Chereads / KUCING AJAIB / Chapter 3 - KEPERGOK!

Chapter 3 - KEPERGOK!

"Ngaco! Kebanyakan nonton drama kamu, sampai berfikir kejauhan kayak gitu!"

Morin mencibir, sembari memberikan isyarat pada Virna untuk mulai bekerja.

"Aku serius, Rin! Aku juga nggak mungkin salah dengar, aku benar-benar mendengar suara pria itu!"

Virna masih berusaha untuk membuat sahabatnya itu percaya, dengan hal yang sebenarnya dia sendiri juga tidak percaya.

Bagaimana tidak? Meskipun belum setahun, ia tinggal di kamar kost itu, dia tidak pernah mendengar ada kejadian mistis segala terjadi menimpa salah satu penghuni kost.

Kost aman-aman saja. Tapi, suara pria yang ia dengar benar-benar bukan sebuah hal yang ia rasa karena ia salah dengar atau kebanyakan melihat film horor kesukaannya.

Suara itu benar-benar nyata!

"Ya, udah. Anggap aja itu kucing kamu yang ngomong, karena sebal kamu kurung terus di dalam," sahut Morin cuek.

Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan dompet berwarna pink miliknya dan mengambil satu lembar uang merah, yang kemudian diberikan pada Virna.

"Kamu ngaco karena kehabisan uang, nih aku utangin!" katanya sembari memberikan uang itu pada Virna.

Wajah Virna semringah. Akhirnya, ia bisa membelikan lauk untuk Bee, di rumah. Begitu pikirnya. Namun, kata ngaco karena kehabisan uang ia rasa tidak benar.

Virna yakin, ia tidak salah dengar, tapi jika benar masa iya, Bee yang bicara seperti apa kata Morin?

Morin saja mengatakan itu seperti orang yang tanpa dosa sama sekali. Santai dan asal bicara saja.

"Makasih, ya. Entar aku balikin kalau sudah gajian," kata Virna dengan nada terharu.

Morin mau meminjamkan uang padanya, gara-gara bulan ini uangnya habis hanya untuk membeli lampu.

Sebenarnya, ada apa dengan semua merk lampu yang ia beli?

Kenapa semua tidak bertahan sampai seminggu? Boro-boro seminggu, 3 hari saja sudah padam lagi. Apakah dia yang memang bodoh memilih merk lampu yang baik?

Tapi, ia merasa sudah benar-benar tepat memilih. Sebodoh-bodohnya dia, Virna tetap bisa membedakan mana merk lampu yang terkenal keawetannya, mana yang tidak.

Mau membeli merk apa lagi dia sekarang, agar lampu yang di kamarnya itu tidak padam?

Asal tahu saja, tadi malam ia dan Bee, hanya memakai penerangan dari emergency. Lampu di kamarnya padam setelah jam menunjukkan pukul 12 malam.

Meskipun lebih suka tidur dalam kondisi gelap, tetap saja jika segelap itu setiap malam juga, ia juga tidak suka.

"Rin!"

Morin kaget, ketika tiba-tiba saja, Virna menarik salah satu lengannya.

Gadis itu berbalik. Menatap wajah Virna dengan tatapan mata sebal. Sebal, karena gara-gara Virna menarik lengannya dengan tiba-tiba dan cukup kasar, barang yang ia pegang untuk ia susun di rak pajangan jatuh berantakan ke lantai.

"Apa sih?" tanyanya sembari mengerutkan keningnya pada Virna.

"Aku tahu sekarang! Gara-gara lampu kamar aku yang gelap, kamar aku jadi disinggahi hantu, makanya tadi pagi itu ada suara cowok yang ngajak aku ngomong! Ia, itu pasti. Gara-gara lampu!" pekik Virna membabi buta.

Suaranya yang besar membuat beberapa karyawan lain yang satu sift dengannya memperhatikan mereka berdua.

Mungkin mereka berpikir, Morin dan Virna karyawan pemalas yang hanya bisa bergosip pagi-pagi tanpa memulai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka.

"Suara kamu! Kalau bos denger, gimana?"

Bukannya merespon apa yang sudah dikatakan Virna, Morin justru bicara demikian, sembari meletakkan telunjuknya di bibir.

Lalu setelah itu, telunjuknya mengarah pada barang yang tadi berantakan gara-gara Virna secara tiba-tiba meraih salah satu lengannya sebelum mengatakan ucapan yang didengarnya semakin tidak masuk akal seperti itu.

"Tapi...."

"Virna! Morin! Apa-apaan kalian! Pagi-pagi sudah bergosip! Kalian mau aku pecat?"

Sebuah suara membuat kedua gadis itu berbalik.

Paras mereka memucat, si bos sudah berdiri di belakang mereka dengan tampang yang tidak bersahabat sama sekali.

