Drrrtt-drrrtt-drrrtt-drrrtt
"Ya Dilan? Bagaimana keadaan Dyra?"
"..."
"Baiklah. Kalian hati-hati ya." Klik.
"Kenapa Dilan dan Dyra?" tanya laki-laki yang sering dipanggil dengan sebutan ayahanda, oleh anak-anak panti asuhan.
Ayahanda yang bernama Ethan ini adalah seorang detektif polisi, atasan dari Rama, sahabat Dilan. Saat ini, Ethan sedang berbaring di ranjang, dengan melipat kedua tangannya di belakang kepalanya. Tubuh bagian atasnya yang telanjang, tidak tertutup selimut.
"Kaki Dyra keseleo parah tadi pagi sewaktu mencari si mungil. Dyra terjatuh dari pohon," jawab ibunda, istri dari Detektif Ethan, sambil membuka selimut di ranjangnya, lalu bergabung bersama suaminya. Maddy adalah nama ibunda pemilik panti asuhan dimana Dyra dan Dilan tinggal.
"Oya? Itu kan peristiwa tadi pagi, kenapa baru ke rumah sakit malam-malam begini?" tanya Ethan lebih lanjut, sambil membawa Maddy ke dalam pelukannya. Istrinya berbaring di lekukan lehernya.
"Aku juga baru tahu."
"Mungkin Dyra tidak mau menyusahkan orang lain, makanya dia diam saja," komentar Ethan sambil membenamkan kepalanya pada rambut istrinya yang harum, lalu bergerak perlahan turun ke leher jenjang Maddy.
"Hmmmmm..."
Sentuhan lembut bibir suaminya di leher, membuat Maddy mendesah. Maddy menengadahkan kepalanya ke atas, agar Ethan bisa lebih leluasa mengeksplorasi titik sensitifnya di leher, terutama di belakang telinga. Perlahan tapi pasti, suami tercintanya telah membangkitkan gairahnya untuk bercinta.
"Harum mu selalu membuatku bergairah, sayang," bisik Ethan yang menghirup aroma manis Maddy dan dilanjutkan dengan menghisap leher istrinya.
"Aahhhhh..."
"Lepaskan kaosmu," perintah Ethan dengan suara berbisik. Tangan Ethan menarik ujung kaos Maddy, yang refleks membuat istrinya langsung melepaskan kaosnya melalui kepala. Kini Maddy berbaring dengan tubuh setengah telanjang, menempel pada tubuh suaminya yang juga tanpa pakaian.
"Honey, menurutmu apa yang dilakukan Dyra di kamar Dilan? Aku menemukan Dyra keluar dari kamar Dilan," kata Maddy dengan memejamkan mata, menikmati nikmatnya sentuhan jemari Ethan yang memberikan perhatian manis pada dua buah dadanya bergantian. Tangan ahli suaminya memijat dan meremas gundukan lembut kesukaannya dengan penuh perasaan.
"Kan sudah biasa, mereka sering ngobrol berdua di kamar semalaman, bahkan juga sering tidur sekamar. Kenapa sekarang kamu khawatir dan cemas tentang hal itu?" tanya Ethan balik yang kini sedang memposisikan mulutnya di dekat gundukan lembut istrinya. "Mereka tidak mungkin berbuat yang aneh-aneh. Apalagi dengan banyaknya bocil-bocil, yang sewaktu-waktu bisa memergoki keduanya. Sudahlah, jangan dipikirkan lagi."
"Eng.. honey, berhenti dulu.. ahhhh," rengek Maddy dengan tubuh menggeliat-geliat. "Aku mau bicara dulu. Aku.."
"Bicara saja. Aku mendengarkan sambil menikmati camilan," sela Ethan yang dengan nikmat mengulum puting istrinya sedangkan kedua tangannya menggoda buah dada yang lain.
"Tapi.. aku tidak bisa berpikir kalau.. kalau kamu terus merayuku. Eng.. hentikan dulu, Ethan," rengek Maddy yang meremas rambut suami nakalnya yang tanpa henti mempermainkan dua gundukan miliknya yang lembut. "Kalau gitu kita main dulu saja, biar aku bisa mengobrol denganmu," ucapnya sambil memanjangkan kedua tangannya untuk melepaskan celana pendek beserta celana dalamnya.
"Tidak mau. Aku ingin menikmati makanan pembuka dulu, sebelum menyantap menu utama yang lezat," bisik Ethan yang tidak membuang waktu lagi, ketika bagian bawah tubuh istrinya sudah terbebas dari lilitan celana. Jemari Ethan meraba ringan diatas daerah istimewa Maddy, istrinya.
