Lionid menghabiskan waktu selama 30 menit untuk menikmati makanan seorang diri sebelum akhirnya dia memutuskan kembali ke kediaman mertuanya.
"Perutku sudah terisi penuh dengan makanan yang harganya masih terjangkau dengan kantongku!"
Usai membayar beberapa lembar Rubel kepada sang penjual, Lionid segera menyeberangi jalan menuju Metro Station Arbatskaya, Moskow.
"Pengguna Metro Moskow belum begitu banyak."
Lionid berjalan di koridor menuju eskalator yang menghubungkan ke bagian bawah tanah. Dia berdiri di sisi kanan eskalator seraya menempelkan tangannya.
"Oh, sepertinya aku harus bertanya kepada petugas laki-laki itu."
Lionid melihat seorang petugas Metro Moskow sedang berdiri tepat di dekat mesin penjual minuman otomatis. Lionid memijakkan kaki kanannya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia berjalan menghampiri petugas itu.
"Permisi, Tuan."
Lionid menyapa petugas Metro Moskow yang dilihatnya tadi.
"Ada apa? Apakah terjadi masalah?"
Sang petugas laki-laki berbadan kekar bertanya dengan tegas kepada Lionid. Kedua matanya menatap dengan penuh kecurigaan.
Ada rumor mengatakan bahwa lokasi Arbatskaya Station ini berdekatan dengan departemen pertahanan, membuat para penjaga Metro Moskow di sini selalu mencurigai siapapun yang menarik perhatian mereka, batin Lionid seraya menggelengkan kepala.
"Tidak, Tuan.
"Lalu, apakah Anda tersesat?"
Dengan fasilitas publik yang diberikan oleh pemerintah kota Moskow, Rusia, para penduduk sangat terbantu dan kemungkinan tersesat sangatlah kecil, terkecuali turis mancanegara.
"Tidak juga, Tuan."
Dengan pandangan mengintimidasi, sang penjaga memperhatikan gerak-gerik Lionid dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Saya ingin bertanya, apakah Metro Moskow membutuhkan pekerja untuk usia seperti saya? Saya akan senang walaupun hanya sekadar menjadi penjaga pintu saja, Tuan."
Dengan nada rendah, Lionid berharap laki-laki di hadapannya merespon pertanyaan juga berbelas kasih padanya. Namun, siapa yang bisa menduga jika dia justru hanya mendapatkan sorot mata penuh kecurigaan.
"Jika kau menginginkan pekerjaan, bukalah situs web bursa kerja! Pergilah!"
"Ughh!"
Lionid menghela napas. Untuk kali ke dua dia mendapatkan penolakan dengan nada ketus.
"Terima kasih, Tuan."
"Tunggu!"
Belum sempat melangkahkan kakinya dari sana, Lionid kembali menoleh ke arah laki-laki tadi.
"Ambilah!"
Si penjaga memberikan satu buah masker kesehatan berwarna putih kepada Lionid.
"Pakailah untuk melindungi diri Anda dari virus Corona yang mungkin sebentar lagi akan tiba di Moskow!"
"Jaーjadi, apakah virus itu akan datang ke sini, Tuan?"
Lionid khawatir jika sang penjaga akan menjawab 'ya'.
"Apakah Anda belum mendengar berita hari ini, Tuan? Maka, pakailah masker itu!"
**
"Heidy!"
Lionid memanggil nama sang istri ketika dia baru saja membuka pintu utama kediaman mertuanya. Dia tidak melihat sosok sang istri juga Gelya.
"Heidy? Di mana dia?"
Baru saja Lionid ingin duduk, suara Heidy yang serak membuatnya terkejut.
"Kau pulang lebih cepat dari biasanya, Lion! Ada apa? Apakah semua baik-baik saja?"
Hmm? Jawaban apa yang harus kuberikan kepada Heidy? tanya Lionid di dalam hatinya.
Bagaimana pun juga, insting seorang Istri sangat kuat, lanjut Lionid di dalam hati seraya melukiskan senyum untuk sang istri.
"Ya. Pekerjaanku tidak terlalu banyak seperti hari-hari sebelumnya, Heidy."
Heidy menyentuh wajah Lionid dengan kedua tangannya yang lembut. Dia tersenyum ketika Lionid membelai rambut panjangnya yang kecoklatan.
"Ya lyublyu vas, Lion!" Memiliki arti, "Aku cinta kamu, Lion!"
Suara serak Heidy masih membuat Lionid mencurigainya.
"Apakah kau baru saja menangis, Heidy?"
