Chiraaz berjalan terburu-buru di loby kantor, beberapa karyawan yang mengetahui dirinya akan resign melemparkan tatapan heran. Saat pintu lift di loby terbuka lebar, Chiraaz mengambil langkah seribu dan menerobos masuk. Di sana sudah ada manager Hars, teman dekatnya.
"Hai Nona paling rajin, sepertinya hari ini anda terlambat," komentar manager Hars.
"Jangan tanya lagi, Hars. Aku memang terlambat, emh lima menit." Chiraaz mengangkat lima jari di tangan kanannya.
"Satu menit saja berharga bagi Edward. Apalagi lima menit, Chiraaz. Bersiaplah kepalamu berada di tiang gantung," goda manager Hars sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Come on Hars, jangan membuatku tambah panik," ucap Chiraaz memelas.
"Hahaha, aku bercanda saja. Dia belum terlihat di kantor pagi ini," kata manager Hars.
"Apa? Tumben sekali, Hars. Sepertinya ada yang aneh." Chiraaz menggigit bibir bawahnya.
"Tidak aneh Chiraaz, apa kamu tidak ingat ini hari apa?"
"Tidak." Chiraaz menggelengkan kepalanya.
"Astaga, ini hari ulang tahun Bos!" seru manager Hars.
"Oohhh." Chiraaz membulatkan mulutnya, mereka terus mengobrol hingga lift terbuka di lantai tujuan.
Mendengar Edward tidak masuk ke kantor, Chiraaz merasa sangat senang, karena setidaknya hari ini dia tidak akan bertemu dengan orang yang selalu merepotkan dirinya. Chiraaz duduk santai di balik meja kerja sambil memainkan game di komputer.
Beberapa saat kemudian dia menyadari sesuatu, tidak ada tumpukan berkas diatas meja seperti biasanya. Chiraaz berpikir apakah dirinya benar-bebar diliburkan atau jebakan baru Edward untuknya. Chiraaz menggigit bibir bawahnya, lalu mematikan game di komputer.
Dia berjalan keluar dari ruangannya dan menengok ruangan Edward yang bersebelahan dengannya, hanya sebatas kaca transparan. Bos nya itu tidak ada di kantor, Chiraaz melihat di meja kerja Edward, banyak hadiah dari para karyawan. Dia pun jadi terpikir ingin membelikan sesuatu untuk bos-nya.
"Hai!" Saat berbalik Hars menyapa Chiraaz. Pria itu terlihat membawa tumpukan berkas.
"Astaga, Hars. Kaget aku." Chiraaz mengusap dadanya.
"Masih pagi Chiraaz, jaga kesehatan jantungmu. Ini pekerjaan kamu hari ini." Hars memberikan setumpuk berkas yang ada di tangannya.
"What? Apa kamu bercanda Hars?" Chiraaz terkejut melihat banyaknya berkas yang harus dia kerjakan.
"Tidak, karena ini perintah bos Edward." Hars menyunggingkan senyum seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Tapi ini--." Chiraaz menelan ludahnya menatap tumpukan berkas.
"Harus selesai sore ini Chiraaz," kata Hars sambil berlalu begitu saja.
"Hars! Kau!" Chiraaz menghela napas berat, lalu kembali ke ruangannya.
Tangannya mulai memilah berkas penting yang akan dia kerjakan terlebih dulu. Belum membaca semua file tersebut, kepalanya sudah terasa berat. Bagaimana bisa semua berkas ini selesai sore, sementara dirinya harus memeriksa dengan sangat teliti.
Ketika tengah membuka file satu persatu, ponselnya berbunyi. Chiraaz segera meraih benda pipih tersebut dan terlihat sebuah pesan dari Edward. Hatinya berdebar kencang dan perasaannya berubah tidak enak.
[Have a nice day Chiraaz, nikmati file yang menumpuk. Malam ini aku tunggu di Minoma kafe pukul 7.] Pesan Edward.
"Sial! Jadi ini memang pekerjaan pria rese itu!" Chiraaz menggerutu kesal, dia segera mengerjakan tugasnya.
Di rumahnya Edward tengah duduk bersantai di pinggir kolam renang. Usai mengirimkan pesan pada Chiraaz, wajahnya menyeringai licik. Hatinya bahagia membayangkan wajah Chiraaz yang sangat kusut.
Pria itu sengaja memberikan pekerjaan banyak untuk mengerjai Chiraaz yang selalu lolos dari jebakannya. Beberapa kali Edward memberikan tantangan dan pekerjaan berat, tapi Chiraaz berhasil mengerjakannya dengan baik. Itu sebabnya terkadang Edward sangat mengandalkan kemampuan asistennya itu.
