Chereads / Setelah Kehadiranmu / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

bab 16

"bagaimana? apakah sudah ada kabar tentang dia?" tanya Edric sambil menyeduh kopi instan.

"belum Sir"

Edric kembali duduk di kursi kebesaran nya dan menyeruput segelas kopi yang ia seduh. tenang, berwibawa ciri khas Edric walau sebenarnya isi otaknya terasa mau pecah.

"perluas pencairan, kerahkan yang lain"

"baik tuan" pria itu keluar setelah mendapat titah baru dari Edric.

Edric kembali menyesap kopi nya

"hei bung, apakabar?" suara sapaan yang tiba-tiba saja nongol dari balik pintu

"sudah ku bilang untuk ketuk dulu kalau mau masuk" geram Edric melihat pria yang baru saja tiba. siapa lagi kalau bukan Sean.

putra konglomerat pewaris tunggal perusahaan Sena Group. tidak di ragukan lagi circle Edric adalah orang-orang bangsawan. Edric cukup pintar bergaul ia tidak ingin bergaul dengan orang yang tidak memiliki impact bagi dirinya. jelas saja baginya sebuah pertemanan harus ada keuntungan. apalagi mereka adalah para pembisnis yang siap di terkam apalabila tidak menerkam jadi bagi Edric tidak ada yang namanya sahabat sejati. cih menggelikan.

"sudah berapa lama kau tiba?" Edric mulai membuka percakapan

"cukup, cukup lama untuk mendengarkan ucapan mu dengan ajudan itu",

"kau menguping?"

"sorry, niat ku tadi tidak seperti itu, tetapi suara mu terlalu kencang dan membuat ku bisa mendengar bahkan di balik pintu sekalipun"

Edric hanya memutar bola mata nya malas mendengar ucapan-ucapan omong kosong Sean. Edric sudah lama mengenal Sean hampir 15 tahun. Edric lupa percis tahun berapa tapi yang jelas ia ingat ketika mereka masih mengenakan segaram sekolah dasar internasional.

"ayolah, kau masih tidak bisa melupakan gadis itu?"

Edric tak menjawab pertanyaan Sean ia asik menyesap kopi nya.

"aku bertemu dengan istrimu tadi"

kata istrimu mengganjal di telinga Edric walau sudah hampir 6 bulan menikah tetapi masih terasa asing.

"kau harusnya beruntung mendapatkan nya. dia cantik berwibawa dan berasal dari keluar terpandang"

"hentikan Sean, aku tau apa yang harus aku lakukan"

"kau harap kau tidak salah mengambil langkah Edric"

Edric tidak bisa berkata-kata lagi dengan kalimat Sean yang terakhir.

"ku dengar kau ke meksiko kemaren?"

"eng" Edric hanya mengangguk kan kepala "apakah kau bertemu dengan Zack?"

"yah begitulah"

"bagaimana disana?"

"yah seperti dunia neraka pada umumnya"

"ayolah kenapa kau begitu cuek Zack kakak ipar mu"

"hentikan bodoh! aku geli mendengar kalimat itu" Zack berdiri dari duduknya

"kenapa kalian sekarang berubah tidak seperti dulu lagi"

"aku ingin kita berkumpul seperti dulu lagi" ucap Sean dengan nada rendah.

sebenarnya Zack juga rindu ketika mereka masih sama-sama 15 tahun menjadi sahabat bukan waktu yang sebentar

"okey okey aku tidak akan membahas nya lagi "Sean berdiri dari duduknya

"kau bahkan tidak menawarkan ku kopi"

"ah sorry Sean fikiran ku lagi kacau, jadi aku tidak terfikir kan lagipula kau juga biasanya mengambil sendiri"

Sean berjalan menuju pantry dan menyeduh kopi instan nya.

"kau ada apa kesini? apakah kau tidak ada kerjaan di kantor?"