Heidy memaksakan senyum agar bisa menyembunyikan perasaannya di hadapan Lionid.
"Jawab saja kata-kataku, Lion!"
Lionid meraih kedua tangan Heidy dengan hati gelisah.
Maafkan aku yang telah berbohong, Heidy. Aku tidak sanggup melihatmu bersedih, pikir Lionid.
"Ya tak vlyublen v tebya, Heidy!" Memiliki arti, "Aku sangat mencintaimu, Heidy!"
Lionid dan Heidy saling menatap satu sama lain seraya melemparkan senyum. Kehangatan seperti inilah yang selalu dirindukan oleh pasangan Lionid dan Heidy.
"Malam ini, kau tidak perlu memasak. Karena Mama dan aku baru saja makan malam."
Makan malam? Apa yang sudah mereka makan? tanya Lionid khawatir di dalam hati.
"Benar, 'kah?"
Saat itu juga, Heidy mengangguk tanpa ragu.
"Kalau begitu, aku akan membersihkan diriku sekarang, Heidy."
**
Keesokan harinya, Lionid bersikap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apapun. Dia memasak untuk kedua wanita yang disayanginya sebelum pergi mencari nafkah.
"Semua telah selesai. Aku lega bisa memasak untuk Heidy dan Mama Gelya."
Lionid duduk di kursi menatap beberapa menu sarapan yang baru saja dia tata di atas meja makan.
"Apa yang kau sajikan untuk sarapan, Lion?!"
Kalimat pertanyaan bernada tinggi keluar dari mulut Gelya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.
"Apakah saya memperbolehkan kau duduk di sini?!"
Mendapatkan teguran seperti tadi, Lionid pun lantas bangun dan berdiri di samping Gelya.
"Maーmaaf, Ma. Siーsilakan duduk!"
Gelya duduk bersamaan dengan Heidy. Dia mengerutkan kening ketika melihat menu makanan di atas meja makan.
"Saya menyediakan bubur Kasha untuk Mama dan Heidy."
Gelya tampak tidak berselera ketika Lionid memberitahu menu makanan yang telah disiapkannya.
"Aku berangkat bekerja sekarang, Heidy."
Lionid membelai lembut rambut sang istri sebentar, lalu menoleh ke arah Gelya yang bermuka masam.
"Saya pergi, Ma."
Gelya duduk tanpa menghiraukan ucapan menantunya. Dia terpaksa mendekatkan mangkuk keramik yang terisi bubur ke arahnya dan mulai mencicipi sesendok demi sesendok.
Syukurlah Mama memakannya, batin Lionid sambil berlalu.
**
Hari semakin siang dan kini, tibalah saatnya makan siang bagi Lionid juga orang lain.
"Sinar matahari siang ini sangat menyengat!"
Lionid berseru seorang diri sambil berjalan melintasi pinggir sungai Moskow. Sejak pagi tadi, dia membawa surat lamaran pekerjaan ke sana kemari, tetapi belum membuahkan hasil.
"Ah!"
Lionid terperanjat ketika melihat sosok wanita yang mirip sekali dengan Heidy. Wanita itu baru saja keluar dari mobil mewah yang terparkir di depan sebuah restoran yang berada di seberang sungai Moskow.
"Aーapakah dia adalah Heidy? Tiーtidak mungkin!"
Lionid kembali terperanjat ketika melihat wanita tua menggandeng tangan sosok wanita yang mirip dengan istrinya.
"Aku harus memastikannya!"
Lionid mempercepat langkahnya menuju restoran mewah di mana dia melihat sosok yang mirip dengan Heidy dan Gelya. Oh, tidak! Lionid harus berjalan kaki hingga lampu merah, lalu berbelok kanan guna menyebrangi sungai Moskow.
"Astaga! Astaga! Apa yang sedang kupikirkan?!"
Kini, Lionid telah berada di depan restoran Italia yang mewah dan tentu membuatnya tidak percaya diri. Ya, dia tidak berani masuk ke sana.
"Di mana? Di mana mereka?"
Lionid berjalan lamban seraya memperhatikan para pengunjung yang sedang duduk di dalam restoran Italia tersebut dari balik kaca besar nan indah dengan ukiran klasik khas Eropa.
"Ah! Benar! Mereka di sana! Dan, mengapa Heidy tidak menghubungiku jika dia ingin pergi?"
Lionid memperhatikan Heidy yang sedang menundukkan kepalanya. Dia pun melihat Gelya berbincang santai dengan seorang pria yang tampak tidak asing lagi.
"Siapa pria yang duduk berhadapan dengan Heidy?"