Chereads / The Misterious Man / Chapter 12 - 12. Prasangka

Chapter 12 - 12. Prasangka

Kevin mengejar langkah Greysia agar mereka bisa berjalan beriringan menuju ke kelas. Jika mereka begitu, sudah pasti banyak pandangan sinis yang tertuju kepada keduanya, apalagi para siswi di sana. Pasalnya mereka tidak suka jika Kevin dekat dengan Greysia, konon katanya Kevin itu sangat tidak pantas dekat dengan seorang wanita bernama Greysia.

Tapi Kevin tak peduli, dia tutup telinga untuk semua itu. Kevin bisa menerima Greysia apa adanya meski hanya sebatas sahabat saja.

Jam pelajaran pun dimulai, tak lama setelah bel berbunyi guru pelajaran pertama pun masuk ke ruang kelas. Wajahnya tampak sumbringah tidak seperti biasa.

"Sekamat pagi anak-anak," sapa Bu Ajeng.

"Pagi, Bu," jawab semua murid tanpa terkecuali.

"Sebelum kita mulai belajar, Ibu ingin memperkenalkan seorang teman baru untuk kalian," ujar Bu Ajeng.

Semua murid saling bertatapan satu sama lain, mereka tak tahu menahu kabar ini sebelumnya.

"Siapa anak barunya?"

"Cowok atau cewek?"

"Pindahan dari mana ya?"

Hampir semua siswa ramai saling membisikkan pertanyaan demi pertanyaan kepada teman di sebelahnya pertanda mereka Sangat penasaran, kecuali Greysia dan juga Kevin. Kedua anak itu sibuk sendiri tanpa memperhatikan sekelilingnya, lagipula di samping mereka tak ada siapapun karena mereka duduk sendiri. Greysia di barisan siswi dan Kevin di barisan siswa, keduanya duduk di bangku paling belakang.

"Ayok, masuk," perintah Bu Ajeng kepada siswa baru tersebut.

Kemudian seorang siswa laki-laki masuk ke dalam kelas, semua pandangan pada siswa tertuju padany, kecuali Greysia yang hanya memandang sekilas ke depan.

"Silahkan perkenalkan diri," suruh Bu Ajeng.

"Perkenalkan nama saya Raga, saya pindahan dari SMA 1 Arjasari," kata siswa tersebut tanpa senyuman.

Ya, wajahnya begitu datar, tatapan matanya yang sinis beredar ke seluruh penjuru kelas membuat semua siswa diam dan tak ada yang berani bersuara. Jelas sekali bahwa tatapannya dingin, sedingin kutub Utara. Sangat jauh dengan kata ramah dan bersahabat.

"Ganteng sih, tapi dingin. Sepertinya ini akan menjadi Greysia versi laki-laki," celetuk salah seorang siswi dengan berbisik ke teman di sampingnya.

"Iya, pasti anak baru ini akur dengan Greysia," tambah yang lain.

Wajah Rangga memang tampan dengan alis tebal yang hampir saling bertautan. Badannya tegap dan gagah, potongan rambutnya juga sama seperti kebanyakan laki-laki yaitu dengan model undercut.

"Sudah, Rangga?" tanya Bu Ajeng.

Rangga hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Apa yang lain tidak ada yang ingin bertanya kepada Rangga?" Bu Ajeng melontarkan pertanyaan kepada seluruh siswanya.

Banyak sekali yang mengangkat tangan terutama dari kalangan perempuan.

"Ya, kamu Anggi. Silahkan bertanya," tunjuk Bu Ajeng.

"Rangga, kamu teh kenapa atuh pindah dari sekolah kamu yang dulu?" tanya salah satu siswi.

Rangga diam saja, jangankan ada tanda-tanda akan menjawab, dia bahkan tak bergeming sedikitpun.

"Rangga, silahkan dijawab," perintah Bu Ajeng.

"Maaf, saya tidak berminta untuk menjawab pertanyaan apapun. Jadi bisakah saya duduk sekarang?" Rangga menolak mentah-mentah pertanyaan dari Bu Ajeng.

Tentu saja kelakuannya tersebut membuaidah teman-temannya gatal ingin menggunjing dan juga menghujat.

"Kalau begitu, baiklah, silahkan duduk," Bu Ajeng mempersilahkan.

"Di mana, Bu?"

Tak ada bangku kosong lagi, kecuali di samping Kevin.

"Itu, kamu boleh duduk di samping Kevin," tunjuk Bu Ajeng.

"Apa? Tidak, Bu. Saya tidak mau! Kenapa dia harus duduk di samping saya?" Kevin tiba-tiba berdiri hanya untuk memprotes. Sepertinya Kevin terlihat tidak suka dengan anak baru bernama Rangga itu.

