"Aksa tidak mau!!" Riana menggelengkan kepala, melihat Arsa dan Aksa tidak ada yang mau mengalah.
"Sayang, bukankah dia cantik? Kenapa kamu menolak perjodohan dengannya?" Aksa meletakan sendok yang berada di tangannya.
"Mama, ayah. bisakah kalian tidak membicarakan perjodohan ku dengan para wanita? aku masih sekolah Ma dan aku juga masih ingin bekerja aku ingin menjadi orang sukses setelah itu aku akan memikirkan seorang pendamping." Kata Aksa.
"Oke!! sayang. sebaiknya kita makan siang dulu. jarang-jarang kita bisa makan bersama bukan?" Kata Riana, mengalihkan perdebatan antara Arsa dan Aksa.
Mereka menikmati makan siang dengan suasana hening hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.
Di kediaman Malik. Harini yang tengah menyiapkan makan siang, di kejutkan dengan suara lantang Carissa.
"He!! anak sial, ngapain kamu disini!? bantuin angkat tas di dalam mobi. cepetan bengong lagi!!!" Carissa, mendorong tubuh Harini hingga tersungkur kedepan, beruntung Harini menubruk tubuh seseorang sehingga tidak mencium lantai.
"Carissa!!! apa begini sikapmu hah!?" Carissa mendengus mendengar suara yang telah lama tidak di dengarnya.
"Kakak!! ngapain pulang? bukannya betah tinggal di apartemen!?" Carissa berbalik meninggalkan kakaknya yang masih memeluk tubuh Harini.
"Carissa tunggu!!!" Harini menahan pergelangan tangan pria tampan di hadapannya.
"Kakak, biarkan saja. mungkin dia lelah. masuk kak, mau minum apa?" Harini menerima tas milik Carissa yang di berikan oleh sopir padanya.
"Harini, apakah Carissa masih melakukan kekerasan padamu?"
"Tidak kak, masuklah. akan aku buatkan minuman kesukaan kakak. bukankah sudah lama kakak tidak pulang kerumah?" Harini melangkah lebih dulu kekamar Carissa, namun langkahnya kembali terhenti saat suara dingin seseorang.
"Kembalilah biarkan dia yang mengambilnya sendiri." Harini mengikuti yang di katakan oleh pria di depannya.
"Tapi kak Carissa .." Harini akhirnya kembali dan melangkah berdua ke arah ruang makan.
"Harini, Apa kabarmu? apakah mereka masih menyakitimu?" Tanya pria di depan Harini.
"Tidak kak ... Oh!! ya kak, kenapa tidak pulang bukankah kakak libur?" Tanya Harini.
"Ya, kakak libur."
"Harini, dimana Mama sama ayah. sejak tadi aku tidak melihatnya."
"Ayah, kekantor dan ibu mungkin pergi arisan Kak," Harini menyelesaikan semuanya dan memilih kembali kekamarnya.
'Sampai kapan kamu tetap diam, di perlakukan seperti ini Harini. kamu tahu mereka jahat. tapi kamu tetep diem dan menyayanginya.' Ucapnya dan kembali kekamarnya.
Siang berlalu dan kini berganti malam, kediaman Malik sepi tanpa penghuni, hanya beberapa pelayan yang terus terlihat dengan aktivitasnya.
"Harini kemana kamu!!!" Suara teriakan Carissa membuat Harini bergegas turun ke bawah. dimana Carissa tengah berdiri dengan dua tangannya berada di pinggang.
"Apa yang kamu kerjakan di kamar hah? kamu tau kami belum makan. tapi kamu tidak menyiapkan makan malam untuk kami!!"
"Carissa, aku sudah menyiapkannya sejak tadi, dan semua masih hangat, lalu kenapa kamu bilang tidak ada lalu ini apa?" Sahut Harini. menunjuk berbagai macam menu makanan yang telah di siapkan oleh Harini.
"Aku, tidak mau makanan ini aku minta yang baru!! cepat buatkan untuk aku sekarang!!" Harini hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan oleh Carissa.
"Tunggu Harini!!! Jangan pernah kamu turuti apa kemauan Carissa. Jika dia tidak mau makan makanya sudah kamu siapkan atas meja, suruh dia masak sendiri dan kamu cepatlah kembali kekamar jika kamu sudah selesai makan." Harini kembali ke dalam kamarnya, apakah dirinya enggan untuk makan malam tanpa kehadiran Malik.
"Ya, kak. aku sudah selesai." Harini berlari menaiki tangga menuju kamarnya tanpa mendengarkan apa yang dikatakan Carissa.
"Anak sial, beraninya kamu membantah perintah ku!!"
