Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 9 - Loker palsu

Chapter 9 - Loker palsu

Shintia meraih laci meja kerjanya dan mengeluarkan barang pemberian Kavin kemarin, sebuah kotak yang berisi cincin di dalamnya. Dia menyodorkan itu pada Kavin.

"Shin, tolong pikirkan lagi." Kavin tampak memelas.

"Vin, aku punya laki-laki lain yang aku cintai. Apa kurang jelas, aku mohon kamu mengerti."

Kavin menatap Shintia, dia hanya mencintai wanita itu. Bagaimana mungkin dia menikah selain dengannya. Sementara sekarang dia harus menemukan jodoh, jika tidak dia akan kehilangan jabatannya. Dia memiliki orang tua dengan perusahaan yang sangat sukses, tapi sejak awal Kavin sangat susah untuk masuk dan berada di dalamnya.

Hingga dia duduk di bangku jabatannya sekarang, tidak lah mudah. Dia harus melalui rintangan dan pembelajaran karena Mahendra tidak bisa memberikan kekuasaan itu begitu saja. Sampai dia bisa memenuhi persyaratan dari Elena, barulah Mahendra juga mengizinkannya.

Namun sekarang orang tuanya kembali memberinya syarat untuk segera menikah, jika dia tidak ingin kehilangan jabatannya sebagai wakil direktur. Di perusahaan papinya sendiri, tapi dia seperti anak tiri di sini.

"Seperti apa dia, apa kurangnya aku dibandingkan dia?"

"Aku peduli sama kamu, tapi sebatas saudara."

"Jangan anggap aku bocah kecil seperti dulu."

Kavin menggebrak meja, membuat empunya kaget. Sama seperti kemarin, Kavin terlihat tidak terima dan Shintia tampak marah karena sikap Kavin yang tidak mengerti dirinya.

"Tolong ambil baju beserta cincin itu dan bawa pergi."

Suara Shintia terdengar bergetar, menahan segala perasaannya kini. Lalu tanpa sepatah kata-pun Kavin beranjak meninggalkan Shintia bersama barang-barang miliknya yang tidak bersambut oleh Shintia.

Kavin duduk di bangku kemudi mobilnya, dia menaruh kedua barang itu di bangku belakang. Dia melirik butik yang cukup besar itu, lalu melonggarkan sedikit dasi yang melingkar di kerah kemejanya.

Kavin merogoh saku celana serta bajunya mencari handphone miliknya. Namun yang dia dapati bukan lah handphone yang dia cari.

"Sial."

Kavin lupa jika handphone yang dia cari masih bersama gadis itu. Sudah tiga hari dia menahan handphone milik Kavin, entah apa maunya. Kavin sudah beberapa kali menghubunginya, dan berakhir membuat Kavin kesal. Dia pikir Kavin tidak bisa menemukannya, percuma Kavin menjadi lulusan terbaik di fakultasnya dulu. Kavin hanya sengaja melihat seberapa jauh Geisha mempermainkan dirinya.

Kavin membuka handphone dia yang ada di genggamannya, lalu membuka sebuah aplikasi pelacak untuk melacak di mana handphone dia sekarang berada. Dan tidak lama lagi dia akan menemukan gadis itu, dan jangan harap dia bisa kabur dari Kavin.

"Mati lah lo."

***

Berbekal dengan aplikasi penunjuk jalan, Geisha pun sampai di tempat tujuan. Geisha baru di kota ini hingga ada tempat-tempat yang dia belum hapal. Karena setelah bekerja dia selalu beristirahat di rumah hingga keluar rumah untuk kerja lagi. Baginya tidak ada waktu jalan apalagi menghamburkan uang.

Geisha sampai di sebuah rumah besar  yang tidak mirip dengan toko ataupun pekerjaan lainnya. Lalu untuk apa pemilik rumah ini mencari karyawan, jika yang disebut dia adalah mencari pembantu. Kenapa dia tidak memasang iklan dari awal, jika dia mencari asisten rumah tangga.

"Apa ini benar rumahnya, nggak salahkan gue."

Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu. Laki-laki yang tidak begitu tua dengan wajah yang lumayan, serta badan yang bisa dikatakan tinggi. Dia memiliki rambut gondrong yang membuat dia tampak sedikit menakutkan. Namun Geisha tahu dia tidak bisa menilai orang dari covernya saja. Geisha kembali meyakinkan dirinya lagi, tentang niatnya ke sini.

