Kalimat yang baru saja meluncur dari sepasang bibir Alga membuat Eiryl semakin tidak mengerti. Ia pun menghampiri Alga. Ah, ayolah! Andai dadanya bisa terbuka lebar, pasti hatinya yang terbelah-belah akan nampak dengan jelas. "Aku nggak ngerti dengan semua ini," ujarnya.
Alga tertawa hampa. "Siapa pun nggak akan pernah bisa mengerti, Li. Lagi pula siapa yang bisa mengerti saat seorang laki-laki begitu mencintai seorang gadis, tapi ia harus melepaskannya? Nggak akan pernah ada."
"Eiryl sayang." Alga kembali meraih kedua tangan Eiryl. "Maaf, sudah tidak ada kata kita di antara aku dan kamu. Maaf, aku harus melepasmu. Aku yakin, akan ada seseorang yang lebih mampu membuatmu bahagia. Jangan menangis lagi, ya? Jangan sedih. Ini semua bukan akhir. Oh iya, jangan mengira kalo aku nggak cinta lagi sama kamu. Asal kamu tahu, aku lebih mencintaimu daripada mencintai diriku sendiri."
"Alga, kamu jahat."