"Yaudah kamu tenang ya, kita cari Adi sama-sama ya." Bagas terus menenangkan sang adik yang terus bergerak gelisah dalam tidurnya. Bahkan pipinya telah basah karena air mata yang terus menetes.
Cintia bahkan mengatakan bahwa perasaanya terus saja aneh setelah terjadi sesuatu dengan calon suaminya. Cintia sadar kalau apa yang dia rasakan sekarang juga berasal dari pikirannya saja, termasuk rasa gelisah dan segala firasatnya. Tapi meskipun Cintia tahu penyebabnya, tetap saja dia tidak akan bisa tenang sebelum Adiyaksa menjawab panggilannya. Setidaknya sebuah pesan singkat saja Cintia tidak akan masalh.
Cintia menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya pelan sesuai perintah sang kakak. Setelahnya Cintia menatap Bagas sayu. "Kita cari kemana tapi mas?"
Bagas terdiam untuk beberapa waktu hingga tersenyum tipis pada sang adik. "Kita ke apartemennya dulu aja ya, nanti kalau memang gak ada di sana kita cri ke kantornya."
"Tapi kalau gak ada juga imana?" sahut Cintia cemas.