"Kamu mau mencari kerja?" tanya laki-laki itu pada Geisha.

"Iya om."

Laki-laki itu mendekat ke pagar dan membukanya. Dia mempersilakan Geisha masuk, walaupun ragu Geisha memberanikan diri untuk masuk. Dia mengajak Geisha untuk masuk ke dalam rumah. Namun Geisha menolaknya, dia langsung menanyakan pekerjaan yang dilihatnya di jejaring media sosial.

"Om mencari karyawan?"

"Iya. kamu saya terima, katakan saja gajih yang kamu mau!"

"Hah, terima?"

Geisha tampak terkejut hingga mengulang pernyataan dia. Meskipun Geisha baru saja lulus sekolah dan baru saja mengenal pekerjaan. Namun dia tahu dia harus interview dulu sebelum bekerja, atau paling tidak dia akan diberikan penjelasan tentang pekerjannya terlebih dulu. Bukannya langsung saja diterima seperti ini. Bukannya Geisha tidak bersyukur, tapi mendadak perasaan Geisha tidak enak.

"Iya."

"Tapi om saya belum tahu akan dijadikan karyawan apa dan seperti apa pekerjaan saya."

"Kalau begitu ikut saya ke dalam, saya akan menjelaskan semuanya di dalam."

"Enggak, om bisa jelaskan di sini saja."

"Perkenalkan saya Malik, pekerjaan kamu sangat mudah. Kamu cuma perlu membersihkan rumah saya."

"Maaf om, jika yang Om cari adalah pembantu lebih baik Om cari yang lain saja."

Geisha tidak bermasalah dengan pekerjaan itu, dia bisa dan mau bekerja apa pun sekarang sampai dia menemukan pekerjaan yang benar-benar dia sukai nanti. Namun karena perasaan dia yang mendadak berubah tidak enak. Karena melihat rumah ini pertama kali hingga melihat pak Malik membuat Geisha merasa ngeri. Dia mempunyai feeling yang tidak baik. Geisha pun beranjak ingin pergi.

Namun tiba-tiba Malik menahan tangan Geisha yang terkejut. Geisha dengan spontan menarik tangannya kembali dengan kasar, lalu dia menatap Malik dengan marah. Geisha tidak terima karena laki-laki yang tidak dikenalnya itu telah berani sekali menyentuh tangannya. Walaupun sekedar tangan, tapi Geisha melihat tatapan Malik yang tampak ada sesuatu terselubung di dalamnya.

Namun Malik kembali menangkap tangan Geisha, kali ini Geisha tidak bisa melepaskannya. Geisha melihat ke sekelilingnya, ternyata rumah ini hanya berada sendiri di sini. Kenapa Geisha baru sadar jika rumah orang lain, yang terakhir dia lihat tadi, cukup berada jauh dari sini.

Sejurus kemudian Geisha sudah terseret oleh tangan Malik, dan sekarang dia berada di dalam rumahnya yang cukup besar. Saat Geisha ingin melepaskan diri dan kabur, laki-laki itu terlebih dulu mengunci pintu.

"Mau Anda apa?" tanya Geisha.

"Kamu tadi ke sini mau cari kerja kan, kenapa malah mau pergi?"

Suara yang dibuat-buat lembut itu terdengar menjijikkan bagi Geisha. Karena tatapan Malik yang sudah berbeda. Dia menatap Geisha yang mengenakan kemeja putih serta rok kuncup selututnya, dengan rambut yang diikatnya tinggi. Tatapan Malik layaknya seekor kucing yang sangat kelaparan, membuat Geisha rasanya ingin menangis.

"Enggak, saya mau pulang, tolong buka pintunya!" teriak Geisha.

"Suuts ... Kamu tenang, berteriak hanya akan membuat tenggorokan kamu sakit. Kamu hanya perlu melayani saya sebentar dan saya akan memberikan gajih berapa pun kamu minta. Karena kamu cantik dan menggoda."

"Jijik tahu," geram Geisha.

"Kamu pasti enak deh, dapat uang lagi."

Malik tampak menyeringai, Geisha yang berada beberapa langkah darinya tampak berjaga-jaga. Tentu dia akan menghindar apabila laki-laki itu mendekatinya. Meskipun dia tidak tahu harus lari kemana untuk menghindar. Namun dia akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

Bersambung ....