Chereads / GELEMBUNG MUSIM DINGIN / Chapter 3 - Qin Yi Yue

Chapter 3 - Qin Yi Yue

"Bagi orang lain mungkin menjadi seorang murid di sekte Rufeng adalah hal yang mudah dan tidak istimewa, namun bagi saya itu adalah sesuatu yang amat teramat sulit karena saya memiliki inti spiritual yang rusak yang tidak bisa di terima si sekte manapun."

"Inti spiritual yang rusak?" Jing Yi dan orang tuanya berkata dengan bersamaan karena terkejut jika wanita di depannya ini memiliki inti spiritual yang rusak.

"Saya sudah mencoba bertahun-tahun untuk menyembuhkannya namun belum bisa mengembalikan seperti semula."

"Bagiamana bisa anda memiliki inti spiritual yang rusak?" Nampak wajah khawatir dari wajah ibu Jing Yi.

"Itu karena kecelakaan kecil."

Wanita itu membuka mulutnya sambil melihat Qin Yi Yue bagaimana bisa Qin Yi Yue menyebut kerusakan inti spiritual rusak karena kecelakaan kecil, sedangkan inti spiritual rusak sama saja hampir meregang nyawa.

"Ling Ling sudahlah, mungkin nona Qin Yi Yue tidak ingin mengenang masa pahit itu," Pemimpin sekte Rufeng itu mencoba memberikan pengertian pada istrinya jika tidak semua masalah bisa di di bicarakan kepada orang lain apalagi mereka baru saja kenal.

"Siapa yang inti spiritualnya rusak?" Suara di pintu membuat ke empat orang yang ada di dalam itu langsung melihat ke asal suara.

Di sana sudah ada laki-laki berjubah hijau berdiri di depan pintu dengan melihat bergantian pada ke empat orang itu.

"Shizun ...," Jing Yi nampak bahagia ketika melihat wajah gurunya.

He Qiao Yan masuk tanpa di persilahkan dan dia duduk di tepi ranjang Jing Yi.

"Siapa yang inti spiritualnya rusak?" He Qiao Yan mengulangi pertanyaannya sambil membuka perban Jing Yi.

"Nona Qin Yi Yue," Jawab Jing Yi sambil melihat Shizun nya merawat lukanya.

He Qiao Yan menghentikan pergerakan tangannya yang masih membuka perban Jing Yi, kemudian melihat wanita yang ada di antara mereka yang mengunakan penutup wajah berwarna putih itu, hanya sebentar dan kemudian dia melanjutkan lagi merawat luka muridnya.

Membukanya dan memberikan obat tabur, Jing Yi merasakan jika obat itu mulai bekerja dan dia merasakan cukup nyeri pada lukanya namun dia tidak bisa menunjukkan itu di depan Shizun nya.

He Qiao Yan membalutnya lagi dengan kain yang bersih setelah mengobatinya.

"Bagiamana luka putra tetua He?" tanya Jing Hao pada He Qiao Yan, meski dia seorang pemimpin sekte dia sangat menghormati He Qiao Yan karena dialah yang meminta He Qiao Yan mengajar dan menetap di sekte Rufeng, bukan hanya Jing Hao bahkan semua tetua yu ada di sekte Rufeng menghormatinya dan sedikit agak takut padanya karena dia terkenal akan kekejamannya dan ke sombongnya.

"Ini sudah lebih baik untung saja Jing Yi segera mendapatkan pertolongan, jika terlambat aku mungkin tidak bisa menolongnya."

"Untung saja kami memiliki tetua He, jika tidak mungkin putra kami satu-satunya tidak bisa di selamatkan."

"Apa yang pemimpin katakan? Jing Yi adalah murid ku tentu saja aku akan menyelamatkannya."

Ada senyuman penuh arti di bibir Qin Yi Yue dan itu tidak bisa di lihat oleh orang lain karena terhalang oleh kain yang berada di wajahnya yang hanya menyisakan kedua matanya.

