Javier mendudukkan dirinya pada bangku yang berada di urutan nomor dua dari depan. Sayangnya, matanya justru tak fokus menatap seorang dosen di hadapannya, melainkan menatap lekat ke arah Gia. Dia tidak bodoh dengan apa yang dia rasakan, dia paham dengan apa yang dia rasakan sekarang meski sedikit ragu. Tapi dia malas berurusan lebih jauh lagi dengan orang lain, terlebih permasalahan keluarganya belum juga memiliki titik terang.
Javier lagi-lagi menghela napasnya kasar lalu segera beranjak saat kelas telah berakhir. Hanya satu tujuannya, yaitu menyusul Gia yang akan beranjak dari duduknya.
Javier meraih pergelangan Gia tanpa memedulikan tatapan aneh beberapa orang. "Kita perlu ngomong lagi," paksanya.
Gia mengalihkan tatapannya dan melepas paksa cekalan Javier, tapi Javier justru semakin keras dan menarik Gia untuk pergi bersama dirinya. Langkah keduanya berlaku cepat menuju parkiran mobil.