Eiryl menatap Alga yang memunggunginya. la tidak mungkin bercerita tentang kesedihan apa yang sedang ia rasakan. Tentang rasa pilu yang membuatnya terisak setiap malam.
Untuk beberapa saat suasana di antaranya hening. Alga terlihat tidak memaksa Eiryl untuk menjawab pertanyaannya. Biar pun ia tahu, gadis itu tengah membisu dengan lidahnya yang mendadak kelu.
Sampai suara dering ponsel menyadarkan
keduanya sekaligus sukses membuat Alga dan Eiryl saling tatap. Eiryl menenggelamkan tangannya ke dalam saku celana untuk meraih ponselnya. la harap Tuhan mau menolongnya. la takut jika itu papa atau mama yang meneleponnya dengan nomor lain. Karena nomor papa dan mama ia blokir untuk sementara.
Jantungnya berdegup semakin kencang
membuatnya lantas terburu-buru untuk
menilik layar ponselnya.