"Rama tolong.. Erika akan dibunuh."
Rama memeluk Sinta yang histeris. Rama memahami trauma dan mimpi buruk yang akan dihadapi Sinta setelah peristiwa penyanderaan itu. Karena itu, Rama membawa Sinta ke apartemennya. Tidak peduli jika Sinta menolak keputusannya. Rama hanya tidak ingin Sinta melewati malam yang berat ini sendirian di kamar kosnya.
"Ssstt.. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu sudah aman. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi." hibur Rama pelan. Tangannya bergerak berirama mengelus punggung Sinta hingga berhenti gemetaran. "Kalau mau menangis, menangis saja. Aku akan ada disini."
"Hiks.. hiks.. hiks.."
Kemudian isak tangis Sinta pun mereda. Tangannya mendorong lembut dada bidang Rama. Sinta mengusap hidung dan menyedot ingusnya.
"Maaf, aku sudah membuatmu repot dan khawatir," ucap Sinta dengan menarik nafas gemetar. "Aku baik-baik saja."