"Eng.. ukh.. honey, aku tidak ingin.. aku ingin.. aku ingin.. ukh.. eng.."
"Tidak ingin apa? Ingin apa? Ngomong yang jelas, sayang," bisik Ethan di leher Maddy. Tangannya bergerak ahli mempermainkan inti milik istrinya. Masuk ke dalam kehangatan Maddy, jemari Ethan maju mundur membuat hasrat istrinya melambung tinggi. Sejurus kemudian, erangan panjang menandakan datangnya pelepasan Maddy.
"Aaakkhhhh...."
"Hmmm, aku paling suka melihat ekspresi mu ketika mencapai puncak," bisik Ethan sambil memeluk erat tubuh telanjang istrinya yang masih gemetar karena terjangan kenikmatan. "Sayang, kamu sangat menggairahkan," lanjutnya sambil menggigit bahu telanjang Maddy.
Hening...
Maddy memejamkan mata menikmati perlakuan manis dari suaminya. Hidupnya yang tidak pernah menikmati kekayaan yang melimpah atau memiliki orang tua, karena seumur hidupnya, Maddy berada disini, di panti asuhan. Kemudian Ethan datang dan menyempurnakan hidupnya.
"Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan Dilan dan Dyra."
Cup.
Ethan sedikit memutar kepala Maddy ke arahnya. Ethan mencium bibir istrinya dan memperdalam ciumannya. Selalu menyenangkan menjelajah mulut mungil istrinya.
"Instingku mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang lebih daripada sebuah pertemanan."
"Tapi, aku melihat bahasa tubuh Dyra yang canggung ketika berada di gendongan Dilan. Padahal biasanya mereka biasa saja, mau rangkulan atau mau ciuman di pipi pun, mereka tetap nampak seperti sahabat yang bercanda."
"Percayalah padaku, sayang," kata Ethan yang mengubah posisi tubuhnya menjadi diatas tubuh Maddy. "Seorang pria akan bergairah di dekat wanita yang disukai. Tapi aku tidak melihat gelagat itu pada Dilan selama ini, ketika berada di dekat Dyra," jelasnya sambil membungkukkan kepala dan membenamkan kepalanya di kedua buah dada Maddy.
"Tapi.. tapi.. Dilan adalah laki-laki.
Dan laki-laki tidak.. ugh.. honey... ahhh... dan laki-laki tidak bisa menolak suguhan menarik di.. ukh.. di depan mata, se-sepertimu.. aakhh.."
Tubuh Maddy kembali menegang dan menggeliat ketika suaminya menghisap kuat kedua putingnya, bergantian. Tangan Ethan meraba perut istrinya, terus turun hingga tiba di tempat yang disukainya. Ethan menekan kuat inti kenikmatan Maddy yang membuatnya mengerang keras.
"Akkkhhh... Ethan... please... akkhhh..."
"Aku akui bahwa otak laki-laki seringkali dipengaruhi oleh hasrat dan gairah, tapi kami para pria tidak bisa sembarangan menyalurkan keinginan bercinta. Hanya dengan wanita yang dicintai, hubungan intim akan menjadi sangat memuaskan."
"Aku.. honey.. hentikan.. ah jangan-jangan hentikan.. ukh... enak sekali.. aku.."
"Aku akan akan menghukummu karena sudah meremehkan kami para pria," bisik Ethan lirih, lalu membungkam mulut istrinya yang terus merengek dan mengerang.
"Ukkkhhh... "
Ketika denyut di daerah istimewa Maddy mulai menghimpit jemarinya yang terus maju mundur tanpa henti, Ethan mencabut jarinya hingga membuat Maddy mengerang protes. Namun, Ethan tidak akan mengecewakan istrinya. Dengan segera, Ethan mengganti jarinya dengan pedang pusaka miliknya yang sudah menjulang sombong.
Dengan lembut, Ethan menghujamkan miliknya ke dalam milik Maddy yang hangat. Ethan menggeram keras, ketika perasaan yang luar biasa nyaman dan nikmat menguasai dirinya. Ethan menahan diri untuk tidak bergerak selama beberapa saat, ketika berada di dalam tubuh istrinya.
"Ethan, please.."
Ethan tersenyum melihat Maddy yang sudah berselimutkan gairah, haus untuk segera dipuaskan. "Memuaskanmu, selalu menjadi kewajiban yang menyenangkan untukku, Maddy sayang."
Dengan penuh semangat, Ethan memompa maju dan mundur. Kenikmatan demi kenikmatan mengiringi langkahnya menuju puncak pelepasan. Ethan memandang wajah wanita yang dicintainya.
"Ayo kita sama-sama, Maddy. Akkkhhh."
"Ahhhh..."
Bersambung...