Ketika melihat tuannya Jumi merasa ada beban pikiran yang sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata bahkan ketika hal ini ingin di bicarakan terasa sulit untuk mulut ini berkata. Jumi bingung harus bicara atau tidak bila kemarin Nyonya Fely sudah menghubungi dirinya. Tapi bila mengingat pesan yang di berikan rasanya tak mungkin, apapun yang terjadi akan berakibat pada dirinya dan semua menyalahkan padanya. Karena, yang tau akan hal ini hanyalah ia. Setiap hari Jumi berpikir apakah ini yang terbaik bila di bicarakan. Dan apakah bener-benar baik untuk di ungkapkan pada mereka semuanya.
"Kamu kenapa bingung begitu?" tanya Sumi dengan kening mengkerut melihat temannya yang sejak tadi hanya diam.
"Hah! Enggak, gua baik-baik aja," jawab Jumi dengan nada yang gugup. Ketika temannya ini datang dan mengageti dirinya.
"Udah malam, tidur. Ngapain masih di luar?" ucap Sumi.
"Iya sana masuk kamar aja dulu, nanti saya nyusul," jawab wanita paruh baya tersebut dengan nada yang sedikit ketus.
