'Ah putih sekali' dan beberapa ide-ide lain
yang muncul di kepalanya, seluruh hasrat seorang pria benar-benar diabaikan karena dia hanya ingin merasakan
denyut nadi Albedo.
..Berdetak. Jantungnya berdetak. Jika ini adalah makhluk hidup, ini merupakan anugerah. Tentu saja, jika
ini benar-benar makhluk hidup. Setelah melepaskannya, Momonga melihat pergelangan tangannya sendiri
dan terlihat hanya tulang putih tak berkulit. Karena tak ada pembuluh darah, sudah tentu tak ada detak
jantung. Tentu saja, menjadi seorang Undead Overlord artinya dia seorang Immortal (Makhluk abadi), yang
tak bisa dijangkau oleh kematian, dan tentu saja tak punya detak jantung.
Menjauh dari Albedo, Momonga kembali melihat ke arahnya. Momonga melihat Albedo dengan mata
lembab yang muncul dari bayangannya. Dengan wajah bersemu, mungkin karena suhu tubuhnya yang naik
tiba-tiba. Melihat tampilan Albedo, membuat Momonga terdiam.
".. Bagaimana ini bisa terjadi?" Bukankah dia hanya seorang NPC? Hanya berupa informasi elektromagnetik?
Bagaimana dia bisa hidup seperti manusia, AI macam apa yang bisa melakukannya? Yang lebih penting lagi,
dunia Yggdrasil tiba-tiba muncul dan menjadi dunia nyata...
Tidak mungkin. Momonga menggeleng-gelengkan kepalanya karena menolak kenyataan. Situasi yang fantastik
takkan pernah terjadi. Tapi ketika sebuah ide sudah tertanam, takkan bisa lagi dihapus dengan mudah. Merasa
tidak nyaman dengan perubahan Albedo, Momonga tak tahu lagi harus bagaiman selanjutnya. Selanjutnya.. adalah
langkah terakhir. Selama dia bisa memastikan hal ini, semua prediksi miliknya akan menjadi fakta. Untuk
memastikan kecurigaannya terhadap makhluk ini apakah nyata atau tidak? Bagaimanapun, ini adalah tindakan
seharusnya. Meskipun dia harus menggunakan senjata di genggaman tangannya...
"Albedo.. bisa, bisakah aku memegang dadamu?"
"Huh?" Suasananya langsung membeku. Albedo membelalakkan matanya karena kaget. Bahkan Momonga pun
merasa malu. Meskipun tidak ada jalan lagi untuk melewati hal ini, dia juga tidak mengerti mengapa dia
mengatakan hal itu. Yang benar saja, meminta seseorang akan hal itu dengan suara tinggi benar-benar terlalu
vulgar.
Tidak, menggunakan otoritasnya sebagai pimpinan untuk melakukan pelecehan seksual adalah orang yang
rendah serendah-rendahnya. Tapi karena sudah kehabisan ide, dia harus melakukan ini. Momonga
meyakinkan dirinya sendiri, dia berusahan menenangkan diri dan dengan wibawa seorang Pemimpin dia
berkata: "Seharusnya itu tidak masalah ya khan?"
Tidak merasa malu sedikitpun. Mendengar permintaan Momonga yang tergagap, Albedo terlihat seperti
ingin meledak kegirangan. "Tentu saja, Momonga-sama Silahkan membelainya dengan senang hati."
Albedo mendorong dadanya kedepan, puncak kembar miliknya yang menonjol dengan indah, di depan Momonga. Jika dia mampu menelan ludah, dia pasti sudah melakukannya berkali-kali. Dengan meraihkan
tangannya, dia memegang dada Albedo yang ditutupi oleh jubah seremonial. Ada ketegangan dan kegembiraan
dengan jumlah tidak normal dan di sudut pikirannya dia dengan tenang mengamati pemikirannya.
Berpikir bahwa dia benar-benar bodoh, mengapa dia memikirkan metode semacam itu dan melakukannya. Dia
mencuri pandang pada Albedo dan menyadari matanya yang bersinar, dadanya juga memiliki tampilan
"Mengundang!". Tidak yakin apakah karena gembira atau malu, tangan Momonga gemetar karena tekanan,
tapi dia menguatkan diri dan mengarahkan tangannya. Pertama Momonga merasa sedikit kaku di permukaan
baju, lalu merasakan sensasi sangat lunak di baliknya.
