BUG! BUG! BUG!
"Shine! Shine! Shine! SHINE!" teriak Ryusei dengan wajah yang memerah. Tatapannya tajam, urat di leher dan di dahinya terlihat menandakan ia tengah marah besar. Seorang pekerja sudah terkapar tak bernyawa di bawah tubuhnya yang kini tengah dia duduki. Lagi-lagi korban terus berjatuhan akibat mengamuknya Ryusei. Bahkan wajah pekerja itu sampai babak belur, penuh dengan darah dan tak berbentuk seperti semula. Belum lagi Ryusei hampir saja mencungkil mata lelaki itu jika saja kelima temannya tidak menahan Ryusei. Entah apa yang membuat Ryusei bisa semarah ini, ia tidak memberi tahu apa alasannya.
"A-aku akan membeli beberapa minuman sebagai penghangat tenggorokan malam ini. Apakah ada yang mau memesan?" tanya Itsuki.
"Ah! Aku samakan saja denganmu," balas Rui dan Ryuta bersamaan.
"Aku ikut denganmu saja," kata Riki sambil bangkit dari duduknya.