Agita Pov
Hari ini adalah hari sabtu. Hari dimana aku tidak akan menjumpai setumpuk tugas dan wajah garang para dosen. Dengan begitu aku dapat bersantai didalam kamar ku ini.
Tenang saja aku tak akan lupa tentang janji ku pada kak Agri.
Sebentar lagi juga aku akan mandi. Tunggu magernya hilang hehe.
Aku pastikan kedua kakak ku bersama dengan ayah sedang berlalari berkeliling komplek. Biasanya mereka akan mengajak ku, tapi karena siklus haid ku datang aku merasakan mager yang bertambah berkali kali lipat, ehh emang dasar nya mageran deng.
"DEK BANGUN UDAH SIANG" udah bisa ditebak itu suara teriakan siapa, ya pastinya bunda ku tercinta.
"DEK" tuh kan
"IYA BUN INI MAU MANDI KOK" bales ku berteriak agar didengar bunda yang berada dilantai bawah.
Dengan langkah gontai aku beranjak dari atas tempat tidur dan merapihkan tempat tidurku terlebih dahulu.
Selesai mandi dan berpakaian santai, aku segera turun ke bawah untuk bergabung bersama keluarga ku. Biasanya sih jam jam segini abang, kakak, dan ayahku sudah pulang.
Saat tiba di meja makan aku meliah keluargaku sudah lengkap dan dengan riang aku menyapa mereka "pagi ayah, pagi bunda, pagi abang" ujarku sengaja tak menyapa kak Agri biar membuat nya kesal.
"Pagi dek"
"Ehh kok gue gak disapa sama sih?" ucapnya dengan nada kesal
Tuh kan berhasil. Pagi pagi membuat nya kesal sangat membuat ku bahagia
"Eh kok kaya ada yang lagi ngomong yah bun" ujar ku pura pura bingung. Aku hanya ingin melihatnya semakin kesal.
"Berani berani nya ya lo" dia bangkit dari duduk nya dan menghapiri ku seraya menciumi setiap inci wajahku, yang membuatku kegelian hingga tertawa.
"Hahahh iya iya kakak ku yang ganteng, selamat pagi" ujar ku sambil memegang pipi nya dan membalas mencium pipi kanan kiri nya agar dia tidak kesal lagi.
"Gitu dong" ucap nya puas
"Udah ayo sekarang makan" perintah ayahku.
"Siap ayah" ucap ku sambil menghormat seperti sedang pengibaran bendera dan duduk disamping bunda
Lalu kami makan dengan tenang.
***
Setelah makan kami berkumpul di ruang keluarga untuk berkumpul ditengah tengah kesibukan masing masing.
Aku duduk ditengah tengah ayah dan bunda.
Saat aku sedang asik bermanja dengan bunda kak Agrian bertanya pada ku "Dek jadikan?" Dan tentu saja aku tahu arah pembicaraan ini.
"Jadi apanya?" tanya ayah
"Kami mau ngunjungin Lili yah, udah sebulan Agi belum ngunjungin Lili" ujarku
"Jam berapa dek?" Tanya bundaku.
"Jam sebelas bun"
"Kalo gitu sana kalian siap siap"
"Yaudah Agi keatas dulu ya mau ganti baju" kata ku disusul dengan kaka Agri mengekor dibelakang ku.
Sepeninggalan kedua anaknya Verdo dan Avita hanya dapat saling pandang.
"Yah, bun Arga juga mau pergi"
"Pergi kemana bang?"
"Hehe" Argana hanya membalas dengan cengengesan.
"Hmm bunda tau nih. Mau ketemu cewek cantik yang kemaren bunda liat sama kamu itu ya? Goda sang bunda
"Apaan sih bun. Orang Arga cuma mau ketemu sama temen temen SMA dulu"
"Masa sih? Kirain bunda abang mau ketemuan sama Vina"
"Ish bunda. Arga sama Vina ngak ada apa apa kok"
"Kalo engga ada apa-apa ko make acara negelus ngelus rambut segala"
"Terserah deh bun" dengan kesal Argana berlalu menuju kamarnya.
"Kamu ini jail banget sama anak sendiri"
"Bunda tuh kesel yah. Udah gede juga tapi pacaran aja malu malu kucing. Ya bawa kek calon mantu buat bunda. Ini kalo di tanya ngak pernah mau jujur"
"Bunda kan tau gimana sikap Arga"
"Tau banget".
***
Setibanya aku didalam kamar aku mengganti pakaian dengan pakaian yang tidak terlalu ribet menurut ku.
