Gadis itu nampak nyata di matanya. Senyumannya pun merekah indah seperti bunga anyelir yang dibawanya. Langkahnya berhenti tepat di hadapan Alga.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku, Ga," ucap Eiryl. Senyumnya masih mengembang tuntas.
"Ikan nggak pernah bermimpi, Li," jawab Alga.
"Begitukah?" Alga mengangguk.
"Kenapa memangnya?"
"Karena otak ikan nggak serumit otak manusia atau binatang lain," jelasnya membuat Eiryl mengangguk-angguk paham.
"Ga."
Alga terperanjat dari tempatnya. Seseorang di sebelahnya berdecak sebal sambil berkacak pinggang.
Alga tersadar jika rupanya ia malah tertidur di sofa yang tersedia di lobi rumah sakit. Kepalanya menoleh ke arah akuarium yang ada di sampingnya, melihat ikan-ikan yang bergerak dengan jumlah yang sama. Lalu tatapannya beralih pada Dimas yang kini sedang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue nyari lo kemana-mana. Lo malah enak tidur di sini," omelnya.