Aku memeluk buket bunganya dengan cukup lama, hingga aku baru sadar kalau sebentar lagi Argat akan pulang. Supaya tidak canggung, aku memilih tidur di kamar lain. Baru saja aku akan pindah kamar, aku melihat Argat sudah datang. Argat baru saja menutup pintu.
"Ma!" panggil Argat.
Sepertinya mama sudah tidur karena tidak ada jawaban sama sekali. Begitu Argat menaiki tangga, aku langsung masuk ke kamar dengan membawa buket bunganya. Jantungku rasanya ingin copot melihat kedatangan Argat. Namun, mengapa aku harus bersikap seperti ini? Aku bisa saja bersikap seperti biasanya. Sungguh, sikapku sendiri membuatku bingung. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Aku makin deg-degan karena mengira Argat yang mengetuk pintunya. Kusembunyikan buket bunganya di balik pintu. Saat kubuka pintunya, ternyata memang Argat.
"Apa ada yang datang ke rumah?" tanya Argat terlihat kebingungan.
"Hanya kurir," jawabku.
"Di mana buket bunganya?" tanya Argat.