Chereads / I Need to Escape from The Duke!! / Chapter 22 - Chapter 22 : Hadiah.

Chapter 22 - Chapter 22 : Hadiah.

"Kenapa? Apa yang salah?" Lucius bertanya dengan lugunya. Ia memang tidak pernah mendengar tentang mana stabilizer, tetapi ide itu sendiri tidak terdengar aneh atau mengagetkan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa beberapa puluh tahun sekali akan lahir orang-orang yang tidak punya mana sama sekali atau memiliki kelebihan mana seperti Viori. Tetapi karena kebanyakan berasal dari masyarakat biasa atau bahkan yang berada dibawah garis kemiskinan, masalah ketidakstabilan mana ini tidak pernah diusik oleh pemerintahan karena dianggap tidak menguntungkan jika harus mengeluarkan biaya besar untuk penelitian hanya untuk menyembuhkan beberapa orang biasa. Kasus kelebihan mana dari bangsawan sendiri baru pertama kali ditemukan di tubuh Viori tapi itu bukan berarti kasusnya adalah kasus yang aneh.

"Darimana kau mendapatkannya?" Emperor Androry melihat tabung itu dan Lucius bolak-balik. Ia rasa tidak mungkin Lucius yang membuatnya, walaupun Lucius adalah salah satu ahli pedang terbaik di benua ini, dan mampu mengalirkan mana nya yang minimun itu dengan sempurna untuk menambah kekuatannya, sihir yang bisa ia lakukan hanya perlindungan. Menciptakan sesuatu dari sihir atau untuk sihir itu lain ceritanya.

"Pimpinan Ksatria Viori yang memberikannya padaku, katanya ini ramuan dari keluarganya di Utgar."

"Utgar ya... hmm..." memang banyak kasus ketidakstabilan mana dilaporkan berasal dari Utgar, mungkin karena Utgar dekat tengah bumi yang dipercaya menjadi sumber mana alami.

"Tapi Utgar kan tidak memiliki teknologi yang maju?" karena berada di perbatasan, sia-sia membangun teknologi di Utgar, jadi Utgar biasanya hanya dikembangkan pertahanan dan infrastruktur militernya saja.

"Entahlah, ayah ksatria itu pemilik penginapan, mungkin ia mempunyai uang yang cukup untuk melakukan penelitian mandiri?" Lucius sendiri masih belum bisa menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikirannya, tapi semakin dipikirkan rasanya ia semakin jauh dari jawabannya.

"Lalu apa bantuan yang bisa kuberikan? Menguji keamanan ramuan itu?"

Lucius menangguk sambil menartuh tabung itu didepan Emperor Androry.

"Tabibku sepertinya kelelahan karena kejadian kemarin jadi mungkin hasilnya akan lebih lama dari biasanya. Akan segera kukirimkan kembali ramuan ini beserta hasilnya paling lambat minggu depan."

"Aku harap bisa lebih cepat, tapi apa boleh buat. Terimakasih. Aku sangat menghargai bantuanmu."

Emperor Androry agak kaget mendengar ucapan terimakasih Lucius, seumur hidupnya Lucius hanya pernah mengucapkan terimakasih padanya sekali, yaitu saat ia akhirnya naik tahkta menjadi emperor.

"Ohiya, aku berencana menyelidiki semua pelayanmu untuk mencari kemungkinan seseorang meracuni minumanmu dari dalam istana, kusarankan kau mengganti pelayan-pelayanmu untuk sementara waktu."

Lucius menghela napas sambil memijat pelipisnya dengan jari, "Aku tidak pernah mengira akan ada racun yang bisa mempengaruhiku." entah kenapa saat mengatakan hal itu, Lucius mengingat juga kata-kata Viori yang lalu.

"Pasti akan ada saatnya kau sakit dan sihirmu melemah, aku akan berada dalam bahaya kalau sampai itu terjadi!"

'Mungkinkah Viori mengetahui sesuatu?' Lucius terlihat menatap ke kejauhan dan berpikir.

"Aku yang membantumu melakukan latihan ketahanan racun justru lebih bingung, aku sudah mencari semua jenis racun yang pernah digunakan manusia dan kau sudah terbukti tahan terhadap semuanya." Emperor Androry memberikan aba-aba untuk para pelayan menuangkan teh di cangkirnya yang sudah kosong.

"Aku ada urusan, aku kembali lagi nanti." tiba-tiba Lucius bergegas berdiri dan melambaikan tangannya sekejap. Emperor Androry bahkan tidak sempat mengantarkannya ke pintu rumah kaca.

