"Hu ... hukuman?" tanya Zia dengan suara terbata.
"Iya, Zia harus Ayah hukum soalnya, Zia udah melanggar aturan," jawab Tristan.
"Tapi, Yah, bukan Zia, harusnya Kak Gibran juga dihukum, jangan Zia aja," ucap Zia merengek.
"Sekarang Ayah tanya, Zia ke sini ijin dulu gak sama Gaven atau mommy?" tanya Tristan.
"Kalau Zia ijin, itu namanya bukan kabur, Ayah," jawab Zia lalu membekap mulutnya karena sadar dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Oh, jadi Zia kabur?" tanya Tristan dengan alis yang terangkat.
"Enggak kabur Ayah, tapi pergi sebentar," jawab Zia.
"Hmm ... sekarang, anak Ayah udah pintar mencari-cari alasan," ucap Tristan.
"Maaf, Yah, soalnya Zia gak mau Kak Gibran sama mommy berantem terus gara-gara, Zia," ucap Zia dengan menundukkan kepalanya.
"Oke Ayah maafin, tapi Zia harus dengar apa yang Ayah katakan, ini demi kebaikan Zia," ucap Tristan dengan lembut, Zia hanya menganggukkan kepalanya tak berani menatap Tristan.