"Unn.. Anh.." Saat Albedo mengeluarkan erangan kecil, Momonga menghentikan percobaannya. Setelah
mempelajari apa yang barusan dia rasakan, Momonga datang dengan dua penjelasan yang mungkin
terhadap situasi ini. Pertama, ini bisa saja DMMORPG yang baru. Artinya dengan berakhirnya Yggdrasil,
sebuah Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.
Tapi setelah percobaan ini, kemungkinan akan peluncuran game baru menjadi tidak mungkin... karena
sebuah game akan melarang tindakan yang dikategorikan untuk 18 tahun keatas, bahkan dikategorikan usia
15 tahun keatas. ketika terjadi pelanggaran, sebuah hukuman berat akan diberlakukan: nama dari pelaku akan
diumumkan di website resmi dan akun pelaku akan dihapus.
Alasan dibalik tindakan itu adalah jika tindakan 18 tahun keatas semacam ini diketahui publik, berarti
melanggar Tindakan Pemeliharaan Ketertiban Sosial. Pada umumnya, fakta bahwa tingkah laku semacam ini
adalah ilegal bukanlah hal yang mengagetkan. Jika ini adalah dunia game, perusahaan akan mengaplikasikan
semacam metode untuk mencegah pemain melakukan tindakan semacam ini. Jika seorang GM atau
perusahaan game sedang memonitornya, mereka akan dengan segera mencegah tingkah laku mesum dari
Momonga. Tapi kelihatannya tidak ada tanda semacam itu disini.
Dan menurut dasar dari DMMORPG dan hukum komputer, karena tidak memiliki izin, memaksa pemain untuk
tinggal di dunia game dikategorikan sebagai penculikan dibawah hukum penculikan. JIka pemain dipaksa join
demo dari sebuah game, tindakan semacam ini akan segera diketahui oleh penyidik, terutama jika tidak
mungkin meninggalkan sebuah game. Tidak mengherankan jika perusahaan game tersebut akan dituntut dengan
penjara.
Jika situasi semacam itu terjadi dan perintah keluar dari game tidak berhasil, para pemain akan bisa
menyimpan rekaman permainan bernilai seminggu penuh dengan program yang dibawanya, hal itu merupakan
keharusan dari hukum yang berlaku. Dengan itu kamu bisa dengan mudah melaporkan pelanggaran
perusahaan. Jika Momonga hilang dalam seminggu, seseorang dari perusahaannya akan tahu bahwa ada
sesuatu yang mencurigakan dan mengirimkan seseorang ke rumah untuk mencari dia. Selama polisi
menyelidiki tampilan khusus, mereka seharusnya mampu untuk menyelesaikan masalah ini.
Perusahaan mana yang mau beresiko ditangkap dengan melakukan tindakan kriminal seperti itu? Tentu saja,
sangat mungkin untuk beralasan bahwa ini adalah pengalaman yang pertama dari game tersebut, atau bilang
bahwa mereka sedang mengupdate gamenya. Tapi bagi perusahaan game, mengambil resiko seperti ini tidak
akan menguntungkan bagi mereka. Dengan berpikir seperti itu, maka kemungkinan yang tersisa adalah
bahwa ini adalah tindakan kejahatan, yang tak ada hubungannya dengan perusahaan game. Jika memang
begitu, pemikiran semacam ini harus berubah, jika tidak maka tidak mungkin lagi menemukan jawabannya.
Masalahnya adalah kebingungan bagaimana menghadapi masalah ini. Ada juga kemungkinan yang lain...
Bahwa dunia virtual ini menjadi nyata. Tidak mungkin. Momonga buru-buru menolak pemikiran ini.
Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi... Tapi di sisi lain, semakin banyak waktu yang terlewati
semakin jelas terlihat bahwa itu adalah penjelasan yang paling bisa menjelaskan apa yang terjadi. Lagipula,
Momonga sedang memikirkan bau harum dari Albedo.
Menurut Hukum Digital, 2 dari 5 indra, pengecap dan perasa, seharusnya tidak ada. Meskipun ada sistem
makanan dan minuman di dalam game, pada umumnya hanya sebagai sistem konsumsi. Batasan dari indra
perasa dimaksudkan untuk menghindari pemain yang menganggap ini adalah kenyataan.
Karena batasan ini, penggunaan realitas virtual dalam industri sex menjadi tidak populer. Tapi sekarang ini
semua batasan itu sudah hilang. Ini membuat benturan dramatis pada Momonga, memunculkan pertanyaan
seperti "Bagaiman dengan pekerjaanku esok?" atau "Apa yang akan terjadi mulai sekarang?" Semua
pertanyaan ini adalah urusan kecil, dia buru-buru melempar hal ke bagian otaknya yang paling belakang.
".. Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Menurut besarnya data, ini sangat tidak mungkin terjadi..."
Momonga menelan ludah yang seharusnya tidak mengeluarkan suara. Meskipun pikirannya tidak bisa
menerima situasi ini, di dalam hatinya dia sudah mengerti. Akhirnya dia melepaskan tangannya dari
dada Albedo.
Setelah membelainya dalam sekian waktu, Momonga akhirnya mampu memahami situasi. Alasan dia
menyentuh Albedo dalam waktu lama bukan karena dia berpikir bahwa 'milik' Albedo sangat lunak dan
tidak ingin melepaskannya. Jelas tidak. "Maafkan aku Albedo."
"Woo ah.." Albedo menghela nafas dengan wajah memerah, seperti mengeluarkan uap panas dari tubuhnya.
Dengan malu-malu dia bertanya pada Momonga: "Apakah malam pertama hamba dilakukan disini?" Setelah
Albedo terbawa suasana dan bertanya demikian, Momonga tanpa tertahan lagi dengan kagetnya bersuara
keras: "...Ap-?"
Pikiran Momonga tiba-tiba hampa, tidak mampu menerjemahkan kalimat Albedo. Malam pertama? Apa?
Tentang apa? Dan mengapa dia terlihat semalu itu? "Bolehkah hamba bertanya apa yang harus hamba lakukan
dengan pakaian ini?"
"..Ha?"
"Apakah hamba harus melepaskannya sendiri? Ataukah Momonga-sama berkenan melakukannya? Dengan
memakai pakaian, nanti.. bisa mengotorinya.. Tidak, jika Momonga-sama menginginkan hamba memakai
pakaian ini, maka hamba tidak keberatan."
Otak Momonga akhirnya bisa mengerti perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini hal itu masih dipertanyakan
apakah Momonga masih punya otak di dalam tengkoraknya atau tidak. Merasa sadar akan apa maksud
Albedo sebenarnya, hatinya bimbang: "Cukup Albedo."
"Huh? Ya, tuanku."
"Sekarang jangan.. Tidak, sekarang bukan saat yang tepat melakukan hal semacam itu."
"Maafkan hamba! Kita sedang menghadapi situasi darurat dan hamba hanya memikirkan hasrat hamba
sendiri." Albedo mulai berlutut meminta maaf, tapi Momonga menghentikannya.
"Tidak, semua ini adalah salahku, aku memaafkanmu, Albedo. Selain dari ini.. Aku punya permintaan
lain padamu"
"Apapun yang terjadi, hamba akan laksanakan."
"Beri tahu semua Penjaga masing-masing lantai (Guardian Floor), Aku ingin mereka menemuiku di arena lantai 6.
Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan mengabari Aura dan Mare sendiri, jadi kamu tidak usah menghubungi mereka berdua."
"Siap Tuanku. hamba ulangi, selain dari dua Guardian lantai enam, beritahu Guardian lainnya untuk
berkumpul di arena dalam satu jam."
"Benar, sekarang pergilah."
"Ya."
Albedo buru-buru meninggalkan ruang tahta. Melihat punggung Albedo yang menghilang, Momonga menghela
nafas setelah Albedo meninggalkan ruang tahta. ".. Apa yang sudah kulakukan.. Meskipun hanya bercanda...
Kalau aku tahu hal ini akan terjadi sebelumnya aku takkan pernah melakukan hal semacam itu. Aku.. sudah
menodai NPC buatan Tabula Smaragdina." Hanya ada satu alasan dari reaksi Albedo. Sebelumnya
Momonga menulis ulang pengaturan Albedo, dia merubahnya menjadi "Jatuh Cinta kepada Momonga".
Inilah alasan mengapa ALbedo memiliki reaksi semacam itu.
"..Ah.. Sialan..!" Momonga menggerutu sendiri, warisan Tabula Smaragdina yang berupa Albedo diciptakan
dengan susah payah dari nol, lalu diubah tanpa permisi dan akhirnya sifatnya seperti itu. Momonga merasa
dia sudah menodai mahakarya seseorang dan menjadi murung. Tapi wajah Momonga hanyalah tengkorak,
membuatnya sulit untuk melihat perubahan wajahnya pada saat dia meninggalkan singgasana. Dia bertekad
untuk menyingkirkan masalah ini sementara. Dia mempunyai masalah lain yang harus dihadapi sekarang dan
memerlukan prioritasnya.