"Kenapa?" Javier terkekeh sambil melangkah maju perlahan.
Gia hanya diam dan menatap Javier dengan raut muka bingungnya. Gadis itu sama sekali tak membuka mulutnya, hanya menatap Javier yang perlahan pergi dari hadapannya, membiarkannya sendiri dengan perasaan sakit untuk kesekian kalinya.
Gia meraup oksigen yang ada disekitarnya dengan rakus, mencoba membuka hatinya menjadi lebih lega. Sayangnya, yang gadis itu keluarkan justru air mata. Gia kembali menutup matanya dengan telapak tangan kirinya dan tersiksa untuk sesaat.
Tidak memakan waktu lama untuk gadis itu bersedih dan menangis, karena tak sampai lima menit, Gia sudah menyeka pipinya, lalu mulai tersenyum manis. "Oke, ini masih awal, dna gue akan lakuin hal lain lagi buat tarik perhatain Javier," gumamnya dengan sangat yakin.