Saat aku keluar kamar aku meliahat kak Agri yang mau menghampiri kamar ku tapi tidak jadi karna dia telah melihat ku keluar dari kamar.
"Udah siap" katanya
"Udah yuk" ajak ku
Setelah itu kami berpamitan kepada ayah, dan bunda yang masih berada dirung tamu. Sedagkan kak Arga aku juga ngak tau dimana.
Satu jam kami menempuh perjalanan ke makam Elia. Biasanya sih cuma 30 menit tapi karena ini hari libur kesempatan bagi orang sibuk untuk menghabiskan waktu dengan orang tersayang, seperti jalan jalan mungkin.
Disinilah aku menatap gundukan tanah yang bernisan 'Reina Eliana X'.
Sebenernya aku tak tahu 'X' artinya apa, selama ini yang kutahu hanya Reina Eliana saja.
Kulihat kakak ku ini yang sudah berjongkok disisi kanan makan dengan menatap gundukan tanah itu dengan sendu
"Hi Li apa kabar" ucapnya dengan nada bergetar. Aku hanya bisa mengelus pundak kakak ku ini dengan lembut.
Dia menatap ku dengan sendu.
"Li coba aja waktu bisa di ulang, gue gak bakalan kehilangan lo kek gini" ujarnya menangis, aku masih tetep mengelus punggung nya.
Kulihat dia berdiri dengan tergesa
"Gue tunggu di mobil" ujarnya setelah menghapus air matanya dengan cepat melaju menuju parkiran mobil.
Aku hanya melihatnya dengan sendu, dan kembali menatap makam sahabatku, dan berjongkok ditempat kakak ku tadi.
"Hii Li apa kabar. Maaf ya udah lama aku ngak kesini. Kamu tau sekarang aku lagi disibukin sama tugas kuliah. Padahal dulu kamu yang paling semangat banget mau kuliah. Sekarang aku ngabulin permintaan kamu tapi kamu nya udah pergi" ucap ku tersenyim getir mengingat masa lalu ku ini.
Flashback
Saat itu aku dan Elia sedang duduk dipojok kantin menikmati waktu istirahat dengan menunggu makanan yang telah kami pesan.
Saat aku sedang asik memainkan handphone ku tiba tiba Elia bertanya pada ku
"Ehh gi ntar lo mau lanjut mana?"
"Maksudnya?" Taulah aku itu rada lola.
"Ihh kamu ntar mau lanjut kuliah dimana Gigi ku sayang" ucapanya dengan nada kesal. Ya panggilan kesayangan dia untuku adalah 'Gigi' sedangkan aku memanggilnya 'Lili'
" Kayaknya gue mau langsung nikah aja deh sama suger deddy dari pada repot-repot kuliah, bikin nambah pusing aja"
"Astaga gi gue serius ini nanya nya!"
"Hehe tapi serius gue udah males masa dari orok kerjaan nya cuma belajar belajar mulu" kalau ini aku serius udah males banget sama tumpukan tugas yang memusingkan.
"Kok gitu jawabanya, lo harus mikirin dari sekarang mau lanjut mana"
"Yaampun Li, kuliah itu masih lama kita aja baru masuk SMA. Bayangin nih ya Li kita tuh udah hampir 11 tahun sekolah masa mau nambah lagi sih capek tau" sungut ku.
"Kalo lo engga mau lanjut gue engga mau jadi sahabat lo lagi, gue ngak suka punya sahabat pemalas" ancam nya.
"Ehh kok gitu sih Li" sekarang giliran aku yang kesal
"Ya gue ngak mau punya sahabat pemalas" ulang nya
"Iya iya entar gue pikirin lagi deh" aku bener bener takut ditinggalin Elia.
"Nah gitu dong"
Elia beranjak berdiri dari duduk nya menghapiri ku dan memelukku
"Gue engga mau lo nyesel nanti nya Gi"
"Iya iya cerewet banget sih"
Dia hanya membalas dengan kekehan saja.
*
"Coba waktu bisa di ulang ya Li, pasti ini semua engga bakal terjadi, pasti lo masih ada. Ini semua salah Gue Li, maafin gue ya Li. Walau gue tau kesalahan gue engga bisa dimaafin"
Sepuluh menit berlalu aku menatap gundukan tanah itu, aku berinisiatif untuk pulang
"Ahh iya gue pamit dulu ya li, ntar kak Agri kelamaan nunggu, pokoknya gue sayang lo" ucapku menghapus air mata ku dan melangkah pergi menuju parkiran.
Tanpa Agita sadari sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan nya sambil tersenyim sinis
'Sebentar lagi' gumannya dalam hati.
***