"Jika Kamu lapar, tidak perlu membangunkan orang. semua makan sudah tersedia diatas meja Jika kamu tidak menyukainya, kamu bisa masak sendiri apa yang kamu mau. atau kamu bisa memesan makanan di luar bukannya itu mudah. lalu kenapa kamu harus berteriak untuk memanggil harini!!" Carissa menatap kesal pada Daffa yang selalu saja membela harini seperti Malik yang selalu membela Harini.
dengan perasaan enggan kembali ke kamarnya karena ayah dan ibunya pergi keluar kota, sehingga mereka hanya bertiga di rumah.
"Aaarrggghhhh ... aku harus menahan lapar sampai besok pagi. semua ini karena anak sial itu." Ucap Carissa.
Keesokan paginya, setelah semuanya tersedia di atas meja, Harini kembali ke kamarnya dan bersiap untuk berangkat sekolah.
"Harini, apakah kamu sudah siap untuk berangkat sekolah?" Tanya Daffa.
"Kak Daffa, sudah kak." Harini keluar dari kamar tanpa sarapan terlebih dahulu, sebelum berangkat ke sekolah.
"Harini tunggu!! bukankah kamu belum sarapan?" Daffa menghentikan langkah Harini.
"Maaf kak, aku harus segera kesekolah ada tugas yang harus di selesaikan." Harini keluar, Daffa yang tahu sifat keluarganya tidak percaya jika Harini benar-benar ada kegiatan di sekolah.
Harini berlari dengan, tidak ingin terlambat sampai di sekolah.
"Harini, Kenapa kamu lari?" Nella memperhatikan sahabatnya yang mengatur nafasnya.
"Ayo, kita ke kantin. aku tahu kamu belum sarapan." Lanjutnya dan Mereka sarapan di kantin, Harini menikmati sarapannya tanpa di sadarinya seseorang memperhatikan dirinya.
BRUKKKK !!
"Aaaww ..."
"Mampus, itu pelajaran buat kamu anak sial!! berapa kali aku Katakan jangan dekati keluarga ku tapi kamu dengan berani-beraninya ngadu sama kak Daffa. kamu pikir kamu itu siapa hah!!! aku kasih tahu, kamu itu cuma anak pungut!! anak pungut ngerti kamu hah!!" Harini berusaha berdiri dan mendekati Carissa.
"Aku tidak mengadu pada kak Daffa, Carissa. kamu bisa tanya sendiri." Harini melanjutkan langkahnya. namun lagi-lagi suara, Carissa membuat Harini berhenti.
"Bisakah kamu meninggalkan rumahku? kamu tahu kehadiran dirimu hanya benalu di keluargaku ku!!"
"Aku, akan pergi jika kakek yang mengusirku Carissa."
Harini mengikuti pelajaran dengan tenang, hingga waktu pulang tiba.
"Harini, pulanglah denganku."
"Tidak terima kasih Nella, aku harus ke perpustakaan ada buku yang harus aku cari.."
"Oke!! hati-hati Harini." Mereka berpisah di gerbang sekolah, Harini menuju perpustakaan dengan langkah kaki, Harini tidak ingin membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting. baginya belajar dan belajar agar kelak bisa menunjukkan pada Malik kakek yang di sayangi nya jika dirinya akan menjadi sukses.
"Selamat siang, pak." Sapa Harini pada penjaga.
"Neng Harini, masuklah. bapak kira neng Harini tidak akan datang." Ucapnya di sela tawanya.
"Saya tidak mungkin tidak datang pak, terlebih gratis seperti ini saya tidak akan melewatinya hehe ..." Sahut Harini membuat mereka tertawa mendengar jawaban Harini.
Harini memulai mencari buku yang di butuhkan dan membawanya ke sudut ruangan, tempat yang selalu membuat nyaman Harini.
Harini yang tidak menyadari waktu telah sore, hingga seseorang menyodorkan minuman untuknya.
"Jangan sampai kamu dehidrasi, karena lupa minum." Harini mengangkat wajahnya dan tersenyum lembut melihat laki-laki duduk depannya.
"Daffa Herlambang, apa yang kakak lakukan di sini?" Tanya Harini lirih. tidak ingin membuat yang lain terusik.
"Sejak tiga jam yang lalu," Ujarnya menaikkan alisnya.
"Ish! kak Daffa .."
"Ayo pulang, sudah sore." Harini mengangguk, saat akan melangkah tiba-tiba Harini tersandung kaki meja. membuatnya terjatuh, beruntung Daffa segera menolongnya.
"Apa aku bilang, makan dulu. lihat kaki kamu tidak bohong. dia butuh asupan biar bisa kuat." Tanpa meminta izin pada Harini Daffa mengangkat tubuh Harini keluar dari perpustakaan.
"Kak Daffa turunkan aku kak!!"
"Diam, jangan membuat keributan di sini." Kata Daffa dan membawanya kearah mobil yang di terparkir di depan perpustakaan.