Qin Yi Yue mengangkat kepalanya setelah bersujud tiga kali di depan He Qiao Yan, namun dia tidak berani menatap wajah Shizun yang sedang memandangnya.
"Apa kamu yakin untuk menjadi murid ku?" Suara itu sangat rendah masuk di gendang telinga Qin Yi Yue namun itu sangat jelas bagi wanita itu.
"Suatu kehormatan bisa menjadi murid Shizun," Qin Yi Yue tetap menunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.
"Ada banyak sekali penatua yang bisa kamu jadikan guru di sekte Rufeng ini, dan kamu tetap memilih aku dan aku harap kamu tidak menyesal dengan ke putusan yang kamu ambil, reputasi ku cukup buruk di mata banyak orang."
"Saya tidak akan menyesal mendapatkan bimbingan Shizun."
"Baiklah keputusan sudah di ambil, aku akan menerimamu sebagai murid ketiga ku."
Qin Yi Yue mengangkat pandangannya saat He Qiao Yan mengatakan jika Qin Yi Yue sebagai murid ketiga, karena semua orang tahu jika He Qiao Yan hanya memiliki satu murid yaitu Jing Yi.
Namun Qin Yi Yue mengurungkan niatnya untuk bertanya dan kembali menundukkan kepalanya, namun nampaknya He Qiao Yan menyadari jika Qin Yi Yue menemukan kejanggalan.
"Kenapa kamu tidak bertanya, mengapa aku mengatakan jika kamu murid ketiga, padahal semua orang tahu jika aku hanya memiliki satu murid?"
"Murid ini tidak berani."
He Qiao Yan tersenyum melihat Qin Yi Yue yang sangat penurut dan pemalu dia sedang dalam suasana hati yang baik dan melihat jika Qin Yi Yue adalah gadis yang mudah di atur membuatnya sedikit puas.
"Jing Yi adalah murid ke dua yang aku ambil dan murid pertamaku ada di sana."
He Qiao Yan menunjukkan sebuah arah namun Qin Yi Yue tidak sanggup untuk menoleh ke arah mana jari He Qiao Yan mengarah namun Qin Yi Yue harus melihat ke arah mana Shizun nya menunjuk.
Qin Yi Yue hanya melihat sebuah meja dan dia atasnya ada sebuah tablet kayu yang terukir nama dengan sangat jelas untuk Qin Yi Yue.
"Xiao Yi?" Qin Yi Yue membacanya dengan pelan, dia tidak tahu apa yang sedang dia rasakan di hatinya untuk saat ini.
Dia melihat tablet kematiannya sendiri padahal saat ini dia masih duduk bersimpuh di depan Shizun nya, Qin Yi Yue adalah seorang perempuan dia mempunyai hati yang lembut, dia merasa jika di dalam kelopak matanya sudah penuh akan air mata namun dia tidak bisa menunjukkan kepada He Qiao Yan, perasannya untuk saat ini cukup rumit.
Qin Yi Yue menata hatinya terlebih dahulu sebelum dia kembali ke posisinya semula dan duduk tegak di depan He Qiao Yan tidak mengetahui apapun.
"Turut berduka cita atas meninggalnya kakak pertama."
He Qiao Yan tidak menyahut dia terus memandangi tablet itu untuk waktu yang lama dengan pemikirannya sendiri.
"Qin Yi Yue."
"Murid di sini."
"Kenapa kamu menutupi wajahmu?"
"Saya memiliki bekas luka bakar di wajah dan leher saya," Qin Yi Yue menjawabnya dengan jujur.
"Bisakah aku melihatnya?" He Qiao Yan beranjak dari tempat duduknya dan berjongkok mendekati Qin Yi Yue.
Qin Yi Yue tidak langsung membuka cadar putih yang menutupi sebagian wajahnya, dia masih ragu karena dia takut jika He Qiao Yan akan mengenalinya sebagai Xiao Yi namun dia tidak memiliki pilihan lain ketika gurunya sudah berjongkok di depannya.
