Pukul 17.05. Di kantor polisi.
Selama hampir dua jam, Rama mondar-mandir di halaman depan markas polisi, menunggu Anjani menyelesaikan kesaksiannya untuk kasus pembunuhan yang terjadi di Hotel Holiday. Gerimis yang membasahi tubuhnya, tidak dipedulikan Rama. Tangannya terus mengacak-acak rambut tanpa henti, pertanda Rama sedang gelisah.
Drrrtt-drrrtt-drrrtt-drrrtt.
"Halo," sapa Rama kasar setelah melihat nomer yang tertera di layar ponsel.
"Halo Rama, ini Sinta."
"Ck, aku tahu!" desis Rama bete. "Ada perlu apa?" lanjutnya tidak sabar. Namun, hanya ada keheningan di ujung sambungan sana, selama beberapa detik. "Heh! Ayo bicara! Jangan diam saja. Aku sedang sibuk," bentak Rama jengkel.
Rama mengumpat lirih. Telpon dari Sinta, tunangannya, membuat emosinya meroket lagi. Rasa gundah dan galau serta frustasi karena dikeluarkan dari kasus besar, membuat Rama ingin memuntahkan semua unek-unek hatinya pada Sinta.