Elang menggaruk tengkuknya, ia benar-benar tidak bisa menahan haru ada rasa malu bagaimana seorang Malik yang tidak ingin dirinya menyambut kedatangannya.
"Tuan Malik itu dari putri saya, yang dari saya,"
"Sudah, sudah kalau kami begini saya akan pulang tuan Elang."
"Jangan tuan Malik, kenapa anda memanggil saya tuan Elang?"
"Apakah ada yang salah tuan Elang Wijaya?"
"Tentu ada tuan Malik, anda tidak pantas memanggil saya dengan sebutan tuan, panggil saya Elang saja karena saya sudah menganggap Anda seperti ayah saya," sahut Elang yang menghentikan perkataan Malik.