"Erik …," panggil Gia lirih. Mata gadis itu pun semakin menaik mata Erik untuk terus menatapnya. Keduanya berdiri saling berhadapan, mengabaikan sinar matahari yang semakin lama semakin membuat tubuh keduanya semakin hangat.
"Kenapa kamus ebiaki ini sama aku? Tolong jelasin sama aku, biar aku gak bingung sama kita. Maksudku … kenapa kamu amish mau baik sama aku setelah semua hal yang sudah aku lakukan." Gia kembali menggeng dengan lesu. Semangat gadis itu mendadak hilang tanpa Erik tahu penyebabnya. Bahkan kini keduanya sudah berubah posisi, Erik yang sekarang sudah meletakkan telapak tangan besarnya berada di atas pucuk kepala Gia sambil tersenyum hangat. Erik mengangkat bahunya cuek, stele hanya terkekeh seolah tak memiliki beban jawaban yang harus ia berikan pada Gia.