Javier memarkirkan motornya di halaman rumahnya, dan turun dari motor dgn kepala terus memikirkan rencana apa yang bisa ia lakukan selanjutnya. Terlebih mobil kedua orangtuanya yang sudah berjajar rapi di dalam garasi semakin membuat lelaki yang kini matanya memerah itu semakin pusing.
Izin apa lagi yang bisa ia katakan pada orang tuanya, belum lagi wajahnya yang sangat tidak mendukung untuk berbohong. Bisa saja jika papanya akan menambahnya dengan pukulan atau tamparan keras.
Javier menghela napas kasar sambil mendengarkan langkah kakinya sendiri. Suasana rumahnya yang sudah sangat senyap, membuatnya bisa mendengarkan suara sekecil apapun, termasuk hembusan napasnya sendiri.
Tapi hal itu tidak membuat rasa takut didalam hatinya untuk mendominasi, karena Javier tahu, saat dia takut maka adiknya akan lebih jatuh lagi.
"Seenggaknya gue bisa berguna buat adik kesayangan gue," batinnya yang mencoba kuat.