Jangan membayangkan, bos Virna itu seorang pria dengan kepala botak lantaran terlalu pusing memikirkan bagaimana supermarket bisa maju disaat banyaknya minimarket 24 jam bertebaran di mana-mana.

Bos Virna itu seorang pria yang tampan karena umurnya masih 35 tahun. Setahu Virna, Pak Hanzie adalah anak tunggal pemilik supermarket yang ada di salah satu mall terbesar di kota Samarinda ini.

Virna saja yang seenaknya memberi gelar bosnya itu pelit dan galak. Disaat semua karyawan wanita mengidolakan sang bos. Virna justru memberi gelar bosnya itu pelit dan galak.

Bukan tanpa alasan. Gelar itu diberikan Virna ketika si bos tidak memberikan dirinya toleransi saat ia telat lantaran saat hendak berangkat bekerja, Bee yang kala itu sedang parah-parahnya membuat Virna khawatir karena selalu muntah darah.

Apapun alasan yang diberikan Virna pada Pak Hanzie, tetap saja tidak membuat Virna luput dari hukuman.

Ia harus lembur tanpa uang lembur saat itu. Dan akibatnya, saat Virna pulang gadis itu melihat Bee nyaris sekarat karena bergelimang dengan muntah darah, tanpa ada yang merawatnya seharian. Ditambah lagi ia pulang terlambat karena harus lembur.

Beruntung, hewan itu tidak mati. Hanya tidak bisa bergerak tergeletak di atas kasur dengan keadaan penuh muntah darah.

"Virna! Kenapa justru masih melamun? Kamu aku gaji di sini bukan untuk melamun, tapi bekerja!"

Virna spontan tergagap. Sial! Bisa-bisanya dia melamun di depan bos yang sedang memergoki perbuatan dia dan Morin yang sibuk mengobrol?

"Ma, maaf Pak!"

Virna buru-buru minta maaf. Sembari menundukkan kepalanya.

"Ikut aku!"

"Apa?"

"Kurang jelas?"

"Ta, tapi...."

"Sekarang!"

Pria itu membalikkan tubuh, tidak perduli dengan ekspresi terkejut Virna karena mendengar ultimatumnya.

Ia melangkah, dan Virna masih mematung di tempatnya. Tidak mengikuti, berharap bosnya itu lupa dengan perintahnya.

Hingga Morin yang pura-pura sibuk merapikan barang-barang yang tadi berantakan akibat sentakan tangan Virna dilengannya jadi bersuara untuk membuyarkan niat Virna yang tidak mau mengikuti bos mereka.

"Vir, kamu mau memancing perang sama bos? Buruan ikuti bos!" katanya, sembari mengacungkan jari telunjuknya, ke arah Virna dan memberi isyarat agar gadis bertubuh mungil itu segera mengikuti bos mereka, yang sudah melangkah lebih dulu.

"Aku mau diapain lagi ini?" tanya Virna pada Morin.

"Dikawinin mungkin!" cetus Morin asal.

Membuat Virna melotot frustasi padanya. Frustasi? Benar. Pagi-pagi sudah kena ultimatum pasti bukan pertanda yang baik.

Hukuman apa yang akan ia terima kira-kira?

"Virna!!"

Suara Pak Hanzie terdengar lantang di depan sana, membuat karyawan lain saling berbisik.

Seperti sedang memberikan sumpah serapah kepada Virna lantaran belum apa-apa ia sudah diminta untuk ke ruangan bosnya yang galak dan pelit itu.

Virna menatap memelas ke arah Morin. Tapi, Morin memberikan isyarat padanya untuk menuruti perintah bosnya saja.

"Sana! Kamu mau dipecat?"

Morin berkata setengah berbisik, dan Virna menggeleng cepat.

Yang benar saja. Untuk dapat pekerjaan ini, ia berusaha setengah mati ketika di tempat lain lowongan semua tertutup untuk dirinya yang tidak ada pengalaman bekerja sama sekali.

Jika sekarang ia dipecat? Bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak punya tabungan sama sekali?

Apalagi, sekarang ada Bee, yang juga sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya.

Berpikir sampai di sana, Virna bergegas mengejar bosnya yang sudah ingin keluar dari area supermarket.

Sebelum Virna mencapai di mana bosnya berada, kasir supermarket di mana ia bekerja memberikan isyarat padanya untuk mendekat.

Virna menurut.

"Hari ini, hari terakhir lu kerja di sini cewek nyebelin!"

Virna mengerutkan keningnya. Ingin merespon, suara Pak Hanzie terdengar memanggil namanya kembali.

Kali ini dengan nada suara yang sedikit tinggi daripada yang tadi.

Marahkah?

Note: jika diberi kepercayaan, jaga kepercayaan itu baik-baik. Karena, kepercayaan itu tidak bisa dibeli dengan seberapa banyak uang yang kita punya. Tapi, seberapa tulus kita memperlakukan orang lain.

(Apakah Virna akan dihukum? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya, terimakasih sudah membaca)