"Bolehkah aku memilikimu malam ini?" tanya Gaven seraya memegang telapak tangan Zia.
"Maksud Kakak, apa?" tanya Zia.
Gaven kembali menutup pintu dan mengukung Zia di sana, Gaven memandang lekat wajah Zia dengan pandangan berkabut. Zia terlihat ketakutan, karena ini pertama kalinya Zia melihat raut wajah Gaven seperti itu.
"Ka ... Kak Gibran, mau apa?" tanya Zia yang merasa gugup, Gaven memegang dagu Zia agar wajah Zia sedikit mendongak kepadanya.
"Sampai kapan aku menahan ini, aku sangat mencintai kamu, Zahra," jawaban Gaven membuat Zia diam tak berkutik, lidahnya terasa kelu untuk membalas ungkapan cinta dari Gaven.
"Kak!" ucap Zia lirih.
"Kenapa, hmm?" tanya Gaven dengan membelai lembut wajah Zia.
"Jangan terlalu dekat begini, Zia ...."
"Emangnya kenapa, kita udah menikah, kita halal melakukan apapun," ucap Gaven menyela, lalu mulai melepaskan bros yang Zia pakai di hijabnya.
"Kakak, mau ngapain?" tanya Zia lirih.