Ponselnya terus menyala hingga Gia memberanikan diri untuk mengangkat telepon. Meski sedikit ragu, Gia mulai mendekatkan ponselnya ke arah telinga, dan mendengar baik-baik suara laki-laki yang menghubunginya. Dahinya berkerut karena tidak paham dengan segala ucapan laki-laki di seberang sana. Gia bahkan sempat menjauhkan ponselnya untuk ia lihat kembali deretan nomornya, lalu saat dia benar-benar tak mengenalinya, Gia kembali mendekatkan ponselnya, mencoba mendengarkan penjelasan laki-laki yang ternyata mengenalnya itu.
Kepala Gia bahkan sibuk memikirkan mengenai siapa pemilik suara itu. Tapi sayangnya, tidak ada satupun yang Gia kenali siapa pemilik suaranya.
"M-maaf, tapi saya gak kenal siapa kamu, tapi kenapa kamu bisa lancar bercerita?" Suara di seberang sana kembali menghela napas pasrah, selalu melanjutkan lagi penjelasanya.