Sinar matahari mengintip tirai di kamar hotel yang tidak tertutup dengan rapat. Dilan membuka matanya. Sejenak dirinya merasa disorientasi. Ini bukan langit-langit kamarnya. Ini juga bukan ranjangnya di panti asuhan. Dan teman tidurnya pun bukan hanya guling, bantal, dan selimut, melainkan..
Dilan mengacak-acak rambutnya dengan menghela nafas. Semalam dengan bodohnya bin setupid bin idiot, dirinya menolak kenikmatan jasmani yang ditawarkan istri cantiknya. Kini, mata Dilan menelusuri bahu telanjang yang nampak indah dan berkilau, sedang memeluk guling menghadap ke arahnya.
Dilan merasakan air liurnya menetes di sudut bibir, saat tatapan matanya menurun ke sesuatu yang sudah pasti terasa lebih nyaman dan lebih empuk daripada bantal yang terbuat bulu angsa terbaik. Tangan Dilan tiba-tiba terangkat, seakan mewakili pikiran mesumnya yang sudah akut, ke arah baju tidur yang hanya menutupi separuh bulatan menggiurkan itu.
"Selamat pagi, honey," ucap Diandra dengan suara serak.