"Mari bu duduk dulu, apa mau saya buatkan teh?" tanya Gisell, dengan nada penuh kesopanan.
"Hmm, siapa dia?' sambil duduk, lalu menatap bawahannya dengan tatapan yang tajam.
"Itu tadi teman saya buk,"
"Huwawww, boleh juga ya kendaraannya. Apa kamu yakin itu hanya teman," sedikit meragukan apa yang di katakan oleh Gisell.
"Seriusan buk, hanya hanya menggap dia hanya sebatas teman saja," jelas Gisell, mencoba untuk menyakinkan wanita itu agar percaya dengan apa yang dirinya jelaskan saat ini. Serasa sulit sepertinya tapi, ma tak mau wanita itu memang harus percaya dengan apa yang dirinya katakan dengan penuh kejujuran ini.
"Iya, dia memang orang punya buk. Dan saya juga sudah berusaha menghindari dia, tapi nyatanya dia semakin mendekat. Dan enggak enak juga dia baru saja pulang dari London masa iya mau saya acuhkan, kan kasihan,"