Dengan gerakan pelan Qin Yi Yue membuka cadar di wajahnya dan memperlihatkan wajahnya yang memiliki bekas luka bakar pada pipi dan lehernya dia tidak mengangkat kepalanya bukan karena dia malu melainkan karena dia takut jika He Qiao Yan akan mengenalinya sebagai Xiao Yi.
Namun nampaknya He Qiao Yan tidak mengenalinya, dia hanya fokus pada luka bakar yang ada di wajah Qin Yi Yue, dia memiringkan kepalanya untuk lebih jelas melihat luka yang dialami oleh murid barunya ini.
"Ini hanya luka bakar biasa meski parah tapi masih bisa di sembuhkan jika luka bakar di sebabkan oleh api spiritual mungkin sudah tidak bisa tertolong lagi."
Qin Yi Yue menutup wajahnya kembali saat He Qiao Yan kembali ke tempat duduknya.
"Bagiamana kamu bisa mendapatkan luka bakar seperti itu dan juga siapa yang membuat inti spiritual mu rusak?"
"Ini saat usia saya masih muda, Ada seseorang yang membakar habis desa kami dia banyak melukai banyak orang, tidak hanya saya yang inti spiritualnya rusak bahkan ada yang inti spiritualnya di gali hidup-hidup yang membuat orang mati seketika, saya tidak tahu pelakunya namun saya masih ingat wajahnya jika bertemu."
"Dari mana kamu berasal?"
"Dari selatan tidak jauh dari pesisir pantai pantai darah."
"Pantai darah? Sangat jauh dari sini."
Qin Yi Yue tidak sepenuhnya berkata jujur jika dia menceritakan semuanya mungkin He Qiao Yan akan mengetahui jika yang ada di hadapannya ini adalah gadis kecil bernama Xiao Yi dan mungkin rencananya akan berantakan jika He Qiao Yan mengetahui identitas aslinya.
Akan lebih baik jika He Qiao Yan menganggap jika Xiao Yi kecil sudah mati bertahun-tahun yang lalu.
Pada awalnya Qin Yi Yue memasukkan He Qiao Yan ke daftar nama orang yang harus meregang nyawa di tangannya, namun saat ini hati kecilnya di buat goyah saat melihat tablet kematiannya sendiri di atas meja yang di buat oleh He Qiao Yan.
Perasaannya rumit pada He Qiao Yan, dia sudah membenci laki-laki yang ada di hadapannya ini bertahun-tahun namun bisa di bimbangkan hanya dengan sebuah tablet kematiannya.
Tablet itu memang sederhana namun Qin Yi Yue bisa melihat dengan jelas jika He Qiao Yan merawat tablet itu dengan baik, mungkin itu hanya perkara kecil dan tidak penting namun bisa menjelaskan semuanya, meski tablet kayu itu sederhana namun nampak sangat bersih dan mengkilap, tidak ada sedikitpun debu bersarang di sana.
Mungkin setiap hari He Qiao Yan mengelap dengan rutin tablet kematiannya Xiao Yi, tablet kematiannya terlihat sangat bersih dan mengkilap.
Qin Yi Yue tidak bisa membayangkan bagaimana seorang He Qiao Yan yang angkuh dan sombong merawat dengan baik tablet kematiannya, mungkin juga He Qiao Yan akan mengajak bicara benda mati itu dari waktu ke waktu.
"Maaf mungkin aku telah menggali luka lamamu ...," He Qiao Yan sedikit merasa bersalah karena membuat Qin Yi Yue semakin menundukkan kepalanya.
"Tidak Shizun."
Qin Yi Yue tersenyum di balik cadarnya, saat ini dia dengan resmi memanggil orang yang ada di hadapannya ini dengan panggilan Shizun, dia sudah berharap sejak dia kecil untuk melakukannya.
Orang yang dia benci namun juga dia adalah seorang yang sangat di rindukan oleh Qin Yi Yue, orang yang sudah menyelamatkan nyawanya sekali namun dia juga orang yang sudah hampir membunuh Qin Yi Yue tampa sengaja.
Sepertinya Qin Yi Yue harus kembali memastikan sebagai apa He Qiao Yan tidak di dalam hidupnya, sebagai pahlawan atau orang yang patut di benci.