Gaven kembali tertawa dengan sangat kencang mendengar Zia semakin panik, karena detak jantungnya yang tidak normal.
"Kak Gibran, jangan bikin Zia takut, dari tadi malah ketawa terus," ucap Zia dengan mata yang berkaca-kaca.
"Abisnya, kamu lucu," ucap Gaven.
"Kak Gibran, dari tadi ledekin Zia terus," ucap Zia kesal.
"Maaf, maaf, udah jangan nangis, nanti cantiknya hilang," ucap Gaven, kembali memacu mobilnya menuju ke rumah Tristan.
"Zia beneran gak kenapa-napa, Kak?" tanya Zia masih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gak apa-apa, itu normal kok, aku juga suka merasakan itu," jawab Gaven.
"Serius?" tanya Zia.
"Iya, serius," jawab Gaven.
"Kapan?" tanya Zia.
"Mau tau aja," jawab Gaven.
"Ish ... Kak Gibran nyebelin ya," ucap Zia kesal.
"I love you," ucap Gaven sambil tersenyum.
"Gak nyambung tau, Kak," ucap Zia.
"Harusnya, kamu jawab, I love you too, Hubby," ucap Gaven dengan seringai jahilnya.