Cintia tetap mempertahankan senyumnya meski rasa ingin menangis sangat mendominasi. Bahkan Cintia menarik napasnya penuh kehati-hatian agar Adiyaksa tidak bertanya.
"Mas memangya mau di apartemen sama siapa aja? Berdua gitu sama mas Bagas," gurau Cintia dengan tawa gelinya. Sedangkan di ujung sana, Adiyaksa hanya menjawab dengan datar.
"Tahan Tia, tahan, jangan nangis! Malu!" batinnya mengingatkan.
"Yaudah mas matikan sekarang ya teleponnya, bye Tia." Tanpa menunggu Cintia menjawab penutupnya, Adiyaksa sudah mematikan telepon lebih dulu. Bahkan Cintia dibuat terkejut dengan nada kecil yang muncul saat panggilan terputus.
"Kok…," gumamnya miris.
"Nona Cintia," sapa seorang wanita di resepsionis saat Cintia berjalan ke arahnya.
"Iya saya Cintia, maaf ya saya baru saja datang karena tadi ada keperluan yang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan," bohong Cintia disertai senyum manisnya. Sungguh pembohong ulung, batinnya.