"ah aku sangat bosan dengan kehidupan kantor, setiap hari hanya berkutat di depan laptop, meeting aku bosan" Sean menghela napas nya ikut menyesap kopi

"hemm kopi ini sangat nikmat"

"benarkan? aku membeli kemaren di meksiko"

"oh ya?" Edric mengangguk

drrtt....drttt.... telepon Edric berdering

"halo sayang?" jawab Edric ketika ia mengangkat telepon nya.

"honey aku harus berangkat ke new york sekarang"

"ada apa honey? kenapa?"

"my mom jatuh sakit honey"

"lalu? apakah aku harus brangkat juga?"

"tidak honey, tidak perlu aku tahu pekerjaan mu begitu banyak aku akan berangkat sendiri"

"kau yakin kau tidak apa-apa?"

"iam sure, its okey honey"

"baiklah kalau begitu titipkan salam ku kepada papa and mommy"

"yes honey i love you"

"love you too"

Paula menutup telepon nya

"kenapa?" Sean bertanya karena mendengar ada hal yang mengkhawatirkan.

"Paula harus berangkat ke New York, mommy nya jatuh sakit"

Sean manggut-manggut mendengar jawaban Edric.

setelah kurang lebih 8 jam perjalanan akhirnya Paula tiba di bandara New York. semenjak menikah dengan Edric Paula dan Edric tinggal di Berlin. karena Edric harus mengurus salah satu perusahaan keluarga mereka disana. dan Paula mau tak mau harus ikut sang suami di sana. sebenarnya nya ia berat untuk berpisah dengan momy karena dari kecil ia tidak pernah merasakan pisah dari orang tua.

sesampainya di New York tidak ada tempat lain yang Paula tuju ia langsung menuju ke rumah sakit dimana momy di rawat.

"bagaimana keadaan mommy?" kalimat yang pertama kali keluar dari bibir Paula sesampainya di ruangan itu.

"momy mu baik-baik saja baby girl" papa membuka tangan nya Paula menyambut pelukan papa nya.

"tenang saja sayang, tensi nya naik kau jangan terlalu khawatir" papanya berusaha menenangkan putri kesayangan nya itu.

mendengar ucapan papanya Paula mengangguk pelan. Paula mendekati ranjang di mana tempat momy nya tertidur ia mengangkat tangan wanita ke wajahnya dan berulang kali mencium tangan itu.

"mom, aku tidak suka kau sakit seperti ini. ku harap kau segera sembuh" suara serak Paula di iringi dengan tangis. papanya datang dan mengelus puncak kepala putrinya itu.

"kenapa kau datang sendirian? dimana Edric?"

Paula mendongakan kepalanya menatap wajah papanya. "Edric sangat sibuk pa, dan aku tidak ingin menganggu nya lagipula aku bisa berangkat sendiri" begitulah ajaib nya Paula. ia sangat baik dan peka terhadap semua orang bagaimana tidak Roan tidak menyayangi gadis ini dari kecil ia sudah memiliki sifat yang sangat baik.

Paula naik ke atas brankar dan memeluk tubuh momy nya. memeluk tubuh yang sudah mulai renta karena melihat sang putri membutuhkan waktu berdua dengan momy nya Mr Roan pun keluar dari ruangan. mengambil sebatang rokok di saku nya dan menyesap rokok itu.

matanya nya tiba-tiba tertuju dengan sosok yang sedang berjalan cepat di lorong. orang tua mana yang tidak tahu postur tubuh anak nya.

itu adalah Zack Tyler Roan

tangan Mr Roan yang sedang menyesap rokok turun dan mematikan batang rokok itu.

"Zack, apa yang kau lakukan disini?" kata Mr Roan kaget matanga melotot dengan amarah. ia berusaha menjauhkan Paula dengan Zack bukan berarti ia tidak menyayangi Zack hanya saja ia tidak bisa menerima hubungan di antara kedua anaknya itu. dan ia tahu perasaan antara Zack dan Paula itu salah. terlebih Paula sedang ada di sini. Tetapi Zack salah mengartikan dan sangat membenci papanya