Alga mengedarkan pandangannya. Ini
pertama kalinya ia menginjakkan kaki di restoran mewah seperti ini.
"Ini restoran atau kafe?"
"Caffe and resto."
"Jadi yang bener yang mana?"
"Semuanya bener."
"Maruk banget."
"Maruk?"
"Rakus."
Eiryl tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini pertama kalinya aku ke tempat yang kayak gini, jujur Alga.
"Jadi, aku yang pertama bawa kamu ke Sini?"
Alga mengangguk. Sedangkan Eiryl merasa tersanjung sendiri. la mengulum bibirnya sambil terus menatap Alga dan sekaligus menahan semburat merah di pipinya.
"Udah, yuk? Mama udah nunggu kamu." ajak Eiryl menggandeng tangan Alga. Membawanya untuk menghampiri mama yang sedang duduk di tempat pesanannya.
"Siang, ma," sapa Eiryl sesampainya.
"Hai, sayang," balas mama lembut. Dengan hangat ia pun mengecup pipi anak semata wayangnya. Eiryl pun membalas kecupan mamanya.
"Ini, ma. Alga. Yang sering aku ceritain ke mama," ujar Eiryl memperkenalkan Alga pada sang mama.