"Kita tidak kenal akrab, lalu kenapa kamu mau menikahi saya?" Sungguh rasanya Irina ingin menepuk mulutnya sendiri. Dia Sudah mewanti-wanti untuk berkata baik dan sopan pada Galang. Tapi memang pada dasarnya Irina yang sedang dalam suasana hati yang buruk, jadilah ucapan yang sedikit kasar yang terlontar.
"Lalu apa masalahnya akrab atau tidak? Bukankah yang terpenting saya bisa menjadi laki-laki yang baik dan bertanggung jawab untuk kamu?" Irina mengerutkan dahinya saat mendapat panggilan tidak formal dari rekan dosennya itu. Beraninya laki-laki itu memanggilnya "kamu" di situasi seperti ini.
Irina melirik ayahnya yang masih diam berpikir. Terlihat sedang menimang apa yang akan dikatakan. Semua orang pun tiba-tiba diam mendengarkan, terlebih semua orang juga pasti terkejut dengan ucapannya yang terkesan menolak Galang.
