Mendengar suara teriakan mama membuatku langsung bergegas menuruni tangga. Aku takut kalau terjadi sesuatu pada mama. Aku jadi berpikir kalau ada ulat di tanaman hias milik mama. Karena itulah aku sangat panik.
"Ma, ada apa? Di mana ulatnya?" tanyaku lalu mengecek tanaman hias yang ada di dekatku.
"Mama teriak bukan karena ulat. Tapi karena Argat. Di mana dia? Jam segini belum juga turun," ucap Mama kesal.
Aku meminta mama untuk menunggu sebentar karena aku akan naik ke atas. Semalam aku tiak tidur satu kamar dengan Argat, karena itulah aku tidak tahu dengan yang dilakukannya. Astaga, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Argat masih tidur? Aku mencoba menarok-narik tangannya supaya bangun, tetapi Argat justru makin mengeratkan pelukannya pada guling. Kemudian kutepuk-tepuk pipinya, tetapi Argat justru menepis tanganku. Alhasil kucipratkan air ke wajahnya. Baru setelah itu Argat bangun. Argat berdiri dan menatapku dengan marah karena sudah membuat bajunya basah.