Cintia masih mendudukan dirinya diatas tempat tidur sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Terlihat gurat sedih di wajah wanita itu. Sang ibu, Anita, juga sudah keluar dari dalam kamar Cintia sejak lima belas menit lalu. Bahkan makan malam untuk Cintia juga sudah diantarkan ke dalam kamar. Ibu Cintia berharap bahwa anaknya akan dengan cepat bersiap sambil mengisi perutnya, jadi acara lamaran mendadak ini tidak akan membuat banyak pihak lama menunggu.
Tapi sayangnya, Cintia bukannya langsung bersiap tapi masih merenungi masalahnya hingga jam menunjukkan pukul setengah enam. Cintia terus bergerak gelisah, mulai dari berdiri di depan meja riasnya lalu berjalan kesana-kemari sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Belum lagi jantungnya yang terus berdebar membuat tubuhnya semakin tak tentu rasanya.