Sepeninggal Rama yang pergi membantu Dilan sahabatnya, Sinta terlihat terus melamun dan tidak nyambung saat diajak bicara. Tiba-tiba dua tangan bertengger di kedua bahunya.
"Pak?" ucap Sinta yang memandang Pak Aaron, atasannya dengan tatapan kosong.
"Pergilah. Susul dia," saran Pak Aaron dengan posisi tubuh sedikit membungkuk agar matanya langsung bertatapan dengan mata Sinta. "Kamu mencintainya kan? Jangan dijadikan beban pikiran tentang status pernikahanmu yang kadang aktif, kadang menjadi non aktif. Tanyakan pada hatimu. Jika kamu menginginkan laki-laki itu, perjuangkan dia."
"Bapak tidak akan mencerewetiku lagi?"
Pak Aaron menjitak keras dahi Sinta.
"Aduuuh bapaknya," raung Sinta yang kesakitan. "Sakit ini."
"Aku punya hak apa melarangmu, Sinta? Aku ini bukan keluargamu, apalagi bapakmu," jawab Pak Aaron dengan wajah cemberut.