Edward meraih sebotol wishkey yang ada di atas meja. Malam ini dia akan mengadakan party di Minoma kafe. Edward mengundang beberapa kerabat dan rekan kerjanya saja. Tangannya mengusap layar ponsel dan melihat foto selfienya bersama Chiraaz.
"Baiklah Nona cerdas, kita lihat saja nanti. Bagaimana kamu bisa menyelesaikan file itu sore ini. Lalu datang ke acara ulang tahunku," gumam Edward tersenyum sinis.
[Kau harus datang, jika tidak maka suamimu akan tahu tentang surat itu.] Edward mengirimkan pesan lagi pada Chiraaz.
***
"Jadi, hidup itu adalah pilihan, Tuan. Karena pria yang baik, akan menjaga perasaan wanitanya. Dia tidak akan mencari kekurangan pasangan untuk dijadikan alasan. Pria yang baik, akan selalu menghargai perasaan pasangannya," ujar Eljovan pada kliennya.
"Jadi, memang saya yang bersalah ya Pak El. Bukannya mengajak istri komunikasi, malah saya sering bermain dengan perempuan lain."
"Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini, Tuan, kecuali sandal jepit." Eljovan berseloroh.
"Ah, anda bisa saja Pak dokter. Terima kasih banyak atas pencerahannya, anda membuat saya menyadari kelebihan istri."
"Bukan saya Tuan, tapi anda sendiri yang mau open minded. Saya hanya berusaha membantu."
"Baiklah, hati saya sudah lega sekarang. Saya ingin pulang, meminta maaf, dan memeluk istri saya. Sekali lagi, terima kasih banyak Pak El." Klien itu bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Eljovan.
"Sama-sama, semoga bahagia selalu," balas Eljovan tersenyum ramah.
Setelah kliennya keluar dari ruangan, Eljovan membereskan berkas dan menuliskan analisanya di sebuah catatan. Bagaimana dia menggunakan metode untuk membantu permasalahan orang lain. Saat sedang membaca ulang hasil analisanya, Eljovan merasa tertampar.
Sudah banyak orang yang dia bantu untuk menyelesaikan masalahnya. Baik permasalahan rumah tangga dan lain hal. Sedangkan masalahnya dengan Chiraaz dibiarkannya berlarut-larut. Eljovan sudah menemukan jawaban dari kesalahpahamannya, hanya saja belum bisa menerima sikap overprotektif Chiraaz padanya.
Di meja dia melihat majalah dengan sampul gambar anak kecil berwajah polos. Eljovan berpikir seandainya hati orang dewasa bisa setulus anak kecil, mungkin pertengkaran itu tidak akan pernah ada. Hal yang paling sulit orang dewasa lakukan adalah mengendalikan ego.
"Chiraaz, aku akan memperbaiki semuanya. Hari ini bersiaplah menerima kejutan dariku," gumam Eljovan tersenyum semringah.
Pria berkacamata itu meletakkan majalah ke tempatnya, lalu melanjutkan pekerjaannya. Eljovan berencana memberikan kejutan untuk istrinya saat pulang bekerja nanti. Jauh di dalam hatinya Eljovan sangat merindukan sosok Chiraaz yang ceria.
***
Jarum jam di dinding terus bergerak, Chiraaz masih sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan dia merelakan tidak makan siang saat waktu istirahat tiba. Pesan kedua dari Edward berhasil membuatnya sport jantung.
Sudah dia duga bahwa pria itu akan menggunakan kelemahannya sebagai senjata. Tidak mau kalah dari Edward, Chiraaz fokus pada pekerjaanya supaya cepat selesai. Chiraaz tahu Edward hanya ingin mengalahkannya saja walaupun hanya sekali seumur hidup.
[Sayang, kamu pulang jam berapa?] Pesan dari Eljovan membuat Chiraaz menghela napasnya.
[Aku belum tahu, banyak sekali pekerjaan hari ini, El.] Jawab Chiraaz segera.
[Baiklah, semangat bekerja sayang. Love you so much. Ada kejutan di rumah untukmu.]
Seutas senyum bahagia tersungging dari bibir Chiraaz. Penat yang menggelayuti kepalanya sedikit berkurang setelah membaca pesan dari suaminya. Chiraaz kembali menemukan sosok Eljovan yang hangat dan romantis.
[Baiklah babe, aku usahakan pulang cepat. Love you more.] Balas Chiraaz.