Sepuluh tahun sudah berlalu, namun luka itu masih membekas di dalam hati Alzyas, dan sejak kejadian itu Alzyas berubah menjadi anak yang lebih pendiam, dingin, acuh tak acuh, bahkan pemberontak. Tak ada lagi keceriaan Alzyas di rumah megah milik almarhumah Kirana, yang ada hanya keheningan, Alzyas seakan terkurung dalam penjarah sepi dan terkadang mimpi buruk selalu menghampiri tidur nya. Seperti semalam, Alzyas harus terjaga karena kejadian beberapa tahun silam kembali menghampiri tidur nyenyak nya.
Pagi ini, di meja makan yang besar Alzyas hanya duduk dan sarapan bersama dengan Omanya yaitu orang tua dari Raka. Sedangkan Raka sendiri berada di Jakarta bersama Emely dan Milly, karena sejak Kirana meninggal dunia, Raka memilih keluar dari rumah itu namun tidak dengan Alzyas.
Alzyas masih bertahan ingin tinggal di rumah ibunya karena begitu banyak kenangan indah dirinya bersama Kirana sang ibu walaupun semua sudah tak lagi sama.
Raka meminta ibunya agar mau menemani Alzyas tinggal di rumah peninggalan Kirana, Raka juga harus membagi waktunya untuk bisa menjenguk Alzyas yang masih berada di Bandung.
Sebuah mobil mewah berwarna putih memasuki gerbang, dua orang satpam langsung memberi hormat saat Raka turun dari mobil itu lalu masuk kedalam rumah dan di sambut oleh beberapa Art.
" Alzyas sudah berangkat ke sekolah bik? " tanya Raka pada salah satu art
" sudah tuan, mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu " jawab art dengan sopan
Raka pun menuju halaman belakang, dan nampak sang ibu sedang menyirami bunga-bunga yang ada di taman
" Assalamualaikum ma " ucap Raka yang menghampiri Larasati
" Walaikumsallam.... Raka, kamu sudah lama nak? " Larasati mematikan keranan air lalu berjalan menghampiri Raka.
" Sudah sembilan tahun berlalu, namun semua nya
masih sama " ucap Raka, Larasati hanya tersenyum sebelum menjawab
" Alzyas melarang semua orang yang berada di rumah ini mengubah tatanan isi rumah ini "
" Alzyas sangat menyayangi Kirana "
" tapi kamu jangan lupa Raka, bahwa Kirana- "
" ma..... kita jangan bahas itu sekarang, please "
Larasati hanya menghela nafas lelah, karena walau bagaimanapun dirinya tidak berhak untuk ikut campur dalam masalah rumah tangga anaknya.
" Lalu, apa yang membawa kamu datang kesini? "
" aku akan kembali membujuk Alzyas untuk ikut tinggal bersama aku, Emely, dan Milly di Jakarta agar mama bisa kembali ke Semarang bertemu papa "
" apa kamu yakin Alzyas akan mau ikut? karena ini untuk kesekian kalinya kamu meminta Alzyas untuk ikut ke Jakarta "
Raka tak menjawab karena apa yang dikatakan ibunya memang benar, karena terakhir kali dia mengatakan ingin mengajak Alzyas ke Jakarta berakhir dengan kemarahan Alzyas.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, itu artinya sebentar lagi Alzyas pulang dari sekolah nya, baru saja Raka hendak beranjak dari duduknya dia mendengar deru suara mobil Alzyas yang memasuki garasi.
Senyum Raka merekah saat melihat Alzyas yang turun dari mobil, karena jujur Raka sangat merindukan senyum manis putri semata wayangnya itu.
" Alzyas... " panggil Raka, namun Alzyas hanya diam menatap Raka dengan dingin. Raka tahu bahwa Alzyas masih di selimuti dengan amarah dan kebencian terhadap dirinya namun Raka mencoba untuk biasa saja, walau hatinya merasa hancur atas sikap putri kesayangannya itu.
