"Dinda kenapa sayang?" Irina masih mengusap punggung Dinda yang menangis. Raut mukanya pun terlihat panik, takut sesuatu terjadi pada Dinda. Sedang Galang yang sudah mengetahui tabiat anaknya itu pun hanya diam. Bukan bermaksud tidak peduli pada putrinya, tapi setiap tidur siang yang terpaksa dilakukan, anaknya pasti akan terbangun dengan dalih mimpi buruk atau yang lainnya.
"Di-dinda mimpi buruk mama...," jawab Dinda tersendat dengan kepala bersandar pada Dinda, bahkan tangan kecil itu memeluk tangan kanan Dinda yang bebas. Galang pun justru kembali menduduki sofa kecil di kamar putrinya, dia akan melihat sejauh mana drama anaknya berlangsung. Terlebih untuk mengambil hati mamanya.
"Sudah ya … Dinda tenang dulu, lupakan mimpinya ya, sudah ada mama dan papa disini."
"Kan Cuma mimpi ya," bisik Irina yang dijawab dengan anggukan lemas oleh Dinda.
"D-Dinda mau peluk mama aja, mau main sama mama aja ya ma...,"mohon dinda dengan mata berkaca-kaca.