Dia menatap wajah yang tidak jauh darinya, wajah yang sudah dia tidak lihat selama 12 tahun, Qin Yi Yue sangat yakin jika He Qiao Yan tidak akan mengenalinya lagi meski dia tidak mengunakan penutup wajah, wajahnya saat ini sangat berbeda dari 12 tahun yang lalu saat Qin Yi Yue berusia 11 tahun apalagi saat ini Qin Yi Yue memiliki bekas luka bakar di wajahnya.

"Aku heran kenapa bisa ada mayat hidup di kawasan sekte Rufeng? Apakah ada penyerangan atau ada orang yang sedang mempelajari ilmu hitam?" Jing Hao memegang dagunya sendiri.

He Qiao Yan juga ikut berpikir, "Itu juga yang aku pikirkan, setelah mengobati Jing Yi kemarin aku juga melihat lokasi dan tidak menemukan apapun, dan mencari sekeliling tidak kejadian serupa di sekeliling, Nona bagiamana caramu membawa Jing Yi kemari?" He Qiao Yan sedikit mengalihkan pandangan ke arah Qin Yi Yue.

Qin Yi Yue sudah mempersiapkan jawaban jika sewaktu-waktu bagaimana dia akan menjawabnya, karena mayat-mayat itu di kendalikan oleh dirinya.

"Saya tidak melawan mereka, saya hanya berusaha menyelamatkan tuan muda Jing Yi dari mereka tanpa melawan mereka."

"Caranya?" tanya Jing Yi dan He Qiao Yan bersamaan.

"Dengan membingungkan mereka dengan melodi qugin, dan setelah itu saya membawa tuan muda Jing Yi pergi," He Qiao Yan melirik jemari tangan Qin Yi Yue yang lentik dan membayangkan bagaimana gadis itu bermain qugin.

"Aku sudah menyuruh beberapa murid untuk menyelidiki kasus ini, dan mencari tahu dari mana asalnya mayat-mayat hidup itu, jika di biarkan mungkin akan meresahkan masyarakat, dan supaya kabar ini di rahasiakan terlebih dahulu sebelum kita bisa menemukan titik terang, aku takut akan menimbulkan kegelisahan."

Percakapan mereka berakhir karena waktu sudah malam, Qin Yi Yue kembali ke kamar tamu yang sudah di siapkan untuk dirinya.

Sedangkan He Qiao Yan dan Jing Hao mendiskusikan permintaan dari Qin Yi Yue yang ingin menjadi murid sekte Rufeng.

"Bagaimana menurutmu?" He Qiao Yan tidak langsung menjawab pertanyaan Jing Hao dia sedang tenang menikmati secangkir teh di tangannya.

"Jika kita menerima permintaan dari Qin Yi Yue itu lalu siapa yang akan menerima dia menjadi murid? Jika kita mendiskusikan ini pada semua penatua di sekte Rufeng aku khawatir perasaan nona Qin Yi Yue akan tersinggung karena mereka pasti akan saling lempar karena tidak ingin mempunyai seorang murid Yesus jelas-jelas akan sangat sulit untuk maju dalam kultivasi, seorang yang inti spiritualnya rusak itu hanya berbeda tipis dengan manusia fana."

"Tapi aku juga tidak bisa menolaknya, dia telah berjasa besar padaku dan aku tidak bisa membalas permintaan kecil darinya, mau di taruh kemana mukaku ini?"

He Qiao Yan menghela napas panjang dan melihat rembulan mulai menunjukkan wujudnya di menatap lurus pada langit yang luas.

"Katakan pada nona Qin Yi Yue jika dia bersedia dia bisa menjadi murid ku."

"Kamu yakin?" pemimpin Jing Hao menatap wajah dingin Laki-laki di sampingnya itu.

"Tidak ada pilihan lain, aku takut dia akan di perlakukan dengan tidak baik oleh para tetua lainnya dan mereka banyak memiliki murid, nona itu mungkin akan tertekan."

"Tapi kamu mengatakan jika kamu tidak akan mengangkat murid?"

"Tidak apa-apa, mungkin ini sudah di takdirkan oleh langit, jika dia bisa bertahan bersamaku aku akan mengajarnya tapi katakan padanya semua tentang aku jangan sembunyikan hal sekecil apapun tentang keburukan yang aku milik."