Chereads / BURONAN / Chapter 5 - Chap 2: Toilet Soak

Chapter 5 - Chap 2: Toilet Soak

Mau pipis, Nom?"

Yah, sebenarnya tidak juga, tapi karena seorang cewek … oh, astaga, itu ketua kelasku! Saking padatnya, kukira semua gadis di sini bukan orang yang kukenal!

"Iya, Zey." Maksudku, sebenarnya aku tidak kebelet, tapi berkat ide Zefanya si cewek Batak berkulit sawo matang manis—mirip warna kulitku, bedanya versiku pahit—alasanku bersembunyi jadi semakin mulus.

Selagi dia mengikat rambut cokelat sepunggungnya di depan cermin penuh orang berdandan, aku buru-buru mencari bilik kosong.

"Penuh semua, Nom. Tahu dah, tiap pengumuman kek gini, pada auto beser, kali! Ngomong-ngomong, nggak kumpul bareng temen-temen kau?"

Teman-teman yang dia maksud pasti anak-anak OSN. Ya, jelaslah, aku tak punya yang lain.

"Kali ini nggak. Guru-guru rapat dadakan."

"Ya udah. Bareng ajalah kita!"

Cewek berlesung pipit itu terkenal suka mengoceh dan punya kenalan di organisasi sana-sini.

Wibawa dominannya di kelas kadang membuatku merasa jauh, apalagi aku tak punya sirkel tetap.

Posisi dudukku di pojok kelas bertolak belakang dari perkumpulannya yang mustahil mengecilkan volume tawa. Namun di keramaian seperti ini, aku bersyukur bisa menemui seseorang yang membuatku merasa tak diabaikan.

"Aaah, iyak!"

Ugh, lupa bilang, dia juga hobi teriak-teriak!

"Enak aja kau mau pipis pake almet! Lepas! Sini, biar kupegang!"

Hah?

"Ca, Nes, tolong bantu dia!" Zefanya berputar menerjangku dengan kuncir ekor kuda pirangnya yang sudah sempurna.

"Apa, sih, Zey?" Aduh, aku ingin menghindari mata-mata bingung yang mulai kepo, tapi sialnya belum ada satu pun yang keluar bilik!

"Gini, kau mau naik panggung pake almet pesing? Mending kalo bau tok, kalo keciprat? Ew, ditegur Pak Juned baru rasa! Sinilah! Biar kujaga!"

Gila, aku tak pernah mempercayai siapa pun untuk memegang barangku, tapi argumennya logis juga!

Diledek Pak Juned minimal kena mental, tapi aku tak sudi disemprot partner fisikaku yang bermulut sambal dalam mengomentari hal setidak penting posisi upil.

Kalau dipikir-pikir, kapan lagi aku mendapat perlakukan sebaik ini? Setidaknya, periode artisku ini tak boleh kusia-siakan!

"Ya udah, iya!"

Sedetik menyerahkan jas drilku pada mereka, aku melesat ke dalam bilik saat seseorang meninggalkannya. Dasar cerewet!

Kadang kalau dipikir-pikir, aku tak pernah bisa sepenuhnya jengkel pada seseorang tanpa menyukai satu dua tingkah mengejutkan mereka.

Aku penasaran, andai aku bukan seorang juara, apa keberadaanku akan dianggap ada?

Cih, kenapa aku berlagak jadi protagonis novel begini?

Kembali pada kenyataan, kugulung lengan panjang kemeja putihku, dan buru-buru menyemprot selang bidet ke WC demi menimbulkan musik yang membuatku dianggap buang air sungguhan.

Sambil terus menyemprot, aku mengecek kembali alat perekam mini berbentuk flashdisk yang kuletakan dalam saku kemeja.

Aku selalu merekam setiap pidato berbahasa Indonesiaku supaya mampu kukoreksi bila ada kesalahan. Terus terang, untuk murid WNA sepertiku, acara sejenis ini adalah momen mengerikan, bahkan lebih mencekam daripada mengerjakan soal lomba sesungguhnya.

Padahal ini bukan kali pertama aku menyusun deretan paragraf berbahasa Indonesia.

Jangankan pidato, esai-esai mata pelajaran Budaya Nusantara saja selalu kusentuh semalam sebelum pengumpulan. Padahal Zefanya selalu mengingatkan deadline di grup kelas dua hari sebelum … tunggu! Aduh, aku belum mengecek grup OSN yang selalu kusenyapkan!

OSN 2023

Diana Eko: Oit, kunci udah dikasih Bang Key!

Diana Eko: Kumpul dulu ga nih?

Angga IT: Bole

Reihan Astro: Padim?

Seorin Bio: Pintu belakang panggung auditorium.

Angga IT: Otw

Reihan Astro: @Pak Yuzzz Bareng ga nih, Pak?

Pak Yuzz: Kami msh ada keperluan, duluan aza ya ges ya

Diana Eko: Ngokee, Pak

Buset? Mereka berkumpul lima menit lalu? Ya, semesta, bisa-bisanya aku nyantol di sudut tak jelas ini!

Ketos Light Yagami: Oi

Ketos Light Yagami: Dmn?

Matilah! Dia mengirim pesan secara personal! Dua pesan "personal" dengan kata "oi", persatuan yang mengartikan kesabarannya sudah di ujung tanduk!

Jangan tanya dari mana aku tahu itu! Dengan ganas, kupanjangkan kembali lengan kemejaku. Pokoknya aku harus—

"Eh! Woy!"

Tak kusangka kemunculanku mengejutkan sejumlah mata di luar.

Hal pertama yang kulihat sekejap menghantam pintu adalah tubuh-tubuh cewek bergrasak-grusuk. Tampang keringat dingin mereka berbeda dari wajah-wajah santai yang kuingat sebelum masuk.

"Sini!" Tanpa berbasa-basi aku menadahkan tangan ke cewek berjilbab yang menggendong jasku. Gelagat gemetarnya tampak seperti demam. Sayangnya, bukan tugasku untuk menggotongnya ke UKS. "Makasih."

"Nggak bareng aja, Nom?"

Suara nyaring Zefanya menjadi yang terakhir memicuku menoleh sebelum aku menarik pintu soak tadi.

"Gue udah ditunggu, sori."

"Oke, good luck! Eh, awas!"

Dugh.

Seluruh nyawaku terlonjak!

"Ngapain aja, sih?"

Ya, ampun! Sejak kapan seorang cowok titan berdiri di depan toilet kami?