----

Saat Lucius kembali dan mengunjungi Viori di Istana Altair, kamar Viori terlihat dipenuhi hadiah berupa wewangian dan segala jenis bunga-bungaan. Lucius menghampiri Rena, dan bahkan belum sempat ia mempertanyakan asal barang-barang itu Rena dengan wajah panik menjelaskan. "Eh, ini-... barang-barang ini adalah hadiah dari Mikhail... maksud saya Pangeran Mikhail dari kerajaan sebelah."

Sieghart yang sedang membantu pelayan-pelayan lain membereskan hadiah-hadiah itu menghampiri Lucius yang terlihat hampir mengamuk.

"Maafkan saya, Duke. Saya sudah berusaha menghentikan dan menolak hadiah-hadiah ini. Kabar dan gosip soal perceraian Duke dan Duchess sudah berhenti karena kejadian Duchess menyelamatkan Duke dengan transfer mana, tetapi jika koran mengetahui hadiah-hadiah ini saya yakin mereka akan...." Sieghart menghentikan perkataanya karena ia yakin Lucius sudah tau maksudnya.

Lucius menarik napas panjang yang dalam dan menghembuskannya sambil menutup mata, ia menggumamkan hitung mundur seperti menenangkan dirinya dan menghentikan amarahnya.

"Reinhard."

Tubuh Reinhard tersentak karena sedari tadi ia masih melihat-lihat banyaknya hadiah yang diterima Viori .

"Ya! Duke! Ada apa?" sudah lama ia tidak mendengar namanya dipanggil dengan nada yang mematikan. Duke akhir-akhir ini lebih lemah lembut dan tidak pernah marah.

"Kirimkan pesan ke kerajaan...." Lucius menengok ke arah Rena seolah berharap Rena akan melanjutkan perkataanya, karena sejujurnya Lucius terlalu kesal untuk mengingat darimana Pangeran Mikhail berasal.

"Eh? Vennia, Duke. Kerajaan Vennia."

"Kirimkan pesan undangan ke Kerajaan Vennia, khusus untuk Pangeran Mikhail."

"Un-undangan? Undangan apa? Saya tidak mungkin mengundang pangeran kerajaan tetangga hanya untuk minum teh kan?"

"Memangnya kenapa? Toh, dia biasanya bermain-main di ibukota setiap minggu." mata Lucius seolah memancarkan api panas dan ketidaksabaran untuk menginjak-nginjak Mikhail -secara kiasan dan harfiah.

".... baiklah." Reinhard menangis dalam hati, membayangkan ia harus mengirim surat undangan untuk PANGERAN KERAJAAN TETANGGA untuk minum teh membuatnya bingung dan malu.

"Huft.... kenapa hidupku begini." ia mengundurkan diri dan meninggalkan Lucius yang sepertinya sudah siap membakar seluruh hadiah yang Mikhail berikan.

Lucius mulai membaca beberapa surat kecil yang ditempelkan di setiap kotak hadiah.

'Aku selalu menikmati teh melati dengan sedikit buah persik kering setiap kali aku sakit, aku yakin Viori akan merasa baikan jika meminum ini!'

'Buku ini sangat lucu dan ringan, kau pasti akan senang membacanya sambil sarapan'

'Aku melihat kertas surat ini di ibukota dan itu mengingatkanku akan Viori, aku harap Viori akan menulis surat untuk aku dengan kertas ini.'

Ia tidak bisa menghentikan dirinya untuk meremas surat kecil itu dan menjatuhkannya ke lantai.

"Aku? Viori? Mereka berbicara dengan bahasa informal? Huh! Lagipula apa juga dari kertas surat ini yang mengingatkannya akan Viori!?" Lucius membuka bungkusan dan pita kertas surat itu, didalamnya terdapat sebuah kertas surat antik berwarna coklat muda dengan tekstur daun yang halus. Dari kertas itu Lucius bisa mencium bau samar bunga melati yang biasa ia cium dari kamar -terutama bantal Viori.

Rena harus menghentikan Lucius yang hendak melemparkan kertas surat itu ke perapian.

"Duke! Tingkah seperti ini hanya akan membuat Duchess marah! Biarkan Duchess yang memutuskan apa yang akan dilakukannya dengan hadiah-hadiah ini," kertas surat tersebut direbut Rena dari tangan Lucius, lalu ditaruh kembali diatas tumpukan hadiah-hadiah lainnya.

Wajah Lucius kaget karena ia tidak pernah sebelumnya dilarang oleh pekerjanya sendiri, tetapi perkataan Rena ada benarnya juga.

Sekali lagi, Lucius mengambil napas panjang dan menghelanya perlahan.

"Sieghart, ruanganku. Sekarang." Sieghart yang sedari-tadi mengecek hadiah-hadiah itu diperintahkan untuk mengikuti Lucius keluar ruangan, kembali ke Istana Sirius.