Kobaran api di hadapannya nampak semakin menyala. Menghanguskan semua puisi-puisinya yang selalu ia tujukan pada gadis itu. Gadis yang sampai pada detik ini masih asyik menari-nari di dalam hati.
Seketika ia terbatuk saat tak sengaja menghirup asap yang terus menguar mengikuti arah angin. Alga segera bangkit dan menjauh. Ia menghela, lalu tertawa pelan. Berpikir bahwa dirinya memang lemah, hanya karena asap pun ia harus menyingkir.
Terdengar dering telepon yang lantas membuatnya menoleh ke arah meja kecil di sampingnya. Ada nama Eiryl yang tertera di layar ponselnya. Namun, tak berlangsung lama nada panggilan itu berhenti dan menampakkan layar hitam.
Aku harus bagaimana, Tuhan?
Alga mendesah panjang. Tidak mudah baginya untuk menghindar dari Eiryl.
la pun bangkit, meraih ponselnya dan berjalan entah ke mana arah tujuannya. Yang jelas sebuah tempat yang hanya ada dirinya dan suara gadis itu di saluran telepon.