Chereads / Past and Future (AgiNdra) / Chapter 3 - PART 2

Chapter 3 - PART 2

"Hallo bunda Agita yang cantik imut pake banget telah pulang dengan keadaan sehat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbangmmt" teriakan Agita terhenti saat ada tangan beser membekap mulutnya.

"Berisik!! Aturannya nyampe rumah itu beri salam bukannya teriak teriak gak jelas gitu. Sangka lo rumah gue hutan apa" seru Vero Agrian Mahesha kakak kedua Agita.

"Ihh lepasin ...lepasin bau tau gak" teriak Agita

"Makanya jangan teriak teriak bocah!"

"Apa barusan lo bilang?"seru Agita dengan muka memerah menahan marah

Agrian sok sedang berpikir dengan tangan yang menyentuh dagunya dan berkata "Bocah... kenapa?" dengan wajah yang dibuat buat sok polos untuk membuat adik saru satunya itu marah.

"Ihhh kak Agri nyebelinnnnn" kesal Agita dengan mencubit lengan Agrian.

"Aw sakit tau engga, orang becanda doang sensi amet sih" Agrian menahan tanggan Agita yang aktif mencubit lenganya. Meskipun badan Agita mungin, tapi kalo untuk urusan cubit menyubit ia sangat ahli.

" Bodok" Agita menghempaskan tangan nya yang digenggam Agrian

"Ada apa ini kok ribut ribut dipintu gini" datang seorang wanita setengah baya. Avita kanaya Mahesha yang masih terlihat cantik diumur nya yang 48 tahun, untuk memisahkan perdebatan antara anak tengah serta anak bungsunya.

Agita langsung berlari dan memeluk sang Bunda " Itu bun kak Agrinya nyebelin banget" adu Agita dengan bibir yang di mayunkan

"Lo tuh yang pulang teriak teriak ganggu kuping gue aja"

"Ihh suka suka Agi lah ngeselin banget"

"Yakan itu gak sopan"

"Kayak lo punya sopan aja"

"Ehh lu kok..."

"Udah udah bunda pusing ini, kalian kan udah gede kenapa masih kaya anak TK sih" seru sang bunda.

"Iya bun" seru kakak adik itu dengan bersamaan, walaupun wajah Agita masih ditekuk.

"Ini kenapa berdiri didepan pintu" seru sang ayah yang bernama Vardo Mahesha yang baru pulang kantor bersama sang kakak pertama Varo  Argana Mahesha

"Ayah... abang" seru Agita berlari ke arah Vardo dan Argana dan langsung memeluk ayah dan abang tercintanya dengan manja.

"Kenapa dek" tanya Argana dengan mengelus ngelus rambut sang adik dengan sayang

"Itu kak Agri ngeselin"

"Manja" cibir Agrian memutar bola matanya malas melihat kemanjaan adik satu satunya itu yang sedang kambuh.

"Suka suka. Wlekkk"

"Udah udah ayah laper ini mau makan"seru sang ayah

"Yaudah ayo kita makan, bunda udah nyiapin makan malam"

"Ayo" seru mereka bersamaan

***

Agita pov

Malem harinya aku berbaring dengan laptop yang menampilkan foto kedua anak remaja yang tersenyum begitu manis kearah kamera

Ya itu aku dan Elia.

Aku begitu merindukan dia "Kamu lagi apa Li aku kangen banget sama kamu, coba aja kamu disini pasti kamu bakalan bantu aku dapetin gebetan kaya waktu kita SMA dulu Li, trus aku bantu kamu buat deket sama kak Agri ..... hahah lucu banget ya Li" aku tertawa hambar untuk menghibur diri sendiri, tapi tetep saja air mata sialan ini tetap keluar tanpa diminta.

"You know, when you left, brother Agri was so sad. I'm pretty sure my brother likes you, too" kekeh ku sambil tetep manatap layar laptop.

Aku jadi mengingat saat Elia membantuku untuk dekat dengan teman anggota OSIS nya

Flashback

Elia sedang rapat bersama anggota OSIS lainya, sedangkan aku sekarang menunggu dikantin

Elia begitu aktif dalam organisasi seperti itu, padahal kami baru tiga bulan menjadi sisiwa SMA Pelita Bangsa. Kalau aku jangan ditanya, aku malas sekali menggikuti hal semacam organisasi atau apalah itu.

Disiplin saja tidak, bagaimana bisa masuk OSIS.

Elia tadi sudah mengabari aku untuk tetap menunggu dia di kantin

"Dorrr" refleks aku berteriak sangking terkejutnya.

"Li lo buat gue kaget tau ngak"

"Ehh sorry-sorry abisnya lo fokus banget sama tuh hp"

"Ah bodo gue kesel sama lo titik!"

"Ehh kok gitu gue kan cuma becanda doang"

"Tapi..." aku tak melanjutkan kata kata ku saat tersadar ada seorang laki laki berdiri disamping Elia. Laki laki itu adalah Keano Eriko Adijaya kakak kelasku dan Ketua OSIS SMA Pelita Bangsa.

Dia adalah laki laki yang aku taksir sejak pertama kali masuk menjadi siswa SMA Pelita Bangsa. Tapi aku tak memiliki keberanian untuk mendekatinya.

Aku menjadi sangat gugup. Bagaimana bisa aku memalukan diri kusendiri didepannya dengan berteriak sepeti tadi.

"Ngapa lo bengong gitu?"

