"Oh iya, Mama belum pulang?" tanya Eiryl sambil menguraikan pelukannya.
Andara menggeleng. "Mungkin baru sampai nanti malam."
Eiryl menghela berat. Baginya mama terlalu sibuk mengurus ini dan itu mengenai pekerjaannya sebagai pengusaha aksesoris dan perhiasan mewah. Tangan Andrean bergerak mengusak kepalanya.
"Siap-siap, ya. Kita ke rumah sakit sekarang."
Eiryl mengernyit.
"Semalam Alga yang menolong kamu dan Papa nggak nyangka kalau di balik wajah Jonathan yang terlihat baik bisa setega itu untuk melukai seseorang. Alfan dan teman-temannya pun sedang dalam penyidikan di kantor polisi."
Eiryl mengerti.
"Ya sudah, Papa tunggu kamu. Nanti kita sarapan bareng Alga di rumah sakit."
"Papa udah nggak marah sama Alga?"
Andara menggeleng. "Alga anak baik. Papa nggak pernah marah sama dia."
"Aneh."
"Papa cuma nggak mau kamu dekat-dekat sama dia, karena dia sakit parah."
"Nggak nular kok, Pa."
"Bukan masalah itu, Eiryl."
"Terus?"