Tidak ada waktu yang bergulir terlalu cepat atau mungkin malah melambat. Waktu sudah mempunyai porsinya sendiri untuk terus berporos pada lajunya. Ah, memang benar seperti itu adanya.
Sudah seminggu yang lalu sejak Agam di semayamkan, Alga baru sempat mengunjunginya. Kini dengan kedua mata terus tertuju pada batu nisan yang terukir indah nama Agam, Alga terus menahan hatinya yang mengerang hebat. Menerjangnya tanpa ada kata ampun.
Kedua tangannya menengadah, sedang ucapnya dalam hati penuh kata berserah. Memohon pada Tuhan agar menempatkan Agam pada sebaik-baiknya ruang. Tanpa terasa bulir bening yang selama ini tertahan berjatuhan, seakan-akan ikut meruntuhkan benteng pertahanannya.