Aku masih diam dengan mata yang mengarah pada punggung Delisa yang kian menjauh. Entah mengapa aku tidak bisa pergi dari sini. Seharusnya aku ikut bersama Delisa dan tidak berada di sini. Langkah kaki laki-laki di depanku itu makin dekat. Dengan sangat pelan aku mundur ke belakang. Pandanganku tak lepas dari langkah kakinya yang tiba-tiba berhenti.
"Permisi, Nona. Pesanannya sudah siap," ucap seseorang yang membuatku langsung menoleh.
Setelah membayarnya, kuambil dua buah cup minumannya keluar. Aku melangkah dengan cepat untuk menjauhi laki-laki itu. Aku tidak ingin menyebut namanya sama sekali. Namanya akan terdengar menyakitkan di telingaku. Aku berhenti sebentar karena ponselku bergetar. Delisa mengirimiku pesan untuk memberikan minumannya pada Gavin. Aku hanya mengernyitkan dahi membaca permintaan nyelenehnya itu.
"Elsa!" panggil laki-laki itu.
