Pandangannya mengedar ke seluruh ruang yang begitu ia kenali. Ruangan ini lagi. Ah, berapa lama lagi ia harus tinggal di dalam ruangan ini? Selang infus dan oksigen kembali menempel di tubuhnya.
Alga menoleh ke arah samping, menatap raut lelah yang kini sedang terlelap. Kini ia merasa benar-benar tidak berguna dan hanya bisa merepotkan orang lain. Tangannya bergerak menyentuh puncak kepala yang sedang tertunduk di atas brankar. Tertidur dengan begitu lelapnya.
Eiryl, sosok gadis yang benar-benar harus ia lepas. Belajar untuk ikhlas memang tidak semudah mengeja kata, namun bukankah belajar adalah sebuah proses yang mesti dinikmati tanpa harus berprotes? Meski lagi-lagi ia tahu, ia paham bahwa melepas yang hampir digenggamnya itu tidak mudah.