Setelah telepon pertama sudah Cintia matikan, wanita itu kembali menghubungi manajer kafe di cabang lain miliknya, tapi yang dia dapat juga penjelasan yang membuat. Kepalanya pusing. Tapi dia beruntung kafe di dekat tugu tidak mengalami banyak perubahan, hanya saja tetap menurun tidak seperti biasanya. Tapi meskipun begitu, Cintia tetap merasa pusing dan yakin kalau semua ini juga karena berita dirinya.
Cintia tidak tahu tempat salahnya dimana hingga semua orang tidak datang ke kafenya, sedangkan berita skandal itu tidak berpengaruh sama sekali dengan kualitas kafenya. Cintia merebahkan tubuhnya untuk duduk pada sofa dan memejamkan matanya sesaat demi kembali berpikir mengenai jalan keluar yang seharusnya cepat Cintia lakukan.
"Gak bisa banget ini kalo dibiarin, yang ada aku bisa mendadak bangkrut terus si lampir seneng, padahal aku gak salah apa-apa." Cintia kembali menyalakan ponselnya lalu menghubungi Adiyaksa. Hal terakhir yang harus dilakukan Cintia.