"Ehh ngak papa, lo ngak mau duduk apa"

"Dari tadi kek nawarinya"

"Kak Keano ayo duduk, maaf ya kak temen aku emang agak rada rada gitu"  aku hanya mendengus, aku tidak ingin mempermalukan diriku lagi didepan kak Keano untuk yang kedua kalinya.

"Oh ngak papa" ucapnya lalu duduk didepan ku

"Yaudah kakak mau mesen apa?"

Setelah memesan dan memakan tak lama dari itu bel masuk pun berbunyi. Aku dah Elia berjalan menuju kelas kami yang kebetulan sekelas, sedangkan kak Keano berjalan menuju kelasnya sendiri

Saat pulang sekolah

"Kok bisa sih lo tadi sama kak Keano, ihh dia tuh ganteng banget deh" sepertinya aku benar benar suka sama kak Keano.

"Tadi selesai rapat gue liat dia sendiri trus gue ajak aja kekantin siapa tau mau, eh beneran mau orangnya".

"Huaa kak keano ganteng banget" ucap ku saat meligat kak Keano berjalan menuju parkiran.

"Lo suka ya sama dia" wajah ku langsung bersemu merah mendengarnya.

"Tuh kan bener lo suka kan sama kak Keano"

"Suttt jangan gede gede suaranya ntar ada yang denger"

"Tapi benerkan tebakan gue" ucapnya lebih pelan.

Aku mengangguk dengan muka bersemu merah

"Ahhh cieee sahabat gue udah gede ternyata" aku makin malu mendengar perkatanya

"El bantu gue dong buat deket sama kak Keano, secara lo kan anggota OSIS pasti lo sering ketemu sama dia".

"Gue bakalan bantu lo buat deket sama kak Keano asalkan lo bantu gue deket sama kak Agri"

"Ah itu mah gampang, thanks Lili ku sayang" aku memeluk nya dengan begitu erat

"Udah udah tu bang Arga udah jemput" ah benar abangku itu sudah menunggu ku didalam mobilnya, dia tudak mau bersusah payah untuk turun, karena dia takut dikejar kejar oleh kakak kelas ku seperti pertama kali dia menjemputku di hari pertama aku masuk SMA.

"Lo ngak mau bareng" tanya ku pada Elia.

"Engga usah gue pulang sendiri aja"

"Serius"

"Iya Gigi"

"Yaudah bye Lili"

"Bye" lalu aku memasukii mobil abangku itu, takut dia kelaman menunggu ku.

Tidak terasa begitu lama aku melamun. Kulihat jam didinding menunjukan angka 21:45.

"Yaudah gue mau tidur dulu ya li" ucap ku sambil mematikan laptop dan meletaka nya di meja belajar.

Saat aku akan berjalan kembali ke ranjang suara ketukan pintu mebuat membelokan langkah ke arah pintu dan membukanya.

"Napa" ucap ku ketus saat tau yang mengetuk pintu adalah kakak kedua ku.

"Ehehe gue numpang tidur disini ya"ucapnya yang membuat ku memutarkan mata

"Gakmau" ujar ku ketus

"Ayolah pliss" ucapnya sok imut

"Ihh sok imut banget gak cocok kali sama tampang lo"

"Bodok amat" serunya lalu beranjak masuk kedalm kamarku meningalaku  didepan pintu dengan kekesalan

"Ihhh lo tuh" kesalku sambil menutup pintu kamarku.

Kulihat dia sudah berbaling diranjang ku dengan santainya dan berkata "sini tidur gue udang ngantuk"

"Ihh nyeselin banget sih". Seru ku walau aku tetep mengikuti keinginannya

Aku menidurkan diri ku disamping dia, lalu dengan seenak jidat nya dia memelukku bagaikan bantal guling, tapi aku sudah terbiasa dengan hal itu.

Terkadang kalo sikap manja ku kambuah aku akan tidur dengan kak Agri, atau bang Agra, atau juga sama ayah bunda, tapi karna sekarang yang lagi manja kak Agri ya gini suka ngeganggu.

15 menit berlalu kukira dia sudah tidur tapi ternyata dia hanya memejamkan mata saja "kamu kapan mau jengukin Lili lagi?" Tanya nya masih tetap memejamkan mata dan memeluk diriku.

"Kenapa nanya begitu"

"Ya gak papa, cuman pengen ikut aja kalo kamu mau ngunjungin dia" kurasakan pelukannya mulai melongar dan kulihat dirinya yang sudah beranjak duduk, tak kulihat wajah jenakanya itu tandanya ia sedang serius.

"Hari sabtu, kakak mau ikut?" Aku ikut beranjak duduk disampingnya dan menatap mata sendunya. Aku tahu bahwa kakak ku ini masih memiliki rasa dengan sahabat ku itu, bisa diakatakan dia belum ikhlas atas kepergian Elia

"Tentu" ucap nya berbinar

"Aku boleh nanya"

"Apa?" Ucapnya menyerongkan badanya menatap diriku

"You still like Elia?" Tanyaku hati hati takut menyinggung perasaan nya.

Dia tak membalas perkatan ku, malah mengalihkan pandangan nya ke arah depan.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas "yaudah sekarang kita tidur" ucapku mengalihkan percakapan agar tak membuatnya kembali sedih.

"Hmm"

Lalu kami kembali tidur dengan dia yang kembali memeluku dengan begitu erat.

***