Raka memeluk Alzyas, lalu mengecup puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang dan kerinduan.
" Daddy sangat merindukan kamu " namun Alzyas masih diam tak merespon pelukan ataupun menjawab ucapan Raka.
Larasati yang melihat itu hanya bisa berharap, bahwa hati cucunya yang beku akan kembali mencair, dan sikap dingin cucunya akan kembali menghangat.
" aku kekamar dulu, permisi " ucap Alzyas lalu berlalu menuju kamarnya di lantai atas tanpa menunggu jawaban Raka lagi. Raka memaklumi sikap putrinya itu.
Malam harinya, makan malam mereka terlihat sedikit mencekam tak ada pembicaraan diantara mereka hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring, dan sesekali Raka mencuri pandang pada Alzyas.
Setelah makan malam selesai, Alzyas bergegas meninggalkan meja makan namun pergelangan tangan nya di tahan oleh Raka
" Daddy mau bicara sebentar boleh? " tanya Raka, tanpa menjawab Alzyas kembali duduk di kursi nya.
" Alzyas, Daddy harap kamu bisa bersikap dewasa atas apa yang terjadi dalam keluarga kita... " Alzyas memutar bola matanya dengan malas
" langsung pada intinya, Daddy mau mengajak kamu untuk ikut Daddy tinggal di Jakarta, bersama Mommy dan Milly.. Daddy nggak bisa harus terus menerus bolak-balik Jakarta - Bandung, karena pekerjaan Daddy begitu banyak sayang "
" aku nggak pernah minta Daddy untuk datang ke sini.... Daddy sendiri yang datang, kalo Daddy merasa berat meninggalkan pekerjaan Daddy di Jakarta hanya untuk nengokin aku, aku nggak apa-apa kok nggak di tengokin sama Daddy.... Lagian selama ini aku juga udah terbiasa kok tanpa Daddy, so Daddy nggak perlu khawatir " balas Alzyas dengan dingin lalu beranjak dari kursi nya
" kalo nggak ada lagi yang mau di omongin, aku mau kekamar, permisi " ucap Alzyas lagi, lalu berjalan meninggalkan ruang makan.
" Daddy minta maaf Alzyas.... " ucap Raka
Baru saja akan menaiki tangga, Alzyas menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap sang ayah.
" Daddy benar-benar minta maaf untuk semua kesalahan Daddy.... "
" kenapa baru sekarang? kenapa baru sekarang Daddy bilang maaf, apa setelah Daddy minta maaf akan bisa buat Mommy hidup lagi? " tanya Alzyas dengan sedikit bergetar menahan tangisnya, lalu dengan cepat menaiki anak tangga dan langsung masuk kekamar nya.
Terdengar dengan jelas suara bantingan pintu yang kencang dari lantai atas, Raka hanya mengusap wajahnya dengan kasar, lalu kembali teringat dengan kejadian beberapa tahun silam.
" tidak mudah menyembuhkan luka yang sudah begitu parah..... tapi tidak menutup kemungkinan bahwa luka itu akan sembuh.... kepergian Kirana, adalah pukulan terberat bagi Alzyas.... " ucap Larasati
" biar mama yang coba bicara sama Alzyas dan memberikan pengertian pada anak malang itu " Larasati pun menaiki tangga menuju kamar Alzyas.
Raka mengusap wajahnya dengan kasar, kejadian beberapa tahun sudah merubah sikap putri nya, setiap Raka berhadapan dengan Alzyas dirinya bisa melihat dan merasakan kebencian Alzyas pada dirinya.
" maafkan Daddy nak, Daddy sudah sangat berdosa pada kamu dan Mommy kamu, tapi andai kamu tahu yang sebenarnya kamu tidak akan bersikap seperti ini pada Daddy dan juga Emely orang yang kamu panggil Aunty " batin Raka