"Kevin! Tidak boleh begitu, tidak ada bangku kosong lagi. Ayok, Rangga silahkan duduk karena pelajaran akan segera dimulai," sanggah Bu Ajeng.

"Tapi, Bu …,"

"Sudah cukup, Ibu tidak ingin mendengar bantahan lagi," tegas Bu Ajeng.

Mau tak mau, Kevin terpaksa menerima anak baru itu duduk di sampingnya, padahal dia sangat tidak suka. Entah apa yang membuat Kevin sangat tidak menyukai Rangga.

Sementara itu, Rangga berjalan dengan santainya menuju ke bangku di sebelah Kevin. Senyuman sinisnya mengembang tipis di sudut bibirnya.

"Hai, Kevin. Akhirnya kita bertemu di sini," itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh Rangga begitu dia sampai.

Kevin mendelik, dia langsung menggeser bangkunya agar tidak terlalu dekat dengan bangku milik Rangga, tapi dia tetap bungkam, hanya wajah kesalnya saja yang tampak terlihat semakin jelas.

Tentu saja mereka berdua seketika jadi pusat perhatian, khususnya bagi Greysia. Yang dia tau selama ini, Kevin termasuk orang yang sangat ramah kepada siapapun. Kevin tidak punya banyak teman di sini bukan karena dirinya, tapi karena dia dekat dengan Greysia. Tapi hari ini untuk pertama kalinya, Greysia melihat tatapan tajam Kevin ketika memandang Rangga seolah Kevin ingin menelan Rangga bulat-bulat. Ini aneh menurut Greysia.

Pandangan Greysia tak bisa lepas dari kedua laki-laki itu, padahal Bu Ajeng sudah memulai pelajarannya. Semakin ditatap lekat-lekat, semakin Greysia menemukan hal-hal ganjil diantara keduanya.

Greysia baru sadar kalau postur tubuh Kevin dan Rangga itu mirip, gaya rambutnya pun sama, dan satu hal lagi yang membuatnya tak merasa aneh, di wajah Rangga pun terdapat beberapa lebam seperti habis berkelahi atau mungkin dipukuli.

Jika dilihat dari lebamnya, sepertinya Rangga pun mendapatkan luka pada tiga hari yang lalu. Seketika itu berbagai macam pikiran negatif pun muncul dalam benak Greysia.

Ya, dia terpikirkan akan kejadian di malam hujan itu. Saat di mana dia diserang oleh seorang laki-laki berjubah hitam dan tiba-tiba ada seorang malaikat penolong yang entah dari mana datangnya tiba-tiba menyelamatkan dia dari orang itu.

Postur tubuh kedua laki-laki misterius itu sama sehingga sulit bagi Greysia untuk mengenalinya, dan mereka juga terlibat perkelahian sengit yang tentu saja akan mengakibatkan luka lebam terutama di bagian wajah.

Dan kedua laki-laki yang sedang sibuk mencatat itu pun memiliki postur tubuh yang sama dan di wajah keduanya terdapat lebam yang sudah hampir sembuh.

"Apa mungkin …?"

"Ah, itu pasti tidak mungkin. Lagipula mereka kan masih seumuran aku, mana mungkin mereka terpikirkan pada hal-hal yang kriminal seperti itu, dan lagi aku sama sekali tidak kenal dengan Rangga, untuk apa dia melakukan itu kepada orang yang tidak dikenalnya? Jadi itu semua tidak mungkin, siapa tau Rangga memang mendapatkan luka itu karena berkelahi dengan temannya dulu. Ya, itu tidak mungkin," Greysia buru-buru menepis semua pikiran buruknya agar tidak lagi berpikiran macam-macam seperti itu.

Yang ada dipikiran Greysia, Kevin itu adalah malaikat penolongnya, sedangkan orang yang menerornya adalah Rangga. Itu terkesan lucu memang, dia baru saja melihat wajah Rangga hari ini, Bagaimana Mungkin Rangga bisa tiba-tiba menjadi tersangkanya. Apalagi dia sama sekali tidak bisa menemukan motif yang tepat karena dia memang tidak mengenalnya.

"Tapi mulai sekarang aku harus bisa menguasai ketakutanku, menguasai diriku sendiri, selama ini mungkin aku tidak bertindak apa-apa selain berjaga-jaga. Bahkan penyelidikan aku pun selalu berjalan di tempat, tapi aku berjanji untuk kali ini aku akan berusngguh-sungguh menyelidiki hal ini agar aku bisa menangkap pelaku peneroran itu," tekad Greysia dalam hatinya.